Dear @CNNIndonesia, ‘kegilaan’ yang disebutkan di sini istilah psikologis-nya itu Celebrity Worship atau pemujaan terhadap selebriti ya. Teorinya dikembangkan oleh Maltby (2004). Dan gak cuma berlaku untuk k-popers atau fans k-pop tapi ke semua fans selebriti lain.
Kayaknya juga istilah ‘kegilaan’ tuh berlebihan deh, lebih cocok menggunakan istilah ‘fanatik’. Tapi apakah memang pemujaan terhadap selebriti seberbahaya itu? Sebenarnya kembali lagi ke pribadi masing2 orang ya bagaimana cara menyikapi ketertarikan dia terhadap selebriti idola.
Dan betul, memang ada tingkatannya. Seperti yang udah dijelasin. Tapi mau koreksi dikit ya, ini berdasarkan teorinya Maltby (2004). Berdasarkan teori Maltby, ada yang namanya aspek entertainment-social, intense-personal, dan borderline-pathological.
Aspek entertainment social ini masuk ke tingakatan paling rendah dari Celebrity Worship. Gimana perilaku fans pada tingaktan ini? Halu tipis-tipis? Hoho enggak.
Di tingkatan ini fans menganggap idolanya sebagai HIBURAN. Fans seneng ngomongin idolanya, cari2 info ttg mereka. Untuk apa? Untuk halu? Engga, untuk SENENG-SENENG. Kalo kata Stever (1991, dalam Maltby, 2004) fans tertarik pada selebriti karena kemampuan mereka untuk menghibur.
Aspek kedua itu, intense-personal. Tingkatan kedua, tingakatan sedang. Kalo di tingkatan ini fans tuh diasumsikan memiliki perasaan intensif dan kompulfis terhadap selebriti idolanya, dan HAMPIR mendekati perasaan obsesif.
Kalau di tingakatan entertainment social tadi fans mencari info tentang idolanya untuk seneng2, di tahap ini tuh fans merasa butuh untuk tau info2 tentang idolanya. Kayak wajib kudu harus tau gitu. Makanya selalu ngecek akun2 idolanya.
Nah di tingkatan ini tuh fans merasakan perasaan empati. Kalau idolanya sedih fans bakalan ikut sedih jg, idolanya seneng, fans bakalan ikutan seneng juga. Di sini juga fans merasa bahwa keberhasilan idolanya itu keberhasilan mereka juga. Makanya kan pada semangat vote2 idolnya.
Di tingkatan ini juga fans tuh melakukan imitasi ke idolanya. Semua barang2 yang idolanya pake kalau bisa dibeli mah fans juga bakal ikutan pake. Idolanya jadi Brand Ambasador brand A, pada berbondong2 beli brand A.
Nah tingaktan ketiga itu borderline-pathological. Tingkatan paling tinggi dari Celebrity Worship. Pada tingkatan ini fans itu diasumsikan memiliki pemikiran yang irasional dan tidak terkontrol tentang selebriti idolanya. Beberapa poin yang disampaikan CNN memang benar.
Pada tingkatan borderline-pathological ini emang fans memiliki perilaku & fantasi tidak terkontrol terhadap idolanya yg bikin fans berkhayal kalo idolanya itu adalah pacar atau suaminya. Berkhayalnya yg berlebihan gitu loh. Sampe gak bisa bedain mana yang nyata mana yang engga.
Fans juga berperilaku obsesif terhadap idolanya. Makanya kalau idolanya punya pacar tuh sampai marah banget ke pacar idolanya. Sampe ngata-ngatain dan ngirim death threat.
Dan pada tingkatan ini tuh fans rela melakukan apapun demi idolanya walaupun hal itu bisa saja melanggar hukum dan merigukan banyak pihak termasuk mungkin merugikan idolanya itu sendiri. Contoh nyatanya ya sasaengs.
Tapi apakah fans yg ada di tahap ini tuh semuanya punya keinginan untuk membunuh idolanya & keinginan untuk bundir? Di dalam teorinya sih gak disebutkan hal itu. Menurutku mungkin yg punya keinginan untuk ngelakuin hal ekstrim itu sih karena udah dipicu sama hal2 lain di luar CW.
Nah sampe sini penasaran gak sih K-popers Indo tuh masuk tingkatan celebrity worship yg mana? Hoho tenang. Gue udah lakuin penelitian terkait CW ini waktu gue skripsian. Tada ini draft-nya belom sempat dibukuin keburu coronces huf tp udah lulus kok. Mari kita bahas lebih lanjut.
Sorry abis ada urusan🤣

Tapi sebelumnya kita bahas metode penelitiannya dulu ya. Duh Ya Allah udah berasa sempro. Anyway penelitian gue pake pendekatan kualitatif dan sampelnya sebanyak 3924 orang. Dengan kriteria subjek sbb:
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini tuh Skala Celebrity Worship yang diadaptasi dari Celebrity Attitude Scale yang disusun oleh Maltby, Day, McCutheon, Houran, dan Ashe (2006). Yang udah diuji reliabilitasnya yaitu:
Nah cara gue ambil data itu nyebar skala di twitter jadi yang ngisi skala ini tuh warga twitter. Sekalian gue jelasin demografi subjeknya ya.
Pertama usia. Rentang usianya ini gue bagi jadi 4 kategori berdasarkan teori Hurlock (2003).
* Remaja awal (usia 12-15 tahun) = 428 orang
* Remaja tengah (usia 16-18 tahun) = 1388 orang
* Remaja akhir (usia 19-21 tahun) = 1340 orang
* Dewasa awal (usia 22-38 tahun) = 768 orang
Bisa diliat dong ya kalau usia K-popers tuh beragam banget. Jadi asumsi kalau kpopers tuh semuanya bocah jelas ngga valid~
Kalau berdasarkan jenis kelamin ya udah jelas lah ya K-popers tuh banyakan perempuan. Dari 3924 subjek yg gue teliti ada 3865 subjek perempuan dan 59 subjek laki-laki.
Berdasarkan tempat tinggal gue bagi jadi: Pulau Sumatera sebanyak 366 orang, Pulau Jawa sebanyak 3107 orang, Pulau Kalimantan sebanyak 216 orang, Pulau Sulawesi sebanyak 142 orang, Pulau Bali & Nusa Tenggara sebanyak 86 orang, dan Pulau Maluku & Papua sebanyak 7 orang.
Masih ada 2 lagi data demografinya sih tapi skip aja deh ya.
Karena gue agak ribet dan pusing mau jelasin tentang analisis datanya, gue pake analisis data deskriptif btw. Gue langsung bahas gambaran umum celebrity worship pada K-popers. Tapi ini gue lampirin hasil analisis datanya:
Dari hasil tersebut menunjukkan kalau sebagian besar K-popers tuh memiliki CW yg tergolong sedang dgn persentase sebesar 37%. Yang yang bisa dikaitkan dengan aspek intense personal. Jadi sebagian besar k-popers indo itu tuh emang memiliki empati yang tinggi ke idolanya.
Tapi apakah emang celebrity worship atau pemujaan terhadap selebriti ini selalu berdampak negatif? Oho, ngga dong. Celebrity Worship ini kayak mata pisau. Bisa jadi berguna bisa jadi merugikan. Pintar2nya fans menempatkan diri aja.
Menurut penelitian Maltby dkk (2013) salah satu dampak positif dari Celebrity Worship adalah fans yang menjadikan idolanya sebagai inspirasi dalam meraih mimpi dan mengembangkan kreativitas, juga bisa membuat fans meniru sikap disiplin idola mereka dalam melakukan pekerjaannya.
Maltby (2005) juga menemukan bahwa fans dengan CW di tingkatan entertainment-sosial itu cenderung lebih optimis, bahagia, dan memiliki kepribadian periang.
Contoh nyata dampak positif k-pop di hidup gue ya salah satunya ini. Gue jadi punya inspirasi buat ngerjain skripsi (dan gue ngerjainnya jg cukup mudah), punya banyak kenalan baru yg baik2, yang paling utama gue bahagia dan less stress. K-pop bisa jadi coping stress gue.
Beneran deh emang bahagia K-popers tuh sesederhana liat foto bias atau liat video2 mereka atau baca AU. Huhu
Kalau aja CNN ngasih info yang lebih akurat dengan penyampaian yang tepat, gue rasa beritanya malah bisa jadi self-reflection buat k-popers. Gak cuma menyampaikan hal2 negatifnya tapi juga dampak positifnya. Tentu saja dengan informasi berdasarkan teori yang tepat.
Sehingga teman-teman k-popers dengan celebrity worship yang tinggi bisa introspeksi diri. Karena jujur aja selama ngulik masalah CW ini dan baca2in jurnal tentang CW, gue malah introspeksi diri. Jadi nyadar kalau oh iya ya beberapa kelakuan gue dulu sebagai K-popers tuh salah.
Gue yang dulu awalnya bisa dibilang ada di tingkatan intense-personal pelan2 jadi bisa ada di tingkatan entertainment-social. Yang beneran ngejadiin k-pop tuh hiburan dan nggak ngejadiin k-pop tuh sebuah keharusan (dan beban).
Typo sorry wkwkwk. Maksudnya pake pendekatan kuantitatif ya. Skskksks malu-maluin banget ampe salah https://twitter.com/rapperbin22/status/1303255148005711872?s=21
Penjelasan dari thread di atas itu sumbernya dari jurnal-jurnal yang udah aku upload di sini ya. Dear @CNNIndonesia siapa tau mau bahas fenomena K-popers lagi ini aku udah bikinin folder isinya jurnal2 tentang Celebrity Worship. Siapa tau berguna🤗🤗 https://drive.google.com/drive/folders/1na2e5pfvkOcP97p6cvgnnrj8NpHOY6AX?usp=sharing
You can follow @rapperbin22.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: