Selamat hari Kartini dari 64.000 pengabulan dispensasi pernikahan anak (2020) dan 1,22 juta pernikahan anak perempuan (2018).

Selamat hari Kartini dari (tercatat) 152 anak yang putus sekolah karena menikah (2020-2021).
Sekalipun dg adanya peningkatan usia menikah, ternyata di lapangan dispensasi pernikahan bs jd sangat fleksibel. Bbrp faktor pendorong pernikahan dini antara lain ekonomi, KTD, minimnya edukasi, norma sosial budaya, dan khusus selama pandemi ini penutupan sekolah
Secara demografi, anak2 yang rentan mengalami pernikahan dini adalah mereka yang:
1. Tinggal di daerah rural
2. Memiliki orang tua dengan tingkat pendidikan rendah
3. Terdampak kemiskinan
(MAMPU, 2021)
Terus dampaknya apa? Karena bakgroundku kesehatan, aku bahas dari sisi kesehatan dulu.
Usia kehamilan yg terlalu muda sangat riskan mengalami komplikasi baik selama kehamilan atau saat melahirkan. Hal ini krn memang kondisi tubuh anak perempuan yg blm siap untuk bearing children.
Komplikasi yg sering ditemui pada ibu antara lain: eklampsi, keguguran, berat badan tidak cukup, serta infeksi yang semuanya berkontribusi pada angka kematian ibu. Sedangkan komplikasi pada anak antara lain berat badan lahir rendah, stunting, hingga kemarian anak. (WHO)
Kemudian dari segi akses,
1. Partisipasi ANC pd kehamilan anak, lebih rendah dibandingkan WUS
2. Saat mengalami komplikasI kehamilan, remaja jg lebih rentan u/ tidak dirujuk. Hanya 8.5% yg dirujuk sampai RS
4. Mayoritas hrs menanggung biaya persalinan sendiri
(Riskesdas, 2018)
Remaja yg menikah dini jg lebih tidak berkesempatan utk membuat keputusan terkait urusan rumah tangga, termasuk terkait kontrasepsi. Sayangnya survey ini blm mencakup pengambilan keputusan terkait proses kehamilan dan melahirkan.
(MAMPU, 2021)
Jadi sebenernya udh lengkap bgt tu risiko 3 terlambat pada usia pernikahan anak:
1. Terlambat mengambil keputusan
2. Terlambat sampai ke tempat rujukan
3. Terlambat mendapat penanganan
Jika terjadi komplikasi kehamilan, 3 terlambat ini bs berkontribusi thd angka kematian ibu.
Selain itu, tentu konsekuensi sosialnya juga banyak. Akan coba aku rangkum dlm 1 tweet. Yg paling prominen, tentunya adalah putus sekolah. Hal ini akan merembet ke kesempatan kerja dan ekonomi keluarga. Selain itu, risiko KDRT juga meningkat. (WHO, MAMPU)
In conclusion, pernikahan anak berkontribusi ke vicious cycle kemiskinan & pendidikan rendah. Sedangkan pernikahan anak sendiri jg memiliki konsekuensi kematian ibu dan anak serta KBG. Kl ga diputus, vicious cycle ini akan trs berlanjut dan masa depan anak akan terancam.
Trs gmn dong cara mutus vicious cycle ini?
1. Tingkatkan partisipasi pendidikan anak2
2. Integrasikan kurikukum comprehensive sexuality education pd sistem pendidikan —> termasuk ttg pengambilan keputusan & kesetaraan gender
3. Tegakkan regulasi pernikahan anak

Feel free to add
You can follow @anonblobfish.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: