EDISI AWAL
Sebuah cerita dewasa yg ditulis utk menghibur para pembaca setia. Dengan penulisan ringan tanpa membebani nalar dan pikiran. Ditulis utk bersenang senang sambil menyalurkan hasrat terpendam supaya lancar keluar. Seluruh tokoh dan tempat kejadian dalam cerita ini hanya
Sebuah cerita dewasa yg ditulis utk menghibur para pembaca setia. Dengan penulisan ringan tanpa membebani nalar dan pikiran. Ditulis utk bersenang senang sambil menyalurkan hasrat terpendam supaya lancar keluar. Seluruh tokoh dan tempat kejadian dalam cerita ini hanya
fiktif dan hasil olah pikir penulis. Bila ada kesamaan nama dan tempat itu hanyalah sebuah kebetulan. Semoga bisa menghibur dan berkenan meninggalkan komen & saran.
#ceritadewasa #ceritaseks
#ceritapanas #CeritaMesum #ceritabokep #ceritapendek #cerpen #cerbung #ceritaseksterbaru
#ceritadewasa #ceritaseks
#ceritapanas #CeritaMesum #ceritabokep #ceritapendek #cerpen #cerbung #ceritaseksterbaru
"Mas bangun...!" kata adikku perempuan Wulan "Korannya sudah disiapkan sama bapak"
"Aku rasanya baru berangkat tidur. Jam berapa sekarang Wu?" tanyaku dengan mata masih berat.
"Sudah jam setengah lima, Ibu telah siapkan susunya diatas meja dan ada bekal roti semir didalam kotak
"Aku rasanya baru berangkat tidur. Jam berapa sekarang Wu?" tanyaku dengan mata masih berat.
"Sudah jam setengah lima, Ibu telah siapkan susunya diatas meja dan ada bekal roti semir didalam kotak
Percakapan seperti ini adalah percakapan setiap hariku ketika bangun pagi saat aku masih tinggal di kampung Gandekan di Solo, Jawa Tengah. Aku bersekolah di SMP Negeri 8 di jalan Urip Sumoharjo. Bapakku adalah Peloper Koran dan mengageni beberapa koran nasional baik yg terbit di
Jakarta maupun di Surabaya. Kompas dan Jawa Pos adalah dua nama koran pagi yang aku antar disekitar Pasar Gedhe sambil berangkat ke sekolah. Ada sekitar 300 pelanggan bapakku yang aku layani setiap pagi sehingga aku harus berangkat sangat pagi dengan sepeda jengki yang aku naiki
untuk mengangkut koran2x itu.
Ada kebanggaan bisa bersekolah di SMP Negeri 8 karena ini adalah sekolah favorit dan bapakku selalu mengatakan bahwa aku harus bisa masuk dan lulus ujian. Akhirnya aku memang bisa lolos & diterima di sekolah ini.
Sebagai pengantar koran aku punya
Ada kebanggaan bisa bersekolah di SMP Negeri 8 karena ini adalah sekolah favorit dan bapakku selalu mengatakan bahwa aku harus bisa masuk dan lulus ujian. Akhirnya aku memang bisa lolos & diterima di sekolah ini.
Sebagai pengantar koran aku punya
hak dan kebiasaan membaca headline koran setiap hari. Dan kebiasaan ini memberikan sebuah faedah bagi diriku dan hidupku. Ingin tahu apa yang sedang terjadi dan tahu apa yang telah terjadi menjadi sebuah privilege seorang peloper koran. Setiap hari selalu ada yang mengisi otakku
baik informasi bola, bisnis dan perdagangan serta issue 2x yang lain yang sedang menjadi sorotan lokal, nasional maupun dunia.
Ibuku tidak bekerja, beliau adalah seorang wanita jawa yang mempunyai jiwa "Nrimo ing pandum". Menerima apa adanya, beliau yang menyiapkan makanan utk
Ibuku tidak bekerja, beliau adalah seorang wanita jawa yang mempunyai jiwa "Nrimo ing pandum". Menerima apa adanya, beliau yang menyiapkan makanan utk
kami sekeluarga. Ibuku orang yang pintar, beliaulah yg mengarahkan para pembantu bapakku saat bapakku sedang keluar mengantar bagiannya dengan sepeda motor. Total ada lima orang pengantar koran termasuk aku. Ibu juga yang mengatur semua keuangan & aliran dana masuk dan keluarnya.
Karena bapak seorang agen, beliau sering mendapatkan tawaran serta bonus dari penerbit. Majalah anak anak, majalah bisnis, majalah politik, majalah pertanian serta berbagai majalah dewasa bapak menjadi agennya. Hingga suatu saat bapak bertemu seorang bos dari Jakarta menawari
untuk menjadi agen majalah berbahasa Inggris. Bapak awalnya agak ragu karena pangsa majalah berbahasa Inggris agak kurang. Tetapi beliau menyatakan akan mencoba barangkali bisa juga menjalankannya. Keagenan majalah berbahasa inggris ini sangat eksklusif karena bapak langsung
ditunjuk karena reputasi bapak selama ini tidak pernah bermasalah dengan keuangan serta pembayaran selalu ontime. Ibuku yang mengatur semuanya menjadi lancar.
Saat menerima tawaran majalah2x import berbahasa itu bapak akhirnya berunding dengan ibu untuk menyewa stand di bandara.
Saat menerima tawaran majalah2x import berbahasa itu bapak akhirnya berunding dengan ibu untuk menyewa stand di bandara.
Awalnya ibu tidak setuju, tetapi ide bapak sangat cemerlang karena selama ini kami tidak memiliki stand penjualan majalah dan koran. Semuanya kami terima dirumah kami yang masih sangat sederhana.
Ibu ikut bapak menghadap seseorang yang mengelola bandara. Mereka akhirnya sepakat
Ibu ikut bapak menghadap seseorang yang mengelola bandara. Mereka akhirnya sepakat
sebuah stand koran dan buku serta majalah akhirnya terbuka. Ada buku2x sejarah berbahasa Inggris, ensiklopedia, atlas dan peta2x yang dijual di stand itu.
Yang jadi masalah adalah jarak antara bandara dan rumah kami di Gandekan sangat jauh. Kira-kira 21 kilometer jauhnya dan itu
Yang jadi masalah adalah jarak antara bandara dan rumah kami di Gandekan sangat jauh. Kira-kira 21 kilometer jauhnya dan itu
menjadi kendala. Bapak harus mencari seorang pegawai untuk menjaga stand disana. Keputusan bapak menjual majalah berbahasa Inggris ternyata tidak salah. Banyak expatriate yang bekerja di Solo akhirnya mengontak bapak dan berlangganan majalah2x itu. Penghasilan bapak makin banyak
tetapi harus banyak pula yang harus kita bayar. Waktu bapak tersita byk diluar, pegawai makin banyak juga. Ibuku sempat kewalahan menangani pembukuan dan keuangan. Untungnya adikku Wulan bisa diandalkan, diantara sibuknya mengerjakan pr dan tugas sekolah. Tangannya sangat cekatan
membantu ibu dan setiap kali ibu memanggilnya dia selalu bersedia menghentikan kegiatannya untuk membantu ibu. Sehari hari bersama ibu, ritme kerja ibu bisa dia ikuti. Saat ibu jatuh sakit, kami agak khawatir karena kami mengira pekerjaan akan terbengkalai. Bapak dan aku ternyata
salah besar. Wulan dengan cekatan bisa mengcover menggantikan peran ibu selama bbrp hari. Ibu memberi instruksi apa yang harus dia lakukan sementara beliau terbaring di kasur. Rasa lelah & tingkat stress yg tinggi membuatnya down.
Menjadi pengantar koran pagi ternyata membuatku
Menjadi pengantar koran pagi ternyata membuatku
makin pintar bersosialisasi dan berkomunikasi. Pada hari libur & hari minggu khususnya kesempatan bertemu dengan para pelanggan secara pribadi makin besar. Salah satu pelanggan harian kompas yg tinggal didaerah Jalan Monginsidi adalah Om Harry. Beliau ini guru private matematika
dan fisika. Aku pernah suatu kali menanyakan apakah aku boleh ikut les private. Dengan senyum dia menanyakan aku sekolah dimana dan kelas berapa. Dengan sopan aku menjawab pertanyaannya. Dia mengatakan bahwa kelas yang dia ajar untuk levelku sedang penuh. Nanti aku akan dikabari
bila ada tempat kosong. Sebagian besar murid-muridnya adalah siswa Tionghua dan bersekolah di SMP Warga dan SMP Bintang Laut. Dua sekolah swasta elite yang memang sebagian besar siswanya warga keturunan Tionghua.
Mendengar bahwa nanti aku akan diberitahu bila ada tempat saja, aku
Mendengar bahwa nanti aku akan diberitahu bila ada tempat saja, aku
sangat senang dan berharap bahwa aku bisa les disana.
Aku memberitahu niatku untuk les Matematika dan fisika kepada ibuku. Beliau mengiyakan akan niatanku bahkan mendukung dengan membiayai berapapun uang lesnya.
Aku menunggu kabar dari Om Harry lebih dari 4 bulan ketika aku
Aku memberitahu niatku untuk les Matematika dan fisika kepada ibuku. Beliau mengiyakan akan niatanku bahkan mendukung dengan membiayai berapapun uang lesnya.
Aku menunggu kabar dari Om Harry lebih dari 4 bulan ketika aku
bertemu beliau lagi suatu hari Minggu.
"Om sudah ada tempat untuk saya les Matematika?" tanyaku
"Oh...iya siapa namamu?" tanya Om Harry.
"Arjuna....om" jawabku tangkas.
"Tunggu sebentar aku tuliskan jadwal lesnya. Kebetulan kamu bertanya lagi. Aku sudah lupa kalau tak kau tanya"
"Om sudah ada tempat untuk saya les Matematika?" tanyaku
"Oh...iya siapa namamu?" tanya Om Harry.
"Arjuna....om" jawabku tangkas.
"Tunggu sebentar aku tuliskan jadwal lesnya. Kebetulan kamu bertanya lagi. Aku sudah lupa kalau tak kau tanya"
Om Harry keluar beberapa menit kemudian sambil membawa secarik kertas ditangannya. Aku berdiri sambil tersenyum ada kegembiraan bisa belajar dengan guru terbaik di bidang matematika dan fisika.
"Om ibu menanyakan berapa biaya lesnya sebulan?" kataku
Dengan senyum tulus Om harry
"Om ibu menanyakan berapa biaya lesnya sebulan?" kataku
Dengan senyum tulus Om harry
menggelengkan kepalanya.
"Aku hanya mau kamu belajar dengan sungguh2x dan tertib saat didalam kelas" katanya dengan mata tajam kearahku. Peringatan awal yang aku tangkap dari sorot matanya melebihi peringatan verbal.
"Baik Om!" kataku "Terima kasih banyak Om" aku beringsut pergi
"Aku hanya mau kamu belajar dengan sungguh2x dan tertib saat didalam kelas" katanya dengan mata tajam kearahku. Peringatan awal yang aku tangkap dari sorot matanya melebihi peringatan verbal.
"Baik Om!" kataku "Terima kasih banyak Om" aku beringsut pergi
"Hari ini jam 5 sore!" katanya mengingatkan aku.
Aku menghentikan sepedaku dan berhenti sejenak untuk mengambil kertas yang telah aku kantongi. Aku membaca dua baris jadwal les matematikaku dan memang jadwalnya adalah hari rabu dan hari minggu. Minggu jam 5 sore, rabu jam 7 malam
Aku menghentikan sepedaku dan berhenti sejenak untuk mengambil kertas yang telah aku kantongi. Aku membaca dua baris jadwal les matematikaku dan memang jadwalnya adalah hari rabu dan hari minggu. Minggu jam 5 sore, rabu jam 7 malam
"Baik Om sampai nanti sore!" kataku sambil tersenyum.
Agak berat hati bila memikirkan hari minggu aku harus les matematika. Jam istirahatku & jamku bersenang senang kepotong. Kenapa harus hari minggu? Kenapa saat jam bermainku? berbagai pertanyaan seperti itu menekanku & protes.
Agak berat hati bila memikirkan hari minggu aku harus les matematika. Jam istirahatku & jamku bersenang senang kepotong. Kenapa harus hari minggu? Kenapa saat jam bermainku? berbagai pertanyaan seperti itu menekanku & protes.
Ibu menangkap raut mukaku yang busuk sesaat aku kembali mengantar koran.
"Ada apa Jun, wajahmu kok ngga enak dipandang?"
"Tidak apa apa Bu!" jawabku dengan sopan.
"Ada paket yang dikirim oleh sopirnya Ibu Sudibyo, ibu taruh dikamarmu!" kata ibuku
Ibu Sudibyo adalah salah satu
"Ada apa Jun, wajahmu kok ngga enak dipandang?"
"Tidak apa apa Bu!" jawabku dengan sopan.
"Ada paket yang dikirim oleh sopirnya Ibu Sudibyo, ibu taruh dikamarmu!" kata ibuku
Ibu Sudibyo adalah salah satu
pelanggan koran yang tinggal di Bangunharjo. Beliau adalah seorang Notaris yang anak2xnya telah mencapai keberhasilan. Dua anaknya tinggal di Amerika dan satunya tinggal di Eropa, aku tidak tahu tepatnya di negara mana.
AKu masuk ke kamarku dan menemukan paket yang ibu maksud.
AKu masuk ke kamarku dan menemukan paket yang ibu maksud.
Aku mengambil paket itu, masih atas nama dan alamat Ibu Sudibyo tetapi ada namaku dibawahnya. "Jacket Biru untuk Arjuna"
Jadi isinya jaket pikirku. Aku membuka hati2x kotak paket itu. Suasana hatiku mencair dari wajah busuk seperti kata ibuku, berubah menjadi senyum setelah
Jadi isinya jaket pikirku. Aku membuka hati2x kotak paket itu. Suasana hatiku mencair dari wajah busuk seperti kata ibuku, berubah menjadi senyum setelah
melihat sebuah jacket buatan Amerika dengan warna biru indah. Jaket yang sangat bagus menurut ukuranku dan terlihat mahal karena bahannya tebal dan tidak pernah kutemui bahan sejenis itu.
"Untuk adikku Arjuna, semoga jaket ini bisa menghangatkanmu disaat hujan dan menghindarkanmu
"Untuk adikku Arjuna, semoga jaket ini bisa menghangatkanmu disaat hujan dan menghindarkanmu