[THREAD]

DIVERSIFICATION - SM Entertainment Case

Meski sempat mengalami pasang surut, namun SM Entertainment tetap menjadi salah satu agensi terbesar dalam industri K-Pop.

Kesuksesan ini ndak lepas dari kemampuan agensi dalam melakukan diversifikasi bisnis.

Yuk kita spill 🍵
بسم الله الرخمن الر حيم.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Sebelum kita masuk inti bahasan, kita coba sensus penduduk sebentar. Siapa artis favorit binaan SM versi kalian?
Setelah lulus dari California State University, Lee Soo-man balik ke Korea taun 1989. Saat itu dia mendirikan SM Studio. Baru pada February tahun 1995, nama SM Entertainment resmi dipakai.

SM saat itu merupakan agensi yg pertamakali membuat sistem idol grup di Korea.
Kalo berdasar situsnya SM sendiri, kita bisa lihat mereka pada Q4 tahun 2019 mengalami kerugian. Namun, pada Q1 & Q2 tahun 2020 profit mereka stabil naik.

Naik turun profit dalam dunia bisnis adalah hal biasa bukan?

Fokusnya adalah gimana mereka tetap bisa eksis sampe skrg?
Salah satu sebabnya adalah dengan melakukan diversifikasi bisnis.

Apa itu diversifikasi bisnis?

Menurut penjelasan @Entrepreneur, Diversifikasi dipahami sebagai upaya mengurangi resiko dengan menambah produk, layanan jasa, lokasi, kepada portofolio perusahaan.
Resiko apa yg dimaksud?

Saya akan kasih analogi dengan idiom, "Dont put all of your eggs in one basket."

Ibarat Anda punya modal 100juta. Apakah Anda investasikan semua 100juta itu ke dalam SATU unit usaha aja? Atau lebih baik dipecah jadi BEBERAPA unit usaha?
Itulah yg jd dasar banyak perusahaan melakukan diversifikasi bisnis. Ndak terkecuali SM.

Unit bisnisnya gak lagi cuman sebatas musik K-Pop. Mereka melebarkan sayap mulai produksi Drama/TV Show, SMTOWN THEATER, Food & Beverages, Online Store, hingga Travelling Services.
Kalo merujuk data @StatistaCharts ini, sektor entertainment merupakan sumber pemasukan utama dari SM Entertainment. Bisa mencapai hampir 50% sendiri.

Sisanya didapat dari advertising agensi hingga sektor unit bisnis SM Entertainment yg lain.
Nah, di dunia entertainment saja, SM juga punya beragam kategori. Mulai dari singer/group, actors, mc/entertainer, top model, hingga atlet banyak yg ada di bawah naungan SM.

Dari varian talent ini saja, jelas SM ndak mau bergantung hanya pd satu jenis artis tertentu saja.
Bahkan untuk aspek grup musik aja, SM punya varian artis yg beragam. Dan ini banyak yg mendunia.

Mulai dari TVXQ, Super Junior, SNSD, Shinee, F(x), Red Velvet, EXO, hingga NCT.

Itu masih belum termasuk sub unit seperti SNSD-TTS, NCT-127, NCT Dream, dll.

Kenapa SM bisa gini?
Saya sepakat dengan apa yg diungkapkan dalam artikel di @Medium ini terkait cara kita melihat dunia K-Pop.

Industri musik seperti K-Pop memang sangat bergantung pada loyalitas dan passion para penggemarnya. Gimana mereka tetep bisa emotionally engaged dengan para idolnya.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Chang (2014), bahwa pada dasarnya selebritis itu ya sebuah brand. Dan aspek utama yg menarik bagi fans dalam konsep brand celebrity adalah orisinalitas mereka. Ciri khas mereka.

Itulah kenapa masih banyak yg setia sama Suju, meski skrg udah ada NCT.
Dari sini SM melihat diversifikasi dalam manajemen artis juga penting.

Industri musik K-Pop sangat dinamis. Ndak selamanya suatu grup bisa terus menerus berjaya diatas. Ada titik ketika pasar mulai "jenuh" dan kurvanya menurun.

Ini yg dalam ilmu marketing disebut market trends.
Pertengahan taun 2000an mgkn masa emasnya TVXQ. Begitu market mulai "jenuh", muncul Super Junior & SNSD. Lalu berlanjut ke f(x) dan EXO. Hingga yg mungkin masih fresh adalah NCT.

"Regenerasi" ini ndak cuman untuk jaga2 kalo artis lama gak laku, tp jg penetrasi market baru.
Ini yg kemarin sempet kusinggung komparasinya dengan Big Hit.

Pada tahun 2019, Big Hit akhirnya berhasil mendobrak hegemoni the big 3 agensi Korea dengan mencapai profit tertinggi sepanjang tahun 2019 kemarin.

Kesuksesan itu ndak lepas dari kontribusi besar BTS tentunya.
Meski itu merupakan sebuah achievement fantastis, namun Big Hit msh punya PR besar untuk menjaga kualitas agar bisa terus bersaing dgn tiga agensi besar lainnya.

Yes. Diversifikasi bisnis. Salah satu kelemahan Big Hit disini adalah masih tingginya ketergantungan mereka pd BTS.
Itulah kenapa Big Hit mulai melakukan "kaderisasi" untuk mempersiapkan artis yg akan diterbitkan selanjutnya.

Krna Big Hit juga pasti paham kalo mereka ndak bisa terus menerus bergantung ngeruk profit dari BTS. Ada kondisi nanti market akan "jenuh" sama BTS juga.
Saya ulangin lagi. Diversifikasi merupakan strategi mengurangi RESIKO dengan menambahkan varian produk lain.

Resiko apa?

Dalam konteks industri K-Pop, diversifikasi bisa mengurangi resiko si artis dipaksa overworked. Krna mereka ndak lagi jd satu2nya sumber pemasukan agensi.
Meski diversifikasi punya tujuan yg baik, namun mereka jg punya challenge tersendiri.

Semakin banyak artis top tier yg dimiliki, maka SM harus semakin kreatif dlm manage konsep mereka. Yg mana itu bisa bikin fokus terbelah. Sehingga sulit untuk bisa dominan seperti Big Hit-BTS.
Karna industri K-Pop sangat dinamis, penuh pasang surut, maka diversifikasi menjadi aspek penting untuk menjaga agar agensi tetap bisa bersaing di level tinggi.

Sekian yg bisa kusampaikan dalam bahasan K-Pop related kali ini.

Sampai jumpa di tulisan berikutnya!

[THREAD - END]
You can follow @WidasSatyo.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: