Jawa sejak dulu kala tidak pernah memandang sebelah mata kaum hawa, sebut saja Sri Suhita anak dari pasangan Bhre Daha II dengan Wikrama Wardhana adalah seorang Wanita Jawa ke 2 yang pernah berkuasa di Majapahit.
Adapun wanita pertama penguasa Majapahit sebelumnya adalah Tribhuwana Tungga Dewi. Dari sejarah ini menjadi bukti bahwa peran Wanita di Jawa sangat diperhitungkan.
Suami yang mendampinginya saat menduduki tahta Majapahit bernama Bhra Hyang Parameswara. Saat naik tahta Majapahit, Sri Suhita bergelar Bhatara Prameswara. Kuil Sampokong, mencatat nama Sri Suhita sebagai Su King Ta, dalam kronik China menyebutnya sebagai Bhre Daha III.
Sedang menurut rekam jejak dinasti Majapahit, Sri Suhita adalah Raja Majapahit ke VI.
Yang menarik pada masa kekuasaan Sri Suhita diantaranya pernah menyelamatkan pribumi Majapahit dari krisis bahan makanan pokok lantaran kemarau panjang, yang berlangsung sejak mangkatnya Bhre Tumapel.
Selain tegas dan tidak segan-segan menjatuhkan hukuman berat pada pelaku kejahatan, terutama yang mengancam keselamatan Kerajaan Majapahit, dibalik itu ternyata Sri Suhita menjunjung tinggi toleransi, tidak radikal dan tidak pula semena-mena.
Sebut saja Arya Teja yang beragama Islam, oleh Sri Suhita dipercaya mewakili Majapahit menjadi Adipati Tuban.
Sebagaimana kita tahu bahwa Adipati Tuban Arya Teja nantinya memiliki putra Tumenggung Wilatikta yang kemudian Tumenggung Wilatikta memiliki putra Kanjeng Sunan Kalijaga muridnya Kanjeng Sunan Bonang.
Dalam kronik China menyebut Arya Teja sebagai Gan Eng Cu, disinyalir pemimpin Islam pertama di wilayah Tuban.
Pada tahun 1447 Masehi, Sri Suhita mangkat. Kebesaran dan kehebatannya sebagai Wanita Penguasa Majapahit dicandikan bersama suaminya di Singhajaya. Kemudian tahta Majapahit dinaiki oleh Dyah Kertawijaya, dalam Pararaton dikenal sebagai Raden Hardi Wijaya atau Brawijaya I.
Dengan gelar Sri Maharaja Wijaya Parakrama Wardhana yang berkuasa di Majapahit hanya selama 4 tahun / 1447-1451 Masehi.
Walau demikian kala itu Bangsawan-bangsawan Jawa mulai dari kekuasaan Sri Suhita hingga kekuasaan Dyah Kertawijaya tetap saja menghormati ajaran Islam dan pendakwahnya, maka adalah wajar jika saat ini rata-rata pemeluk Islam yang paham akan sejarah Jawa, tidak semena-mena pada…
…warisan adat istiadat leluhur Trah Jawa yang diwariskan secara turun temurun.

Saya muslim yang taat, namun saya di ajari oleh kedua orang tua saya tentang pentingnya berdaulat sehingga tidak gagal menjadi bangsanya sendiri, minimal tahu balas budi.!
You can follow @M_Prabayaksa.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: