Mengenali Gejala Serangan Panik pada Remaja dan Bagaimana Cara Menanganinya

[THREAD]

Sebelum aku masuk ke dalam bahasan, aku mau kasih tahu apa itu serangan panik/panick attack. Mungkin ada beberapa dari kalian masih belum tahu apa itu serangan panik.

Serangan panik adalah suatu episode anisietas yang cepat, intens, dan meningkat, yang berlangsung selama 15 sampai 30 menit, individu mengalami ketakutan emosional yang besar juga ketidaknyamanan fisiologis. Pasien gangguan panik sering ditemukan pada mereka yang-cont

pada usia produktif yakni 18-45 tahun. Dan lebih umum ditemukan pada wanita, terutama mereka yang belum menikah serta wanita post-partum.

Penjelasan ini aku dapat dari jurnal Medula Unila volume 4 nomor 3 pada halaman 14 dengan judul-cont

Laki-laki 39 Tahun dengan Gangguan Cemas Menyeluruh yang ditulis oleh Anityo Nugroho pada tahun 2015.

Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia dalam presentasinya yang disampaikan pada Temu Media HKJS 2018, diperkirakan 10-20% remaja di seluruh dunia pernah mengalami masalah kesehatan jiwa, namun underdiagnosed & undertreated.

Banyak faktor kenapa hal tersebut bisa terjadi. Salah satunya adalah karena kurangnya pemahaman akan gejala dari masalah kesehatan jiwa, takut karena masyarakat masih memberi perlakuan diskriminatif kepada orang-orang yang pergi ke psikiater, psikolog, dan dokter jiwa-cont

untuk mendapatkan pengobatan.

Banyak orang yang tidak menyadari bila ia memiliki serangan panik karena gejalanya yang serupa dengan serangan jantung. Padahal bila kita lebih teliti lagi, terdapat beberapa perbedaan yang cukup jelas, yaitu-

Biasanya serangan jantung terjadi ketika kita sedang melakukan aktivitas fisik, sedangkan serangan jantung umumnya terjadi ketika kita sedang beristirahat.

Gejala serangan panik terdiri dari gejala emosi dan gejala fisik. Gejala emosi yang terjadi ketika seseorang sedang mengalami serangan panik adalah, rasa takut dan cemas yang tidak dapat dijelaskan, ketidakmampuan untuk fokus, kegagalan bersantai, mengharapkan bahaya-cont

linglung, mudah kesal, dan perasaan tegang. Sedangkan gejala fisiknya adalah berkeringat berlebihan, gemetar, kontraksi otot, ketidakmampuan tidur, merasa lelah, kesulitan bernapas, mual, detak jantung lebih cepat, sakit dada, dan tekanan darah meningkat.

Tapi di sini yang perlu diingat adalah, bila teman-teman sering mengalami salah satu atau seluruh gejala di atas, harap segera mengkonsultasikan diri ke psikolog, dokter, psikiater, atau bahkan dokter jiwa, agar tidak terjadi self-diagnose.

Self-diagnose seringkali tidak benar dan tepat karena hanya berdasarkan pengetahuan yang dimiliki atau berdasarkan sumber-sumber tidak resmi dan kurang kredibel. Oleh sebab itu, dibutuhkan penanganan yang tepat dari para ahli bila memiliki gejala-gejala tersebut.

Cara mengatasi gangguan panik bisa dengan cara psikoterapi, konsumsi obat, atau keduanya. Apabila ada seseorang di sekitar kita mengalami serangan panik, kita bisa memimpin mereka untuk bernapas secara normal. -cont

Karena pada umumnya, seseorang dengan serangan panik memiliki gejala napas yang tidak teratur.

Berdasarkan data yang dirilis Kemenkes, angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia menurut hasil sample registration system pada tahun 2016 adalah 1.800 jiwa per tahun.

Oleh sebab itu, sudah menjadi tanggung jawab kita, sebagai masyarakat, untuk menerima orang-orang dengan gangguan kesehatan mental dan tidak mengucilkannya. Agar mereka semua yag tengah berjuang, bisa menerima dirinya dan tidak membenci diri mereka sendiri.

Untuk yang membaca thread ini dan sedang berjuang menerima kondisi kamu. Semangat Kondisimu yang sekarang itu bukan lah salah kamu. Jangan pernah menyerah ya. Kita berjuang bersama-sama.

Kamu manusia kuat yang Tuhan ciptakan. Buktinya kamu dapat bertahan hingga detik ini dan membaca thread aku sampai selesai. Terima kasih sekali lagi atas perjuanganmu yang luar biasa Aku bangga sama kamu :)

#Adhikara58
#MabaUB2020
#RAJABrawijaya2020
#KitaSatuBrawijaya
#KreasiNyataBrawijayans
#LoveYourself

#GenerasiZ
#GENZ
#KesehatanMental

This thread made by:
Agista Attarsyahrani, mahasiswa FEB UB, akuntansi 2020, cluster 28.