Kayaknya ada sedikit kebingungan di thread ini soal rasisme vs cultural appropriation. Kalo 'unfair and harmful treatment based on race' itu rasisme, tp cultural appropriation itu 'unacknowledged and inappropriate adoption of customs, practices, ideas'. Contoh yg dikasih di sini https://twitter.com/flufflatte/status/1300986839034028037
lebih cocok buat rasisme karena ada perlakuan harmful buat sekelompok orang brdasrkan karakteristik etnis/ras. (Ini definisinya yg loose ya ngambil dari cambridge sm oed aja-- msh banyak bgt definisi yang lebih spesifiknya dari berbagai pov, bisa diomongin lebih lanjut nanti)
Jadi kalo didasarkan ke definisi dari OED cultural appropriation itu apa? Ada sebuah produk budaya yg di 'appropriate' (diklaim/digunakan) dengan catatan:
1. Tidak ada pengakuan dari mana budaya tsb berasal (unacknowledged)
2. Penggunaannya tidak sesuai (inappropriate)
(Ini bisa cuma satu yg ada dlm situasinya, bisa ada lebih banyak faktor jg tapi ini dua faktor yg plg general dan bisa ditarik dari definisi oed nya)
Kalo pake contoh yang ini, kondisi kayak gini bisa ga jadi cultural appropriation? Bisa. Kalo kondisinya gimana? Kalo:

1. Ong seongwoo ga mengakui blangkon itu dari indonesia atau produk budaya masyarakat tertentu
2. Penggunaan yg diklaim ga sesuai sama https://twitter.com/flufflatte/status/1300986848878100480?s=19
penggunaan asli, e.g. blangkonnya dipakai di kaki, trs ong seongwoo bilang "oh iya kok ini emang dipakenya di kaki gitu biasanya"
Kapan cultural appropriation bisa jadi cultural appreciation? Ya kebalikannya aja, kalo produk budaya tsb diakui asal usulnya dari mana, maknanya apa, sama digunakan sesuai fungsinya. Sama yang paling penting: izin atau penerimaan dari masyarakat yg menghasilkan
Kenapa ong seongwoo pake blangkon (e.g.) bisa jadi cultural appreciation? Krn yang ngasih orang indonesia. Ada pelebaran group intimacy secara temporer untuk include ong seongwoo dalam produk budaya tsb, sambil mengakui kalo ini loh dr indonesia, dipakenya di kepala
Contoh lebih jauh buat dua 'syarat' yang udah disebutin di atas yang paling populer mungkin:
1. Buat 'unacknowledged': native american headdress. 'Tidak diakui' bukan cuma masalah asal usul tapi juga makna di balik produk budaya itu. Kenapa org asli amerika protes keras kl ada
org lain di luar kelompok mereka yang pake? Karena native american headdress yang sering dipake itu harusnya cuma diperuntukkan buat kepala suku atau pemimpin2 mereka, yg dapetnya gak gampang dan menandakan otoritas yg sangat besar. Tapi makna ini ga digubris sama sekali
dan tidak adanya pengakuan buat makna headdress ini leads to penggunaan yg tidak sesuai juga (inappropriate), karena sesuatu yg maknanya besar buat mereka akhirnya cuma dipake main2 atau diperlakukan kayak bando biasa
2. Cornrows atau braids buat orang kulit hitam. Gaya rambut kepang memang ada di banyak kultur, tapi bentuknya beda2 dan distinctive, bisa dibedain satu sama lain. Penggunaan kepang rambut orang kulit hitam trs membela dgn bilang "ah kan ada di semua kultur" itu penolakan untuk
mengakui bahwa ada gaya rambut yang datang dari black culture dan yang sedang dilakukan skrg itu 'minjem' dari budaya mereka
Kenapa sih ini penting banget? Krn penggunaan produk budaya yang terhubung scr langsung dgn kelompok etnis tertentu ga berhenti di produk budayanya aja. Itu bisa jadi jalan buat orang atau kelompok etnis yang lebih dominan buat mengambil untung atau menekan kelompok etnis yg lain
(Lebih dominan di sini dgn catetan ga selalu lebih dominan, skenario ngambil untung atau neken kelompok etnis lain bisa terjadi dgn tatanan hubungan antar kelompok etnis yg macem2)
Contohnya: orang kulit hitam kalau pake cornrows atau braids, ada stereotip 'kotor, miskin, etc' yang melekat. Banyak org kulit hitam dgn cornrows/braids yang dipecat, ditolak masuk bangunan umum, dihina, etc kalo pake cornrows/braids. Tapi kalo org kulit putih yang pake, tbtb
imejnya jadi beda--paling cuma nyentrik, edgy, dan sanksi sosialnya ga seberat yg dirasain org kulit hitam. Org kulit putih bisa ttp menikmati hak2 dia SAMBIL menikmati estetika cornrows/braids. Org kulit hitam ditekan krn mrk bahkan ga bisa pake sesuatu yg awalnya dtg dr mereka.
Sama juga kayak orang asli amerika yg merasa ditekan/di oppress kalo org dr kelompok lain pake headdress kepala suku mereka, karena headdress itu simbol otoritas yang sangat besar, jadi kl ada org dr kelompok lain yg pake, kesannya kayak mengklaim kuasa atas orang asli amerika.
Benang merahnya apa? Klaim cultural appropriation itu datangnya dari kelompok yang menghasilkan produk budaya itu sendiri. Gw ga boleh bilang A B C itu cultural appropriation kl itu bukan budaya gw, tapi gw juga gbs bilang itu bukan CA.
Tiap benua atau negara emang beda konteks, tapi yang tahu rasanya hidup sbg org dr kelompok tsb di tiap negara atau benua ya cuma kelompok itu. Kita ga tau. Kalopun ada argumen internal dalam kelompok itu soal apakah ini CA atau bukan CA, biar kelompok itu yang bahas.
Sama satu lagi: cultural appropriation sbnrnya bukan hal baru kok, bahkan di asia. Indonesia sendiri udah banyak berurusan sama kasus produk budaya indonesia yg digunakan sm kelompok lain dan akhirnya akar budaya indonesianya di dismiss. Kayak kasus lagu rasa sayange, rendang,
batik, wayang, etc. Banyak juga kasus klip2 atau dokumenter soal india yang soundtracknya malah pake lagu arab. Ini bukan konsep baru, cuma belakangan ini org mulai sadar aja.
Sbnrnya ini topik yang panjang bgt sama banyak pov yang bisa dibahas: universal entitlement, universal restriction, bedanya expressive vs independently grounded cultural appropriation, claim deference, etc tp bakal panjang bgt dan ga efektif di twitter
(Kalo mau baca2 lebih jauh google aja keyword2 di tweet atas^ di google scholar, seru2 kok banyak yg ttg korea juga) (sm jepang) (bcs temanku kl tidak bala2 kpop ya bala2 anitwit)
*expressive vs independently grounded claim of cultural appropriation
You can follow @chicagocityboy.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: