[MINI THREAD]

LABOUR COST - Is it Really The Main Problem?

Merujuk data di bawah ini, bisa dilihat UMR Jateng & Jogja adalah yg paling rendah kalo dibandingkan Jatim & Jabar.

Lantas kenapa lebih banyak pabrik malah invest di Jabar ataupun Jatim?

Yuk kita spill teh nya.

Kenapa saya pengen bahas ini?? Beberapa kali dalam aksi demo buruh, selalu ada netijen tengil yg bilang.

"Ntar kalo pabriknya pindah ke Jateng semua, baru tau rasa lo?!"

Dan...... Kenapa mereka ndak pindah? Kenapa tetep di Jababeka? Kenapa tetep di Pasuruan?

Yok kita bahas.

Untuk memahami ini, kita perlu sedikit kenalan sama konsep fixed and variable costs.

Fixed cost :
Gak peduli produksinya rame atau ndak, cost nya tetep sama. Misal, cicilan mobil dinas kantor.

Variable cost :
Makin banyak produksinya, makin gede cost nya. Misal, raw material.

Untuk labour atau buruh ini case nya agak unik. Dia bisa dianggap fixed cost dan variable cost tergantung situasinya.

UMR pekerja adalah fixed cost. Tiap bulan gak berubah dan selalu segitu.

Tapi upah lembur adalah variable cost. Tergantung seberapa lama dan seringnya lembur.

Maka, dengan asumsi produksi stabil dan TIDAK ADA lembur sama sekali, jelas batasan UMR merupakan kategori FIXED COST.

Fixed cost relatif lebih mudah diantisipasi karna dia selalu flat. Ini alasan pertama kenapa upah buruh sebetulnya bukan horor utama pelaku usaha.

Ada DUA penjelasan yg menurutku jadi alasan KENAPA pabrik-pabrik tetep memilih Jatim dan Jabar dibanding Jateng ataupun Jogja meskipun mereka tau UMR Jatim dan Jabar cukup tinggi, diantaranya adalah :

(1) Shipping Cost
(2) Source Material

(1) Shipping Cost

Dalam memahami ini, kita perlu kenalan lagi sama konsep Geographical Pricing.

Menurut @Investopedia nih, Geographical Pricing itu penyesuaian harga suatu produk berdasarkan lokasi pembelinya.

Makin jauh customernya, makin gede costnya.

Kenapa kemudian banyak pabrik memilih Jabar dan Jatim??

Salah satunya ya agar shipping cost mereka bisa ditekan. Sehingga harga produk juga ndak terlalu mahal.

Pabrik di Jabar fokus memenuhi market Indonesia Barat.

Pabrik di Jatim fokus memenuhi market Indonesia Timur.

Ini kemudian bikin posisi Jawa Tengah jd "nanggung". Mau suplai ke Barat kejauhan. Mau suplai ke Timur juga kejauhan. Dari aspek shipping cost jg kalah efisien.

Market Indonesia Tengah seperti Kalimantan pun sama2 masih bisa dilayani dari pabrik Jabar ataupun Jatim.

(2). Material Source

Ada alasan kenapa banyak pabrik semen beroperasi di Tuban. Yes. Karna dekat dengan sumber material utama mereka, yaitu batu kapur.

Ini alasan kedua kenapa pabrik memilih di area Jatim ataupun Jabar. Faktor kedekatan dengan sumber bahan baku.

Salah satunya pabrik tempat kerja ku sendiri sih. Hampir 75% materialnya ya dari area Timur. Ada yg dari Banyuwangi, Nusa Tenggara, Makassar, Malang, dan lain-lain.

Begitupun pabrik satunya yg di Jabar. Ambilnya dari Jambi, Lampung, Cilacap, Banten, dan lain-lain.

Lagi-lagi secara shipping cost jauh lebih murah drpd mereka kirim ke Jateng atau Jogja.

Jabar ataupun Jatim kalo mau ambil barang dari Jateng juga costnya ndak begitu gede. Jd secara geografis, jateng-jogja ini nanggung, tp Jabar Jatim sangat fleksibel.

Makanya, itulah kenapa raw material jadi variable cost. Makin jauh ambilnya, makin mahal harganya.

Belom lagi kalo impor nih, harga mengikuti kurs dollar. Naik 0.2 digit aja, cost per ton nya udah kerasa. Sangat fluktuatif.

Ini yg lebih sulit diantisipasi drpd fixed cost.

Jadi, bisa disimpulkan faktor labour cost ndak jadi pertimbangan utama perusahaan mengambil keputusan dimana lokasi pabriknya.

Tapi lebih krna faktor shipping cost finished goods mereka ataupun raw material mereka.

Ini masih diluar bahasan birokrasi atau aspek lain loh ya.

Begitulah teh yang bisa kuspill hari ini. Open for discussion. Silahkan bagi yg ingin menambahkan ataupun ingin mengoreksi. Siapa tau bisa nambah insight dan bertukar wawasan.

Sampai jumpa di spill an teh berikutnya!

[THREAD - END]