Sampai sekarang kayaknya sebagian besar masyarakat belum paham benar mengenai COVID-19 ini dan bagaimana diagnosis ditegakkan. Ijinkan saya menjelaskan sedikit, semoga ada waktu membaca dengan seksama. Baca dan pahami dulu sebelum komentar
-Ulasan-
1. Gejala awal COVID-19 tidak spesifik artinya gampang nyaru atau mirip-mirip sama penyakit lain, demam, batuk, sesak, diare, kemerahan di kulit sampai ada yg tidak bergejala. Siapapun bisa terkena bayi, anak kecil sampai orang tua
2. Orang yg datang dgn gejala di atas tapi penyebabnya tdk bisa dijelaskan, ada kemungkinan akan dipertimbangkan masuk sbg suspek COVID-19. Contoh:demam tinggi dicari fokus infeksi ga ketemu, ga ada infeksi telinga, saluran kemih, gigi bolong -> bisa dipertimbangkan mjd suspek
Sampai sini, mungkin pada bertanya “Ya pantesan, COVID-19 jd banyak, semua dijadiin COVID-19 sih”. Nah ini akan saya luruskan, mudah2an bisa diterima. Jadi semua yg tadi masuk suspek, TIDAK dimasukkan sbg jumlah kasus COVID-19 terkonfirmasi yg tiap hari diumumin itu.
Masih bingung? Ga mudeng? Makin dongkol? Ga selaras sama logika kalian? Wajar, saya sekolah di kedokteran mulai tahun 2008 sampai sekarang juga masih belum pinter.
Jadi diagnosis itu ada diagnosis klinis, ini yg kita buat apabila hasil pemeriksaan belum keluar
3. Contoh: anak umur 5 th dgn demam 3 hari, lemas, ga ada sakit perut, ga ada diare, pemeriksaan fisik normal semua. Apa penyakitnya? Klo demamnya tinggi mendadak, badan sakit semua kuat dugaan ke arah virus. Jadi diagnosis klinisya: Febris Suspek Viral infection
4. Diagnosis ini nanti kita konfirmasi dgn hasil pemeriksaan laboratorium atau radiologis. Diagnosis akan berubah semakin mengerucut kalo hasil pemeriksaan2 sudah keluar.
Kendalanya pemeriksaan laboratorium untuk konfirmasi COVID-19 membutuhkan waktu, biasanya dlm hitungan hari
5. Semua yg masuk sebagai suspek, mau penyakit apaapun akan diperlakukan dan ditatalaksana sesuai labelnya. Kenapa? Karena kita ga mau kecolongan, apalagi kalo penyakitnya menular
Misal nih: demam, batuk baru 2 hari, dipikir kasus common cold biasa lalu tidak dianjurkan jaga jarak dan isolasi mandiri. Ternyata hasil swab beberapa hari kemudian positif. Padahal selama bbrp hari menunggu hasil, jalan-jalan dan bertemu banyak orang
6. Dalam skema wabah, kita harus mentrack semua orang yg terkahir kontak dengan kasus terkonfimasi positif. Butuh dana yg sangat besar untuk tracing kasus dan tindakan tidak melakukan isolasi sangat membahayakan untuk orang yg mungkin punya penyakit kronis yg memperparah COVID-19
7. Saya tentunya ga akan bisa merangkum logika seorang dokter atau klinisi bekerja, tapi pada dasarnya kerja kami seperti detektif. Bertanya, memeriksa, mengumpulkan bukti lalu menarik kesimpulan setelahnya. Dugaan awal kami bisa salah tentunya
8. Kasus yg kami awalnya pikir sebagai suspek, mungkin di akhir kami simpulkan sebagai tidak terbukti, sehingga diagnosis COVID-19 akan gugur. Dengan demikian kasus ini pun tidak akan dilaporkan di angka kasus terkonfirmasi COVID-19 yg tiap hari diumumin itu
Setelah baca thread ini sudah pasti masih banyak pertanyaan yang tidak terjawab. Bagus. Itu artinya keingintahuan yang besar ini memberi banyak ruang untuk kita semua belajar kedokteran, sehingga di masa depan bukan cuma tenaga kesehatan saja memahami
You can follow @oxfara.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: