DITEROR DAN DIANCAM SELAMA 2 TAHUN OLEH ORANG YANG TEROBSESI PADA SAYA
Saya tahu akun saya ga begitu penting dan kecil, tapi saya tahu warga twitter dapat membantu saya mengingat begitu menderitanya saya atas kasus ini
WARNING! Cerita ini agak Panjang
[Sebuah Utas]
Saya tahu akun saya ga begitu penting dan kecil, tapi saya tahu warga twitter dapat membantu saya mengingat begitu menderitanya saya atas kasus ini
WARNING! Cerita ini agak Panjang
[Sebuah Utas]
Saya merupakan mahasiswa semester 5 di salah satu perguruan tinggi di Surakarta (U*S) jurusan ** (jurusan dengan cakupan ilmu gabungan antara manajemen dan ilmu teknik). Pada semester 1 saya cuti karena sakit yang saya alami kambuh (Bipolar Disorder) sehingga saya tidak (cont)
sempat mengikuti ospek dan tidak banyak mengenal teman-teman satu jurusan.
Pada November 2018, ada seorang anak bernama RP mendekati saya yang saat itu saya sedang dalam masa cuti semester 1. Awalnya saya pikir dia merupakan perwakilan angkatan yang mencoba ingin mengetahui kabar saya yang sedang sakit. Saya sangat menerima usaha dia dalam (cont)
mencari tahu kabar saya walaupun saya sempat berpikiran aneh karena baru awal ngechat sudah mengatakan “kamu cantik, udah punya pacar belum?” dan sebagainya, padahal saat itu kami baru kenal
Namun entah kenapa saya jawab “tidak” saat itu dan dia semakin aktif ngechat saya. Sayapun mulai menanggapi chat-an dia sekedar nanya “lagi apa” dsb. Namun lama-kelamaan dia jadi sering curhat masalah pribadi maupun masalah kuliah dia (dia merasa kesepian tidak (cont)
mempunyai teman). Lama-kelamaan setelah sekitar 1 minggu, saya merasa dia suka pada saya dan mulai bertingkah aneh yakni melarang saya berteman dengan anak anak seangkatan entah laki-laki maupun perempuan.
Kemudian pada suatu pagi di Awal Desember 2018 setelah saya bangun tidur, saya mendapat pesan WA bahwa dia sudah dalam perjalanan menuju Kota tempat tinggal saya (dia berasal dari daerah Jawa Ngapak), padahal sebelumnya (cont)
tidak memberi kabar sama sekali (sebelumnya saya pernah shareloc lokasi rumah saya). Karena tidak enak, akhirnya saya terpaksa menemuinya. Saat bertemu kami pun ngobrol baik-baik seperti biasanya walaupun sejak kejadian pelarangan itu saya mulai agak risih dengan sikap dia.
Anehnya, selama dekatpun dia berusaha mati-matian agar saya tidak menceritakan kedekatan kami pada teman satu angkatan. Setelah itu saya mulai curiga dengan gerak-gerik dia yang begitu posesif pada saya padahal tidak ada status apapun diantara kami.
Saya mulai tidak nyaman dan menghubungi salah satu teman dekat saya di jurusan yang bernama M untuk menanyakan lebih rinci mengenai sifat dia yang sebenarnya di kampus.
Setelah saya mengontak M, dia sangat kaget setelah mengetahui saya didekati oleh RP. Saya pun diwanti-wanti olehnya untuk tidak terlalu dekat apalagi baper. Kata M, RP adalah orang yang hampir mendekati banyak perempuan (hampir semua perempuan di angkatan pernah didekati (cont)
olehnya dan semuanya sangat kesal dengan tingkah laku RP ini). Setelah saya menghubungi M, saya pun seketika kesal dan tidak mau menjalin hubungan lebih dekat dengan RP dan menjauhinya perlahan
Setelah itu saya memutuskan untuk mengikuti acara Makrab Jurusan di Tawangmangu yang diselenggarakan sekitar bulan Januari 2019. Saya memutuskan untuk mengikuti acara tersebut karena itu adalah wadah untuk saya berkenalan dengan teman teman yang lain disaat saat habis saya cuti.
Selain itu saya juga ingin tahu bagaimana tanggapan teman teman terkait sifat RP ini kepada saya. Namun saat RP mendengar bahwa saya ingin megikuti acara tersebut entah kenapa RP berusaha melarang saya untuk mengikuti acara tersebut.
Dia bahkan mengancam saya “kalau kamu main sama mereka kamu bocil banget awas aja ntar”. Dia seolah-olah seperti ketakutan sekali. Karena saya sudah merasa jengah akhirnya saya block nomor dia dan tetap mengikuti Makrab tersebut.
Pada saat makrab itulah semua informasi tentang dia yang viral di kalangan angkatan mulai terkuak. Ternyata RP ini tipe orang yang dalam bahasa gaulnya “genit” pada seorang perempuan. Bahkan dia ternyata mendekati hampir seluruh mahasiswa perempuan pada jurusan saya (cont)
(persis seperti yang diungkapkan M). Sudah banyak korban yang jadi bahan kegenitan si RP ini. Karena hal itulah seangkatan terutama yang perempuan mulai tidak nyaman dengan dia alias illfeel dan sedikit menjaga jarak sehingga RP tidak memiliki teman dekat sama sekali di kampus.
Setelah itu dia mencoba ngechat saya dan marah karena saya nekat mengikuti makrab tersebut saya yang kesalpun ikut memarahi dia karena dia sudah berani berlaku kasar secara verbal ke saya padahal. SAYA TEGASKAN saat itu kami TIDAK MEMILIKI STATUS HUBUNGAN APAPUN SELAIN BERTEMAN.
Setelah makrab usai, pulangnya saya membuka blokir dan mencoba bertemu dengan dia di Mom*ilk untuk membicarakan apa maksud dia dan keinginan dia. Dan saya juga meminta secara baik baik bahwa saya tidak bisa menjalani hubungan lebih dari teman.
Namun apa yang saya dapatkan? Dia justru ngamuk disitu dan bilang bahwa saya telah terpengaruh oleh apa yang dikatakan angkatan. Dia bahkan ingin membuang paksa kartu ucapan “selamat datang (namaku)” dari teman-teman saat makrab.
Saya bertanya apa maunya. Dia menjawab bahwa saya tidak boleh berteman dengan siapapun intinya kemana mana harus sama dia. Saya yang kesal dan marahpun meninggalkan paksa dia disitu sendirian menggunakan ojol.
Melihat saya meninggalkan Mom*ilk, RP semakin menjadi-jadi kepada saya dan mengucapkan kata-kata kasar kepada saya seperti “Tua Bangka” “Murahan” “Gapunya harga diri” dll.
Mengatakan kalau saya akan dipengaruhi angkatan atau mengatakan saya bergaul dengan bocah (dia menganggap kelahiran 2000 adalah bocah, dia sendiri lahir pada 1999). Saya posisi menangis saat itu
Saya pun memblokir kontak dia kembali dan sebelumnya ngechat dia untuk terakhir kalinya secara baik-baik bahwa bahwa saya tidak bisa menjalin hubungan lebih dari teman dan meminta maaf atas kejadian di Mom*ilk, namun ajakan saya justru membuat dia emosi dan (cont)
mengatai saya dengan omongan kasar dan menuding saya bahwa saya sudah dipengaruhi oleh teman teman.
Karena dia emosi dan tidak bisa diajak menerima keputusan saya, saya pun memblokir kembali kontak dia dan setelah itu mulai bermunculan nomor-nomor asing yang mulai meneror saya yang tidak lain adalah RP yang memaksa saya untuk jadian dengan dia.
Saya tidak tahan terus-terusan memblokir nomor asing yang digunakan dia untuk meneror saya bahkan mengancam saya. Salah satu teroran lain yang masih saya ingat adalah dia pernah meminjam buku saya namun ketika saya tagih ia tak mau mengembalikannya (cont)
sebelum saya mau diajak ke kota dia untuk diajak kenalan dengan keluarganya. Apalagi dia memaksa saya pada hal yang diluar batas wajar. Dia ingin menikahi saya. Sungguh membuat saya gila saat itu apalagi buku itu saat itu saya perlukan. Namun saya akhirnya mengikhaskannya.
Berikut bukti chat dia dengan temannya yang bilang ingin menikahi saya. Jadi temannya ini suruhan dia untuk menanyakan kabar saya karehna kontak dia saya blokir terus (temannya inipun juga risih terus disuruhi si RP)
Ancaman yang paling parah saat itu adalah dia mengancam saya akan menyebarkan penyakit yang saya derita yang menjadi alasan saya cuti saat semester 1 yakni saya menderita Bipolar Disorder.
Karena saya semakin tidak merespon dia di chat, dia pun mulai berani bermain fisik dengan saya. Dia menendang kaki saya saat berjalan dan menyerempet saya dan teman saya M yang saat itu berboncengan dengan saya hingga hampir jatuh.
M saat itu pun juga ketakutan dengan dia (saat itu saya belum berani speak up masalah saya dengan RP ke seluruh angkatan, hanya ke orang-orang terdekat saya).
Kemudian karena mulai menimbulkan keresahan seperti sering membuntuti dan menunggu tiba-tiba di depan kos saya (saya sampai menginap di kos teman saking ketakutannya) dan mengancam bahkan sampai menyakiti saya dan orang-orang terdekat saya, (cont)
saya pun menceritakan masalah ini ke ketua angkatan yang kemudian menyarankan saya untuk dibuatkan rapat besar angkatan agar seluruh angkatan jurusan 2018 tahu dan bisa melindungi saya selain itu juga untuk menyadarkan sikap RP yang sudah sangat kelewatan.
Saya pun setuju dan dilaksanakanlah rapat besar tersebut dengan hasil dia berjanji tidak akan meneror lagi pada saya didepan seluruh angkatan yang hadir pada malam itu (sekitar bulan april 2019).
Selama kurang lebih 1 minggu setelah diadakan rapat besar, RP mulai diam dan tidak ada chat asing masuk lagi ke nomor saya. Namun setelah itu selang 1 bulan dia pun kembali meneror saya dan mulai mengancam saya.
Saya pun bercerita kembali kepada ketua angkatan dan melabrak dia berkali-kali (karena dia susah untuk jera dan terkesan meremehkan gertakan ketua angkatan yang mengancam akan dikenakan sanksi tegas).
Saya yang lelah dan ketakutan dengan sikap dia yang tidak berubah, sayapun terus mencari cara lain seperti mengganti nomor ponsel, akun sosmed, bahkan saya menyuruh teman saya D untuk berpura pura menjadi pacar saya agar dia menjauhi saya dan berhenti meneror saya.
Namun setelah teman saya menghubungi dia dan mencoba mengajak diskusi baik-baik, dia justru malah berani mengajak teman saya bertemu dan mengajak berkelahi bahkan dia juga berani mengancam saya lewat D. Diapun juga kerap meminta teman saya agar saya mau diajak bertemu saat itu.
Kejadian teror ini berlangsung sampai akhir semester dua (Juli 2019), yang bisa saya lakukan selama itu hanya terus terusan memblokir dia dan sebisa mungkin menjauhi dia (langsung pulang saat kuliah dan kemana mana ditemani teman)
Bahkan mengurungkan niat untuk bercerita kepada orang tua dan melapor ke kantor polisi. Saat saya menginjak semester 3 intensitas bertemu kami semakin berkurang karena sebagian besar saya mengulang matkul semester 1 dengan adik tingkat dan (cont)
saya sudah memiliki pacar saat itu. Dia pun mulai berhenti meneror saya. Namun kejadian itu tidak berlangsung lama.
Awal februari 2020 dia meneror saya kembali dengan tiba tiba memposting foto pribadi saya tanpa izin ke media sosial Instagram dang menge-tag saya dengan caption ingin mengajak saya untuk kembali dekat dengan dia.
Selain itu dia juga menuliskan kata-kata bodyshaming terhadap pacar saya. Sayapun yang sudah berpikir dia sudah menjauhi saya menjadi was-was kembali dan ketakutan. Diapun juga meneror saya kembali via WA namun saya blokir.
Bahkan tak tanggung tanggung dia juga berani menghubungi teman pacar saya dan tujuan ingin mengajak/menantang pacar saya berkelahi 1 vs 1 dengan dia. Serta berusaha mendapatkan informasi pribadi pacar saya melalui teman pacar saya ini secara paksa. (cont)
Setelah dia diberikan nomor pacar saya oleh teman pacar saya, dia pun langsung menghubungi pacar saya dan menyuruh pacar saya untuk menjauhi saya.
Karena saya marah dia sudah berani meneror pacar saya sayapun memberanikan diri ngechat dia menggunakan nomor kedua pacar saya. Saya benar benar ingin dia berhenti melakukan ini terlebih saat itu sudah terhitung 1,5 tahun lamanya.
Namun bukan sambutan baik justru dia malah mengatai saya murahan dan tidak punya harga diri. Bahkan berani mengatur saya padahal saya jelas jelas sudah punya pacar.
Karena saya semakin resah dan menimbulkan keresahan di banyak orang termasuk pacar saya, saya pun memutuskan untuk melaporkan kejadian ini pada pihak kampus agar ditindaklanjuti.
Kejadian dia meneror saya sudah terhitung lebih dari 1 tahun terhitung sejak desember 2018 sampai sekarang dan 50 lebih kontak asing telah saya blokir yang tak lain adalah milik RP. Ternyata dari puluhan kontak ini saya dapat pengakuan dari salah satu teman jurusan (cont)
bahwa dia dapatkan nomor baru dengan cara menipu teman temannya dengan meminjam nomor ponsel untuk di buatkan wa baru untuk meneror saya (biasanya 2nd number yang biasa untuk paketan).
Setelah itu awal Maret 2020 saya memutuskan untuk melaporkan RP ke pihak prodi. Saat pelaporan di prodi sedang diurus, kasus ini cukup ditanggapi serius oleh prodi dengan membimbing RP dan saya dengan PA masing-masing.
Saat itu sayapun yang awalnya berusaha lapor ke polisi dicegah dengan hukum tingkat awal dari prodi. Jika RP masih berulah, prodi menjanjikan akan membawa kasus ini lebih lanjut ke tingkat kampus.
RP pun saat itu sudah mulai jera dengan diancam Drop out oleh prodi dan kabarnya dia sudah ttd hitam diatas putih bahwa dia tidak akan mengganggu saya lagi. Selain itu, saya pun bahkan rela pindah kelas demi menjauhi dia dan diapun sudah berhenti meneror saya.
Namun hal itu tidak berlangsung lama, satu minggu setelah pelaporan dia berani mengontak adik saya dan saat itu juga langsung saya blokir karena saya ketakutan
Setelah mengontak adek saya langsung saya membuka blokir dan ngechat RP dan memarahinya saya saat itu benar benar ketakutan saya takut jika terjadi apa apa pada keluarga saya. Dimana (cont)
saya tidak tahu dia dapat kontak adik saya darimana, bahkan saya tidak pernah memberi tahu nama adik saya pada RP.
Setelah dia ngechat adek saya, sayapun kembali menghubungi Dosen PA terhadap masalah ini. Namun yang saya sayangkan adalah beliau saat saya temui di prodi bersama PA nya RP justru mengatakan saya hanya terlalu ketakutan dan tidak perlu digubris.
Beliau berkata “ini Cuma masalah remaja biasa, ancaman dia hanya gertakan sambal” saya sebenernya merasa kecewa dengan jawaban tersebut terlebih trauma yang saya rasakan untuk bersebunyi dari RP sangat membuat saya menderita.
Setelah kejadian itu sekitar bulan Juni 2020 dia sudah berhenti meneror saya. Belum selesai sampai disitu, Awal September 2020 dia kembali meneror saya dengan memfollow akun ig saya sebanyak 3 kali. Jadi ketika ada 1 ig follow saya, (cont)
saya langsung blokir dan ketika itu juga dia menggunakan ig baru lagi untuk mencoba follow akun saya entah dia daftar memakai nomor siapa (akun ini padahal memakai username bukan saya dan ava yang bukan saya juga, saya tidak tahu dia dapat aku ig saya dari mana)
Setelah itu dia kembali meneror pacar saya pada bulan yang sama, dia berusaha memaksa pacar saya untuk memberikan alamatnya dan mengajak bertemu via twitter. Tentu saja dia memakai akun bodong.
Setelah kejadian itu saya mulai kesal dan ketakutan sekali saya takut dia berbuat yang tidak-tidak pada pacar saya ataupun keluarga saya, entah saya yang lebay atau (cont)
bagaimana akhirnya terbesit pikiran saya untuk mencari kontak keluarganya dan mencoba musyawarah baik baik degan keluarganya karena prodi sudah tidak mempan dalam menangani dia.
Namun hasil pencarian saya tidak ketemu sampai akhirnya saya menemukan kontak temannya dan menanyakan kontak mantannya untuk bertanya bagaimana sifat RP ini dulu saat berpacaran dengan mantannya.
Saya ngechat mantan RP pada 15 September 2020, Ternyata saya terkejut mendengar pengakuan dari mantannya si RP ini. Ternyata dia juga mengalami hal yang sama dengan saya bahkan dia sudah diteror 4 tahun lamanya dari dia SMP hingga lulus SMA.
Selain itu, ternyata mantannya juga mengalami peneroran seperti yang saya alami. Bahkan terakhir 1 tahun yang lalu sesuai ss-an yang saya lampirkan.
Mendengar pengakuan mantannya RP saya semakin takut dan berniat memberikan efek jera pada RP ini karena saya cukup ketakutan dan depresi terus terusan diteror sepert ini.
Terlebih dia mengancam saya bahwa dia akan mengganggu dan membuat saya menderita selama 4 tahun lamanya. Saya sudah berusaha memakai segala cara untuk membuat dia jera mulai dari disidang 1 angkatan, (cont)
dilaporkan ke prodi bahkan dilabrak bareng ketua angkatan juga pernah, tapi teroran dia seolah olah tidak pernah berhenti.
Saya menangis dan ketakutan setiap malam jika terjadi sesuatu pada orang orang terdekat saya terutama orang tua saya. Sayapun sering kambuh dan berpikiran untuk cuti kembali akibat teroran RP.
Saya juga meminum obat penenang dari psikiater saya untuk menenangkan saya bahwa “everything will be fine”. Padahal sebelumnya saya sudah stabil dan sudah lepas obat
Tujuan saya membuat thread ini adalah saya ingin RP mendapatkan sanksi yang tegas sehingga dia berhenti meneror saya karena saya depresi dan hampir bunuh diri karena terus diteror olehnya.
Saya sangat berharap warga twitter dapat membantu saya. Saya benar benar tidak kuat. Twitter please do your magic
