Sistem pemerintahan yg paling paling sukar diubah dan sebenarnya paling manipulatif: PLUTOKRASI dalam bentuk Demokrasi.

Plutokrasi adalah pemerintahan oleh kelompok elite2 kaya dalam suatu negara. Mrk bisa saling berantem, tetapi mrk tetap fokus pada kepentingan yg paling kaya.
Banyak contoh Plutokrasi di dunia, dan yg paling penting adalah Amerika Serikat. Amerika sebenarnya plutokrasi. Itu sampai diakui oleh perancang strategi Republican sendiri yg tahun 70an ikut merancang Southern Strategy.
Perang dingin yg terjadi di dunia saat ini, sebenarnya bukan antara Demokrasi vs Otoritarianisme. Itu semua cuma tabir asap.

Amerika bukan Demokrasi, dan China bukan negara Otoriter. Yg terjadi adalah PLUTOKRASI VS MERITOKRASI.
Meritokrasi adalah sistem pemerintahan dgn menempatkan org2 terbaik pada posisinya. Bisa dilakukan dengan macam2, misalnya dgn "demokrasi" semu spt Singapura, atau dgn terang2an tanpa tabir asap spt China.
Analysis Plato dalam bukunya REPUBLIK sekitar 2300 thn silam, ternyata masih berlaku saat ini. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yg gampang sekali beralih pemerintahan tyranny mayoritas yg bersikap seperti perusuh (mob rule).
Nazi Hitler lahir dgn cepat ketika Jerman mengadopsi sistem demokrasi. Saat ini, demokrasi melahirkan Trump dgn menggunakan ketakutan kaum bawah kulit putih. Demokrasi menaikkan Modi, yg pelan2 merubah India dari sekular menjadi Hindutva. Demokrasi jadikan Erdogan rangkul Islamis
Kenapa? Karena dalam demokrasi, seorang demagog selalu muncul, lalu dgn orasi berapi2 yg memecah belah masyarakat, yg mengajak masyarakat ke arah kebencian, akhirnya dia dielukkan dan terpilih.

Untuk didukung terus, dia akan menggunakan cara yg sama, menyorongkan kebencian.
Demokrasi memungkinkan semua itu terjadi. Dalil demokrasi bahwa pemerintah DARI rakyat itu cuma ocehan belaka. Karena semua itu cuma urusan kampanye, urusan nyari suara. Urusan manipulasi pendapat umum. Lalu kemudian klaim bahwa itu DARI rakyat. Omong kosong semua itu.
Yang bisa diukur dari hanya HASIL kerja pemerintahan. Apakah itu UNTUK Rakyat. Urusan UNTUK gampang diukur secara objektif. Apakah rakyat tambah makmur, apakah kesejahteraan lebih merata? Apakah pemerintah mengabdi benar2 untuk MELAYANI Rakyat?

Fokus ke UNTUK, bukan DARI.
2300 tahun silam, filsuf Plato dari Yunani memilih pemerintahan ARISTOKRASI, pemerintah yg dijalankan oleh aristokrat pemikir, yg mengambil keputusan secara rasional, untuk sebesar2 kepentingan rakyat.

Aristokrasi Plato itu adalah MERITOKRASI.
Para eksekutif pemerintahan TIDAK PERLU DIPILIH rakyat. Tetapi hasil pekerjaannya harus terbuka untuk dievaluasi rakyat. Selama rakyat senang dgn hasil kerjanya, maka sistem pemerintahan itu legit.
Jika dalam suatu masyarakat tidak bisa terjadi kekompakan sehingga terjadi satu elite pemikir dalam masyarakat yg bertujuan demi kepentingan rakyat semata, maka kemungkinan masyarakat itu belum mampu bernegara, lebih baik dipecah aja sampai pada unit mrk bisa bertanggung jawab.
Jika pemerintah harus dipilih rakyat, maka pemerintahan itu harus benar2 tidak boleh terlalu banyak hak dan kekuasaan.

Kekuasaan harus didelegasikan pada unit2 wilayah lebih kecil dimana ada kekompakan dan ada sistem pengawasan yg benar.
Amerika adalah sistem yg semakin kacau, karena kekuasaan terlalu besar di tangan Presiden, yg kemudian menggunakan kekuasaan tidak demi melayani masyarakat, tetapi demi kelangsungan kekuasaan itu sendiri.
Asumsi2 bahwa pemerintah yg berasal dari mekanisme demokratis akan selalu bisa membenahi diri otomatis itu keliru besar. Itu semua cuma asumsi, cuma mitos doang.

Kekuasaan selalu korup, apalagi kemudian dapat legitimasi bahwa mrk dapat mandat rakyat.
Pemerintah yg menang pemilu selalu merasa dapat "mandat" rakyat, kekuasaan tertinggi, dan sering semena2. Usaha mereka kemudian difokuskan untuk kembali mendapat mandat lagi dalam pemilu mendatang, dan fokus pada COBLOSAN SUARA. Akhirnya negara jadi kacau.
Dibutuhkan pemerintah yg tidak mentang2, tidak merasa dapat mandat rakyat. Tetapi bahwa mrk DITUGASKAN untuk melayani masyarakat karena kualitas kemampuan mereka. Bahwa jabatan itu tugas, bukan kedudukan.

Itulah meritokrasi.
Beberapa sistem pemerintah di negara Eropa itu demokratis dan bagus. Tetapi lihat, pimpinan toh spt rakyat biasa, kekuasaan mrk juga sangat dibatasi.

Tetapi tidak semua negara bisa berevolusi menjadi spt itu. Demokrasi juga bisa menjadi alat tirani.
Mekanisme demokrasi cuma alat, dan itu bukan satu2nya alat, ga usah didewakan.

Yg penting dalam menilai sistem pemerintahan, LIHAT HASIL DAN CARAKERJANYA. Apakah sistem itu berfokus pada MELAYANI rakyat?
Proses demokrasi hanya efektif jika dilakukan dalam kelompok kecil, untuk ketua lingkungan dsb, yg jelas2 org tahu siapa yg dipilih.. Mrk tidak butuh kampanye lagi, mrk sdh menjadikan hidup dan sepak terjang bertahun2 sbg "kampanye"..
Untuk kelompok besar, apalagi sdh ratusan juta orang, ga mungkin org tahu siapa para kandidat, akhirnya yg ada adalah manipulasi pendapat umum..

Yg ada adalah lomba manipulasi, kampanye saling nipu..
Soal China, saya sangat khawatir kalau mrk cepat terdesak untuk merubah sistem menjadi sistem demokrasi liberal.

Karena itu BERBAHAYA, akan muncul demagog yg menggunakan NASIONALISME untuk menggebuk yg lain. Ini yg sedang terjadi di India.
China itu bukan nation-state, tetapi civilization-state. Partai Komunis saat ini sdh berfungsi baik mengendalikan ekspresi nasionalisme sehingga tidak meletus dan membahayakan negara2 lain.

Bodoh sekali Amerika yg mau merubah sistem yg sdh berjalan adem2 di China.
Mrk harus ingat, seratus tahun silam, Amerika dan negara2 hegemon Eropa, plus Jepang menyerang China bareng2 sambil merampas harta2 disana. Sampai saat ini mereka masih ingat. Reruntuhan Summer Palace sengaja ga diberesin untuk dikenang.
Apa yg akan terjadi jika nasionalisme disana muncul menggebu2? Itu 1.4 milyar manusia, dgn kemampuan yg semakin tinggi.. sangat berbahaya.

Karena itulah, lebih baik negara spt itu dijalankan oleh para teknokrat yg memakai kepala dingin, bukan para orator yg menggebu2.
Hanya para strategis ulung yg ngerti apa yg bisa terjadi kalau naga dibangunkan rasa nasionalismenya. Jgn pernah lakukan hal itu.

Biarkan China berkembang menjadi civilization-state, negara yg mengandalkan peradaban, bukan nasionalisme menggebu2.
Hanya dgn kepala dingin, kemajuan China bisa kita pastikan menjadi terang bagi negara2 lain. Lebih baik China berkembang spt dinasti2 jaman dulu, spt Ming, walaupun punya angkatan laut paling besar pada eranya (armada Zhengho), mrk tidak menyerang Eropa, paling cuma jalan2 aja.
Saya susah bayangkan kalau China menjadi negara dgn mekanisme demokrasi spt India, lalu muncul org2 spt Modi dgn pasukan RSS gaya FPI.. Waduh..
Mau tahu apa yg terjadi kalau energy China meletus? Waktu Revolusi Kebudayaan meletusnya ke dalam (implosion), gimana kalau ntar meletus keluar (explosion)?

Hong Kong, cuma satu kota kecil, lihat apa yg terjadi thn 2019 silam.
Krn itulah, saat ini dibutuhkan kepala dingin. Cara2 provokasi spt Amerika dgn permainan speaker kencang2 itu berbahaya.

Perlu kepala dingin untuk bisa mengarungi arus perubahan dan kemajuan di masa mendatang di Asia Timur ini. Ini sudah era masa depan..
Pemilu2 dgn pidato berapi2, hasut menghasut masyarakat, memecah belah, menghantam pihak lain, nasionalisme menggebu2, semua itu hanya akan bikin susah sendiri dan tetangga.

Saatnya Asia Timur (termasuk Timur Selatan/Tenggara) perlu mengademkan diri, tinggalkan politik spt itu.
You can follow @Mentimoen.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: