Aku ceritakan kelanjutannya. Pada akhirnya, aku tidak kembali bersama dengan orang tersebut. Aku menyadari bahwa tujuan masing-masing dari kami sudah berbeda. Kekerasan dan berbagai perlakuan buruk darinya adalah pertanda untuk aku tidak menemukan dia kembali.
Dulu, aku begitu yakin bahwa dia adalah twinflame. Kemudian aku disadarkan lagi bahwa yang aku rindukan dari dia adalah aspek diriku hilang yang perlu aku sambut kembali di ruang hati ku.
Setahuku, dia sudah menikah sekarang dan sudah membangun sanggar dia sendiri. Aku baru belajar bahwa memang aku sudah salah memilih dirinya sejak awal. Namun aku menikmati perjalanan hidup ku dengan nya.
Ternyata aku perlu untuk mengkomunikasikan dengan jelas kebutuhan ku dan membuat kesepakatan bersama yang jelas. Selama ini, dia menanggung kesulitannya sendiri dan tidak mengkomunikasikan kondisi dirinya dengan jelas.
Di saat bersamaan, kesulitan ku juga memperburuk keadaan di antara kita berdua.
Semakin lama aku mencari diriku sendiri, semakin sadar bahwa keyakinan tentang twinflame itu dirinya adalah respon trauma. Aku sudah memproyeksikan semua kerentanan ku padanya, menjadikan dia si pangeran serba bisa yang bisa mengubah nasib buruk yang menimpa ku.
Aku sadar bahwa isu kehidupan ku adalah tanggung jawab ku untuk aku selesaikan dan setelah itu beres saat ini, aku mencapai posisi untuk berpijak pada diri sendiri.
Kesadaran mengenai twinflame kemudian memudar dan aku menemukan diriku sendiri. Twinflame tidak lagi berada dalam dirinya dan aku siap untuk mengembara bertemu jiwa-jiwa indah lainnya.
Kami sekedar berjumpa dalam sebuah jukstaposisi yang mana aku memanfaatkan dirinya sebagai batu pijakan untuk kebangkitan spiritual.
Memang, batasan-batasan sudah aku bangun jika ia suatu saat kembali lagi. Termasuk jumlah retribusi untuk upaya restorasi yang sudah aku lakukan. Jika retribusi ini tidak terpenuhi maka relasi apapun tidak akan terbentuk.
Ini lebih baik daripada dirinya yang melupakan peristiwa diabolika di masa lalu dan bertindak peristiwa buruk di antara kita seakan tidak pernah terjadi. Itu terasa menyakitkan buat ku karena aku menyadari bagaimana jika melakukan hal yang sama seperti dirinya.
Yang ia lakukan selama ini, bagiku adalah sesuatu yang tidak layak dilakukan.
Aku mengetahui betapa sakitnya jiwa dirinya dan bagaimana dirinya melindungi jiwanya secara gak sadar dengan melakukan ghosting dan kekerasan emosional lainnya. Aku tidak mau berakhir melestarikan sakit dan mewujudkan pola-pola kaku kehidupan yang menyusahkan.
Ketika ingat kembali dirinya, dengan kesadaran yang sudah dicapai sekarang, aku malah jadi kasihan sekaligus jijik. Tak bisa berbuat yang lebih mengingat kondisi yang saat ini tidak mendukung.
Jiwa yang dulunya pesakitan ingin membalaskan dendam jadi gegapan karena ngeri soal penyebab dirinya melakukan kekerasan itu.
Kalau dikaitkan dengan fase twinflame, aku sudah melalui fase pemisahan dan aku semakin berserah diri untuk menemukan kembali twinflame yang akan mewujud di seseorang yang baru.
Perlu ku sadari juga bahwa spirit adalah sesuatu yang melampaui tubuh maka diperlukan penerimaan bahwa twinflame tidak menetap dalam satu tubuh. Melainkan itu mewujud dan menetap pada sebuah tubuh dan mungkin bisa berpindah.
Kondisi ruh diri sendiri lah yang mengundang seseorang dengan kondisi yang sama. Itu mendorong resonansi, dan menarik seseorang yang baru masuk ke kehidupan ku sendiri.

Di postingan berikutnya, aku akan bagikan mengenai penemuan cinta ku dari seseorang yang baru.
You can follow @kalaupadi.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: