Baru dighosting jangan baper. Ada yang lebih ngeselin.

"Dijadwal".
Pernah ngerasa deket sama orang, trus tau-tau segala sesuatunya samar?

Dibilang ngilang, eh ngelike postingan IG. Dibilang ada, eh chat-nya sepi.

Diikhlasin, eh tiba-tiba ngajak makan gara-gara you posting makanan di status WA.
Mereka datang dan pergi tanpa kita tahu kenapa.

Bisa hari ini ngobrol panjang lebar, besoknya bales chat berjam-jam kemudian.

Anehnya kita malah nunggu2in hal-hal kecil semacam nge-like status, ngeliat IGS, dll dari dia.

Kadang sengaja juga buat2 status biar di-like.
Lama-lama, kita bingung. Ni sbnrnya maunya apa? Tapi mau udahan juga gak rela.

"Kemarin enak banget ngobrolnya, terbuka banget dia sama aku. Mungkin lagi sibuk aja kalik ya. Jadi gak sempet chat."
"Yaudah, mungkin dia emang nggak tertarik sama aku. Gpp deh."

Tiba-tiba.

"Hai, giaps?"

Berbunga-bunga lagi...
Sa bahas fenomena ini buat you dari dua sisi: apa tujuan perilaku tsb dan mengapa you kejebak ngikut permainan ini.
Tapi bolela you kalau mau berpendapat dulu. Menurut you, apa tujuan mereka lakukan itu ke you?
Yak ini pendapat madam Azza. https://twitter.com/__azza/status/1315927321962897409?s=20
Ini pendapat kak Dims https://twitter.com/akarprana/status/1315930042359148544?s=20
Mantap ini ibu apoteker https://twitter.com/teofillin/status/1315930554399776768?s=20
Langsung diinterogasi @kanzeila :|
NAH ini! Ini istilahnya. Terima kasih kak Ita. https://twitter.com/itarossiana/status/1315931094860980225?s=20
Jadi breadcrumbing adalah: serangkaian perilaku "afektif" yang tidak dimaksudkan untuk membangun relationship, tapi dilakukan untuk menjaga supaya orang yang sudah dianggap tertarik, dan menarik, tidak "lepas".
Pendapat lain lagi. https://twitter.com/NZeane/status/1315932971002601472?s=20
Apa itu afektif? Afektif adalah segala sesuatu yang menyangkut perasaan dalam kondisi bergejolak maupun tenang.

Jadi memang "operating field" perilaku ini banyak di ranah perasaan.
Jahat nggak? Ini saya gak mau memberikan judgment. Kadang ini terjadi bukan karena disengaja, tapi ada faktor personality dari pelakunya. Kadang sengaja juga sih kwkwkw. Silakan dinilai masing-masing sesuai yang dialami ya.
Sayangnya, bagi yang menerima perlakuan ini, ini hampir pasti menyakitkan, atau setidaknya menggelisahkan.

Soalnya, bingung harus gimana, tapi kok ya ada enaknya juga.

Perasaan dibawa nyaman oleh pelaku, meski tidak konsisten.
Dan ini lintas gender, baik pelaku maupun penerima perlakuan. Kadang cowok pelakunya, kadang cewek. Dan sebaliknya. Kadang cowok ke cowok, cewek ke cewek.
Nah, sekarang kenapa kita sering kejebak ikut permainan ini?

Sebelumnya, saya mau kasi persiapan dulu ke you semua bahwa penjelasan berikutnya akan agak teknis. Kalau merasa ribet, bingung, atau gak paham, you pny dua opsi: googling atau nanya ke ai.
Sa ajak kita semua mengunjungi sebuah aliran psikologi yang cukup tua, tapi masih banyak diterapkan karena memang bisa diandalkan untuk memprediksi banyak perilaku.

Nama alirannya: Behavioristik.
Dari berchapter-chapter buku-buku behavioristik. Bisa diambil key point-nya tiga hal saja:
1. Sebuah kelakuan menjadi lebih sering/intensif kalau mendapat reward/imbalan.
2. Sebaliknya, akan berkurang kalau akibatnya gak enak.
3. Poin 1 lebih kuat drpd poin 2.
Poin 1 simple lah ya. Kalau ena, ya diterusin.
Poin 2 juga simple. Sakit, ya udah jangan diulangin.

Tapi gimana kalau sakit-sakit ena?

Yak betul, poin 3: kemungkinan tetep diterusin.
Bahkan ketika imbalan sebuah tindakan keliatan kecil, kalau menurut orangnya ena, bakal tetep dilakukan.

Terlepas dari ada kondisi painful yang menyertainya.
Fokus orang baru akan semata-mata di bagian rasa sakitnya, ketika rasa ena-nya udah kehilangan makna.

Selama masih bermakna, bakalan:

"....lanjut-yuk-bisa-yuk"
Apa yang bikin rasa ena tetap bermakna? Ada dua hal:
1. Sesuai kebutuhan pribadi. Misal: kalau you pny kebutuhan diperhatikan, maka pemberi perhatian akan you anggap "mantabh!"
2. Bagaimana rasa ena itu menghampiri you.

No 1 bisa sangat unik dari orang ke orang.
Nomor 2 ini ada pola yang umum. Rasa ena atau imbalan menghampiri kita dalam empat cara.
Yaitu
1. Setiap sekian kali sebuah perilaku terjadi.
2. Setiap sekian waktu sebuah perilaku terjadi terus menerus.
3. Entah setiap berapa kali sebuah perilaku terjadi (ngacak).
4. Entah setelah berapa lama sebuah perilaku terjadi terus menerus (ngacak).
Setelah berbagai riset, ternyata terbukti bahwa yang no 3 dan no 4 yang paling kuat. Ketika rasa ena terjadi secara acak sebagai imbalan dari sebuah perilaku, maka peningkatan perilaku tersebut lebih tinggi dibanding poin 1 dan 2.

Bingung? Sa jelaskan lebih simple di bawah:
Perilaku dalam konteks ini adalah: perilaku berharap dikontak, di-like, diajak ngobrol, ditanyain udah makan belom, dan sejenisnya.

Rasa ena-nya apa? Ketika harapannya terpenuhi. You di-like, diajak ngobrol, ditanyain makan apa, dll dll.
Harapan you terpenuhi secara ACAK. Datang di saat yang tidak disangka-sangka.

Kadang, baru kepikiran bentar, eh dichat.
Kadang udah mau menyerah, eh tiba-tiba dikirimin go-food.
Pas udah mulai deket sama orang lain, eeeeehhhhh diajak video call.

Anjim gampang banget luluh.
Jadi gimana, menurut prediksi behavioristik, harapan you akan MENINGKAT.

Kalau misalnya harapan you udah jelas kapan akan terpenuhi, perilaku berharap tsb akan lebih mudah hilang.

Misal: "oh ya udah ntar juga pas lagi di jalan dia ngontak aku."
Lama-lama you akan bosan juga kalau gak ada kejelasan hubungan. Kejelasan cuma dalam hal, kapan dia nge-chat you.

Dan lambat laun jadi pertanyaan: hmmm kenapa kalau udah di rumah gak ngontak ya...

Contoooooh. ini cuma contoooooh.
Jadi, kalau ketidakjelasannya setengah-setengah gitu, malah harapan you lebih mudah redup.

Kalau ngacak total, tapi tetep dapet rasa ena yang dipengenin, malah harapan you membumbung.

Yang tak terduga itu lebih memicu angan-angan.
Ya udah oke. Tarik nafaaaassss.....

Gimana solusinya?
Solusi kongkrit dan spesifik, terserah you. Sa mau kasih sedikit rambu-rambu aja.

1. Selalu jadi subyek dalam percintaan, hindari jadi obyek. Temukan yang you mau. Hadapi setiap isu romantik dengan sikap: "Gue yang berkuasa atas hati dan pikiran gue."
2. Kadang emosi kita dari masa kanak-kanak dan remaja "mencampuri" keputusan-keputusan kita di masa kini. Jaga kesadaran bahwa you live right here and now.
3. Belajar ambil keputusan. Keluar dari belenggu hati vs. pikiran. Keputusan terbaik adalah keputusan yang DIAMBIL dan DIJALANKAN.

Untuk itu hati dan pikiran harus terlibat dua-duanya. Ndak ada itu: ikut hati apa otak? Pake dua-duanya!
Demikiyan sodara-sodara. Seperti tadi saya bilang, kalau ada yang gak ngerti, silakan nanya. Sa jawab sebisa-bisanya.

Nah, you ada yang tertarik soal arsitektur? Pasangan ai lagi cerita tentang arsitektur, sila diliat-liat di sini: https://twitter.com/kanzeila/status/1315934996910096385?s=20
You can follow @andrywaseso.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: