Bacain bestie ngomongin karakterisasi sama dinamik di fanfiksi jadi pengen bilang sesuatu juga, but ini general thoughts ya, dan gak applied to my characters only tapi juga gak bilang kalo ini facts
Sometimes, kalo yg ngerasa di dalem sebuah cerita ada karakter yg jahat, do we actually know their background? Karena kadang mudah ngerasa asumtif dia antagonis hanya karena menyakiti protagonis.
The thing that I've been observing is; tiap karakter ada 'porsinya' masing2 dalam menimbulkan konflik, dan that's how people juga usually are. Kadang karena motifnya gak clear aja, makanya kesannya jadi 'jahat'.
That's why in my stories, saya selalu berusaha membuka setiap background character supaya gak timbul persepsi 'antagonis' gini. Lho kok? Iya, karena saya tau antagonis begini enak jadi kambing hitam dalam konflik dan it's not very healthy aja imho.
Sering kan lihat orang yg blind-hate sama satu karakter karena dia berbuat gak menyenangkan di kisah fiktif?
nah itu, saya ngehindarin. Selain karena saya bikinnya pake real person di fiksi, buat saya perlakuan sengaja bikin karakter dimisunderstood juga gak adil aja sih.

Jadi pas ada yg bilang 'susah, Rhe, di ff kamu gak ada yang jahat', well sebenernya menurut saya itu ilusif. Soalnya yg dialami kemungkinan besar adalah reader mengerti dengan motif karakter itu, dan berhasil berempati, jadi nggak ngerasa ada yang jahat aja hahahaha
Thing that I don't imply in this thread is; bukan berarti ini applied ke seluruh sikap antagonis ya, bukan berarti harus berempati ke segala jenis kejahatan juga. I simply want to say every character has something to say to explain their action, itu menyenangkannya menulis.
This way, saya punya opsi berbeda untuk bikin cerita ketimbang menghadirkan pola yang udah selalu ada, dikotomi baik-buruk. Ada spektrum di tengahnya yg sebenernya bisa digali, dan semuanya punya kedua sisi itu di kesempatan berbeda :)