Memahami tingkah laku kucing yang normal memudahkan pemilik untuk menyadari ketika kucing bertingkah tidak normal.
Kesempatan kali ini gue coba bikin ulasan yang disadur dari "Feline Behaviour Guidelines".
Penelitian selama 2 dekade terakhir telah menyangkal kesalahpahaman populer bahwa kucing hidup sebagai makhluk soliter. Kucing domestik adalah hewan sosial. Namun, organisasi sosial kelompok kucing sangat berbeda dari kelompok anjing.
Sistem sosial kucing fleksibel, memungkinkan kucing untuk hidup sendiri atau dalam kelompok dengan ukuran yang berbeda-beda. Kucing yang berkumpul ini membentuk koloni tergantung dengan sumber makanan, bisa jadi besar ketika sumber makanan makin banyak.
Kucing mengenali individu dalam kelompok sosialnya dan memiliki interaksi yang berbeda dengan individu yang berbeda (yaitu, hubungan asosiasi yang disukai).
Dalam koloni, dapat tercipta yang namanya Ratu. Ratu ini suka bantu-bantu anak kucing yang baru lahir atau malah sekalian nyusuin. Mantap bukan?
Di dalam kelompok kucing, hierarki sosial bisa terbentuk. Saat kucing pertama kali menjalin hubungan, agresi terang-terangan (misalnya, mendesis, mengejar, menampar) dapat terjadi.
Setelah hubungan terjalin, agresi terang-terangan merupakan pengecualian selama tidak ada perubahan lingkungan atau fisik. Hubungan sosial bisa berubah sepanjang hidup.
Meskipun kapasitas untuk bersosialisasi sudah ada sejak lahir, keterampilan sosial khusus yang membuat seekor kucing menjadi anggota grup yang sukses adalah hasil pembelajaran.
Periode sensitif adalah istilah yang digunakan untuk tahap perkembangan ketika hewan mengalami peningkatan risiko ketakutan dan kecemasan jika hewan tidak memiliki kesempatan untuk mengalami dan belajar dari rangsangan sosial dan lingkungan.
Masa sosialisasi utama kucing kepada manusia adalah dari usia 3 hingga 9 minggu. Rasa takut pada orang terhambat oleh paparan orang selama periode ini.
Sosialisasi yang terjadi sejak dini, terutama sebelum usia 9 minggu, menghasilkan peningkatan kesediaan anak kucing untuk mendekati dan dipegang oleh orang-orang, yang berlanjut hingga dewasa.
Kalau kucing tidak dibiasakan berinteraksi dengan manusia dari usia 2 hingga 9 minggu, risiko mereka untuk berinteraksi secara buruk dengan manusia di kemudian hari akan meningkat.
Disamping itu, variabel genetik mempengaruhi beberapa aspek temperamen. Misalnya, keturunan dari ayah yang berani cenderung lebih berani daripada keturunan dari ayah yang pemalu; Keturunan ayah yang ramah cenderung lebih cepat mendekati, menyentuh, dan menggosok orang.
Berikut tentang pertumbuh kembangan kucing:
Kucing berkomunikasi melalui sarana visual, taktil, penciuman, dan pendengaran. Sinyal visual meliputi postur tubuh; posisi ekor, telinga, dan kepala; dan kesediaan untuk melakukan kontak mata.
Komunikasi taktil termasuk bergesekan dengan orang lain, termasuk orang; dandan; dan menyentuh hidung, yang digunakan sebagai sapaan.
Komunikasi auditori termasuk mendengkur, yang terjadi terutama selama kontak dengan individu lain.
Getaran dan meong digunakan sebagai panggilan salam. Karena kucing memiliki indra penciuman yang tajam, komunikasi penciuman sangat penting.
Komunikasi penciuman dalam bentuk kotoran atau urine dengan menandai (spraying) sering kali merupakan — tetapi tidak selalu — perilaku normal yang menurut owner tidak dapat diterima. Padahal itu cara kucing berkomunikasi menunjukan kepemilikan teritori.
Akhir dari ulasan.
Cc. @nimmms2 semoga bermanfaat. Ini dulu yak buat awalan.
You can follow @vetbarista.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: