Mungkin sekitar 5 tahun lalu, di sebuah desa nan tenang di Pondok Cabe, saya bertanya kpd seorang teman. Agak menggugat mgkin, "Bro, ente ngapain sih nonton bola sampe bela-belain bangun malam. Ngantuk dijabanin, emang dpt apaan?" protesku. #rabusantuy
Saya setengah protes sebab melihat dia terkantuk-kantuk saat pertandingan bola berlangsung. Ya mending dapat komisi atau apa, nah dia komisaris kesebelasan bukan, investor di produk sponsor juga bukan. Buat apa coba betah-betahin melek gitu, mending tidur. #pikirsaya
Alih-alih menjawab dg lugas, agar saya puas, eh dia malah balik nanya, "Rud, lah kamu dapat dari baca buku? Kok segitunya senang baca?!" sergahnya dg mata mengerjap.

Kujawab dong, "Ya banyaklah. Ya ilmu, wawasan, pokoknya ada kepuasan tersendiri. Asyiklah!" #rabusantuy
Dia balik jawab, "Ya samalah. Nonton bola ya punya kenikmatan tersendiri, ga semata-mata dapat duit jadi enak gitu. Sama aja kayak hobi baca buku kan?!" jelasnya kini dg mata yg sudah benderang. Entah sudah goal keberapa yg dicetak di pertandingan malam itu. #rabusantuy
Dari percakapan singkat itu saya lalu tersadar soal persepsi. Ingat pelajaran perspektif pas mata kuliah Psikologi Sastra. hanya gara-gara saya ga suka bola, saya lalu anggap aneh org yg gila bola sampe bela-belain melek malam dan nahan kantuk padahal ga dapat "apa-apa".
Terus ingat sama teman yang hobi fotografi dengan koleksi atau gonta-ganti kamera yang harganya mahal. Buat apa coba, fotografer profesional kagak, dapet duit dari hobinya juga enggak, ngapain beli-beli gitu, kayaknya kok boros uang. Begitu pikir saya awalnya. #rabusantuy
Saya tergerak nulis utas ini setelah kemarin heboh cuitan tentang pegawai dg gaji UMK tapi punya iPhone sementara orang lain yg penghasilannya berlipat-lipat ga tergiur punya hape berlabel apel kroak itu.
Cuitan itu segera viral dan menuai komen berjibun. Ya macam-macam respons warga Burung Biru, mulai dari memaklumi sampai menghakimi. Ada satu komen yg sy ingat betul karena akun ini menyoroti kehidupan dunia dan akhirat akibat preferensi pilihan hape.
Intinya komen ini menyalahkan pilihan itu sampe bawa-bawa konsekuensi masa depan akhirat. Saya sepakat bahwa setiap pilihan hidup yg diambil oleh seorang muslim pasti dimintai pertanggungjawaban nanti. Bisa memudahkan atau sebaliknya. Tapi ....
Tapi bukan domain kita bt mengukur apakah pilihan org bakal memudahkan atau menyengserakan kehidupan dia loh. Seseorang ambil keputusan tentu sudah lewat pemikiran matang, plus minus dia timbang. Emang kita tahu pegawai itu punya income sampingan atau tabungan yg emg buat iPhone?
Jadi ingat komentar Pakde Cholik, bloger gaek yang kini aktif berkebun, "Kelincipen lambemu..." ujarnya sesekali saat menanggapi tindakan orang atau tokoh dalam blogpost-nya. Intinya: jangan gampang meletupkan penilaian yg sebenarnya di luar radar dan domain kita.
Fokus saja pada diri sendiri dan utamakan berhusnuzan. Orang butuh alat atau gawai apa pun tentunya sudah ditimbang masak-masak. Kalu menurut kita kemahalan ya berarti kita bukan pasar barang itu. Keberatan boleh aja tapi ga perlu menilai sampe menghakimi pilihan org.
Ingat tidak foto orang kaya yang diduga suka pamer karena sering berumroh ke Mekah yg sempat viral dulu? Saya tulis juga di blog bahwa berhati-hatilah mengomentari. Kita ga tahu kan bahwa orang kaya itu udah sering beramal tanpa sepengetahuan kita? Apa perlu laporan ke kita?
Hanya karena dia kaya, kan tidak perlu diposisikan dalam konteks antagonis saat pilihan kita berbeda. Mentang-mentang kaya, jadi disalahin terus. Sebaliknya juga ga betul, mentang2 kaya lalu suka nyalahin, misalnya.
Kemarin malah ada tulisan yang menganalisis persaingan iPhone dan Android dalam kacamata hedonisme. Bahwa gawai mahal itu hanya hedon belaka. Nah kan ga semua, bray. Hedon yg kek gimana dulu, kan beli iPhone jg banyak yg suka security dan kenyamanan gawai ini.
So orang mau beli barang atau gawai kayak apa pun, ya biasa saja. Asal mampu, ya monggo. Beli sampe utang ya silakan, wkwkwk. Tentu dia beli ini itu sudah ditakar lewat skala prioritas. Tuntas deh, bukan urusan kita lagi mengarang2 atau berimajinasi soal masa depan dia di akhirat
You can follow @belalangcerewet.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: