Bagaimana pencarian Tuhan menurut Kartini ? Kita tahu dia beragama Islam. Tapi saya terus menebak nebak, apa sesungguhnya yang dirasakan Kartini. Karena dalam kegalauan di surat suratnya, ia banyak menyebut Tuhan.
Pramudya Ananta Toer, dalam bukunya ‘ Panggil aku Kartini saja – 1962 ‘ berusaha menggambarkan sosok seorang penganut sinkretisme Kejawen. Pram menulis, “ Bagi Kartini semua agama sama, sedangkan nilai manusia terletak pada amalnya kepada sesamanya yaitu masyarakat “
Tidak salah karena Kartini mengatakan dalam terjemahan Joost Cote diatas.
“ We say that we trust in God and that is what we will maintain. We want to serve God and not people. If we listen to people then we worship people and not God.” (Kartini, 12 Oktober 1902 )
Menurut Kartini, “ tolong menolong dan cinta mencintai , itulah nada dasar segala agama. Agama yang sesungguhnya adalah kebatinan dan agama itu bisa dipeluk baik sebagai Nasrani maupun Islam “.

Agama kebatinan Kartini ini ada yang mengkaitkan dengan pengalaman masa kecilnya.
Suatu waktu ia sakit keras, dokter tidak bisa menyembuhkan. Lalu datang seorang cina meminta Kartini meminum abu dari lidi sesaji yang biasa dipakai di klenteng atau vihara. Setelah minum abu lidi tadi, Kartini sembuh.
Kartini merasa menjadi anak Buddha dan pantang makan daging
Pencarian tentang Agama tak pernah berhenti. Ia buta terhadap Islam, agama yg dipeluknya.
Dalam suratnya ke Stella Zeehandelaar 18 Agustus 1900. Kartini ingin tafsir Al Qur’an bisa dipelajari. Ia mengkritik pengajaran al Qur’an, tak ada yang mengerti karena memakai bahasa arab
Surat Kartini pada Ny. Van Kol, agustus 1901, menyebut derita neraka kaum perempuan yang disampaikan guru guru agama. Berkaitan poligami yang lazim dilakukan golongan priyayi. Seolah agama dijadikan pembela egoisme lelaki, yang menempatkan perempuan dalam posisi yang tidak adil
Derita Neraka yang digambarkan Kartini, ditulis ulang oleh Pram dalam pembukaan roman ‘ Gadis Pantai ‘ yang dicurigai sebagai simbol kisah penggalan hidup Kartini yang tragis. Roman ini menusuk feodalisme Jawa yang dianggap tak memiliki jiwa kemanusiaan
Kartini menulis “ Itu bukan dosa, bukan pula aib. Ajaran Islam mengizinkan kaum lelaki kawin dengan empat orang perempuan sekaligus. Selamanya saya menganggapnya dosa.
Semua perbuatan yg menyebabkan sesama manusia menderita, saya anggap dosa. Dosa ialah menyakiti makhluk lain “
Dalam buku Th Sumartana, ‘ Tuhan dan Agama dalam pergulatan batin Kartini ‘ – Tahun 1993. Ia menggambarkan kedekatan Kartini dengan ajaran Kristen. Terutama pengaruh sang guru, Ny Van Kol. Dari nyonya ini Kartini belajar membaca bible, kitab suci Kristen
Ia mengerti sebagian prinsip teologis ajaran Kristen. Ia menggambarkan kedekatannya dengan ayahnya sendiri – walau dalam beberapa hal mereka tidak sependapat – sebagai kedeketakannya dengan Tuhannya. Sebab itu ia menyambut baik, ketika Ny Van Kol memperkenalkan Tuhan sebagai Bapa
Kartini sering mengungkapkan Tuhan sebagai Bapa penuh kasih sayang, “ Agama memberi berkah, membentuk tali persaudaraan diantara semua, berkulit putih atau coklat. Tidak pandang pangkat, perempuan, lelaki, kepercayaan semuanya kita ini anak Bapa yang satu itu. Tuhan yg Maha Esa
Surat pada Ny Van Kol 20 Agustus 1902. Kartini menulis, ia bercerita ke ibunya tentang Kristen “ Ibu sangat gembira. Beliau ingin bertemu nyonya agar dapat mengucapkan terima kasih atas keajaiban yang nyonya ciptakan pada anaknya dgn membuka hati kami menerima Bapa Cinta Kasih “
Kartini memang lahir dan kemudian meninggal sebagai muslim. Semua memang mengakuinya. Mungkin dia ditakdirkan menjadi milik semua golongan. Satu hal dia beruntung tidak hidup di jaman sekarang. Karena pencariannya tentang agama, pasti membuatnya dianggap sesat
You can follow @BungLaca.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: