Buat yang penasaran sebenernya minyak goreng kenapa sih..

Ini BUKAN karna gangguan rantai pasokan. Jadi urutannya sbb:

1. Dari akhir '20 (14+ bulan lalu), harga minyak sawit dan produk turunannya udah naik. Ini cuan gede buat trio agro (ifood+4stra+smas), also see pics below

. https://twitter.com/ecosocrights/status/1504151905349795844
2. Otomatis ekspor nambah dong karna harga mahal. Pasar domestik jadi, in comparison, kurang menarik.

3. Ini bertepatan dengan rencana GoI jadi raja biosolar yaitu B30 yg 30%-nya dari olahan minyak sawit.

4. Bertepatan pula dgn Ramadhan. Suplai domestik turun, demand banyak.

.
5. Pada situasi ini, harga naik ga kekontrol. (Sebagian dari) pemerintah panik.

Awalnya minta pengusaha naikin jumlah suplai migor di pasar domestik, eh ga digubris.

Akhirnya ditawarin subsidi. Subsidi apa? Dari BPDPKS, pakai kemasan khusus.

Tapi gagal. Ada dua faktor:
Pertama, karena (katanya, padahal sih nggak wk) ga ada kapasitas buat masok kemasan sederhana. Ini termasuk dari permainan.

Kedua, nomboknya besar dan melebihi anggaran.

Banting setir, akhirnya harga dibatasin (DPO) dan disyaratkan 20% dari ekspor itu utk domestik (DMO)

.
6. Oke, harusnya udah beres dong? Happy ending. 20% DMO cukup utk menuhin permintaan domestik.

Tapi kok sampe kemarin masih naik? Kok sampe parah bgt di daerah (50-120rb)?

Padahal LPEM (di BI RDG report) bilang bahwa Jan ke Feb itu malah deflasi utk kelompok produk volatil.
Sampe-sampe Mendag juga bingung: Ini katanya DMO cukup, kok masih langka? Distributor ngapain aja?

Sampe-sampe nuduh ibu rumah tangga nimbun lagi, wkwkw. Padahal udah jelas dari WA grup, berita mulut ke mulut, dst bahwa memang langka ini minyak. Sampe antri hadiah meninggal.
7. Wajar banget kalo mencurigai permainan.

Kalo di novel-novel ada namanya deus ex machina, di Indo ada deus ex bandar alias plot point-nya jadi masuk akal gara2 aksi bandar.

Di sini ada hint penting:

Pas harga dibiarin bebas, tiba-tiba suplai migor jadi banyak kembali.
bandar ex machina deng, hehe. maaf orang kampung ga ngerti bahasa latin.
Kalo ada skenario2 konspiratif sedap kayak gini, inner economist you pasti bersuara:

"Price conspiracies are mostly bullshit because companies are competing against one another and if just one of them breaks rank, then...!"

Masalahnya kan ini Indo + terkonsentrasi + main ngeri
Untuk menghindari UwU ITE, gw sendiri nggak akan konfirmasi ya/tidak, tapi rasa-rasanya sudah bisa pakai akal.

Anyway at this point ada tiga pertanyaan:

> Kalau penguasa sawit/migor mau, bisa masok pasar domestik ga?

Bisa. Tapi ga mau, karena ekspor sangat lbh untung + mainin.
> Kalau jual harga murah (14rb-an atau lebih dikit alias HET kemarin), rugi ga?

Inconclusive evidence. Tapi mana ada jual migor rugi, wk. Distribusi yang punya ya mereka-mereka juga. Mudah sebenernya untuk nyebarin ke seluruh pelosok Indo.
> Emang pengusaha sawit/migor punya kewajiban apa untuk mendukung suplai domestik? Kan pasar bebas?

Wrong. Untuk komoditas skala sebesar CPO dan segala turunannya (yg bahkan ampasnya ada nilai), politik dan preferential treatment selalu bermain. Dari mulai IUP, moratorium,
pembebasan lahan/hutan, diurusin perlindungannya, diurusin segala macamnya,

Sampe-sampe... subsidi yang mencurigakan buat B30 dan tetek bengek (baca: ga jelas) persawitan yang mayoritasnya disalurkan ke [isi sendiri].

Belum lagi mainan insentif B30.

Insentif? Maksudnya?
Bentar, ada tukang nasgor ngetok pintu rumah.... hmm tapi gw tadi ga pesen deh???
Masih inget tadi biosolar B30? Disebutnya sih insentif, tapi ini by any other name ya subsidi.

Which is also suspicious in and of itself but yaudahlah (want to use a stronger word but I'm like, really pushing my luck lol)

Sebagai kesimpulannya,
Sudah, menyerah dan back to market price. 50 ribu dua liter di banyak tempat. Dari beberapa bisikan, itu mah udah untung banyak bro wkwkw.

Aman lah margin baik buat ekspor atau domestik.

Ngomong2 melanjutkan poin subsidi, pupuk buat sawit pun tahun2 kemarin masih dapet lho.
Terus kapan ini selesai?

Katanya sih pas puasa. Jadi kemarin sampe besok-besok masih ngeruk keuntungan, berhasil menang lawan (sebagian dari) pemrenta, terus pas puasa normal kembali atau ga terlalu gila.

Orang-orang kembali lupa.

Onwards to the next game.

Happy ending :)
Karena disrupsi rantai pasokan (COVID, perang), industri downstream sawit LN yg bertumbuh, dan fakta bahwa CPO itu 85% dikuasai ID + MY.

"Bener dong ada gangguan?" Iya, tapi lihat jg keputusan pemain besar untuk memasok-berapa, memasok-kemana, and how. https://twitter.com/noviankristanto/status/1504401936786739207?s=20&t=NLicgozF3plxXKNqCwTIuQ
Ada yg nanya di DM.

Katanya nggak ngerti logika no. 6 dan 7. Kalo migor udah disetor 350-500jt liter untuk pasar domestik... how come migor nggak ada di pasaran???

Nah, ini kontradiksi menarik. Jawabannya ada di soal DISTRIBUSI.

Coba cari berita, dan you ga bisa nemuin ttg—
—mekanisme "setor" migor domestik itu kayak gimana.

Apa kayak beras bulog? Dikumpulin ke gudang2 pemrenta terus baru disebarin ke seluruh pelosok Indo?

Nggak 😇

Ini lebih self-report alias "Iya ini udah keluar gudang kami berapa juta liter pak, kami sudah gelontorkan!!"
Tapi kalau sudah keluar pabrik/gudang........ terus gimana?

Ke mana? Kok ga keluar di toko? 😇

Kok bisa barengan jadi penuh stok ketika harga dilempar ke pasar?

Ini ada hubungannya ama jalur distribusi indo yg kompleks, belibet, dan rawan dimainin. Most of our market itu—
masih tradisional; barang mostly berputar di warung, pasar, dst. Supermarket itu minoritas. Bisa ada beberapa level (tingkat) distributor/agen/dst.

But here's the punch: Who owns those distribution network? Yakin emang bahwa pemain2 besar itu ga punya kontrol trhdp bawah2nya?
Silakan tarik kesimpulan masing-masing 🙏🏾
You can follow @dantenebral.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: