Tentang Kekasih

Kenapa cowok gay susah dapat pacar? Begini analisis gampang-nya. Bagi saya yang seorang gay, yang hanya kurang dari empat persen populasi, menemukan jodoh lumayan susah.
Bagaimana saya bisa menemukan jodoh saya? Lebih dari setengah cowok gay yang saya temui hanya menganggap dunia gay sebagai masa kenakalan sebelum mereka menikah dengan perempuan.
Kira² sembilan puluh enam persen cowok adalah heteroseksual. LGBT hanya berkisar empat persen dari populasi. Lima puluh persen dari komunitas LGBT adalah orang-orang biseksual, dan sebagian besar orang-orang biseksual ini pada akhirnya akan berakhir dengan pasangan lawan jenis.
Lihat betapa kecilnya angka untuk cowok gay. Hanya sekitar kurang dua persen dari seluruh populasi.
Dari populasi yang kecil ini, sebagian besar cowok gay hanya menganggap dunia gay hanyalah dunia untuk main-main, coba-coba. Saya jarang menemui cowok gay di dunia nyata yang secara serius akan bertahan disini.
Sebagian besar dari mereka berencana untuk menikah dengan perempuan bahkan walau mereka tidak punya hasrat dengan lawan jenis, karena tuntuntan orang tua dan masyarakat.
Masyarakat Indonesia yang masih heteronormatif membuat orang-orang berpikir bahwa kekasih pria haruslah wanita, dan ini membuat peluang saya untuk mencari jodoh semakin sulit.
Saya sudah "woke" bahkan sebelum "woke" merupakan sebuah hal. Di umur 14 tahun di 2012/2013 saya bikin thread di Kaskus bahwa menjadi gay bukan sebuah pilihan, menjadi gay adalah normal, dan saya dibully habis-habisan. Nyaris tidak ada yang mendukung saya.
Waktu itu saya masih SMP kelas dua/tiga.

Hampir satu dekade kemudian, saya belum punya pasangan yang ideal. Saya pernah pacaran beberapa kali, tapi terlalu banyak halangannya. Kebanyakan orang hanya ingin memuaskan nafsu seks mereka.
Yang kedua, saya banyak bertemu orang yang masih tidak selesai dengan dirinya, menganggap gay adalah sebuah kelainan dan semacamnya. Kebanyakan cowok gay juga terlalu pusing dengan role pasangan mereka di ranjang, dan sifat serta karakter pasangan yang tidak selalu cocok.
Jika saya bertemu dengan cowok yang benar-benar dewasa secara pikiran, mereka tinggal ribuan mil jauhnya di luar negeri.
Ketiga, di negara ini saya tidak masuk kategori orang dengan privilege good-looking. Semakin susah saya menemukan pacar. Saya tahu saya tidak jelek. Saya hanya berkulit cokelat dan punya wajah khas Jawa yang kadang dianggap dekil.
Jika saya pergi ke Bali atau ke suatu tempat di luar negeri dimana banyak turis asing, saya mungkin akan dengan cukup mudah mendapat pasangan dari orang yang berpendapat kalau saya eksotis dan sangat hot, tapi kenyataannya susah untuk berbuat demikian.
Saya tidak punya uang banyak untuk melarikan diri ke luar negeri, untuk mengurus birokrasi agar saya bisa tenang tinggal di negeri orang, karena saya bukan dari keluarga yang berada.
Di sisi lain saya juga tidak begitu ingin punya pasangan orang asing. Cowok Indonesia daridulu yang selalu saya dambakan.
Jika ingin realistis, saya bisa hidup sendirian. Saya tidak butuh kekasih. Saya punya cinta dan kasih sayang untuk diri saya. Saya punya teman dan keluarga yang menyayangi saya. Tapi hati saya mendambakan seseorang.
Ini membuat depresi. Saya harus rebutan dengan cewek-cewek heteroseksual, saya dihalangi orang tua yang ingin anaknya menikah dengan perempuan, saya dihalangi pemuka agama, saya dihalangi orang-orang yang hanya ingin mencari kepuasan seks, bukan keajaiban cinta sejati.
Jadi, sangat wajar kalau cowok gay dengan tidak banyak privilege seperti saya untuk mendapatkan pasangan. Untuk mendapatkan pasangan saya harus setidaknya; 1. Kaya, hingga saya bisa kabur keluar negeri, atau 2. Dianggap good-looking, jadi tidak susah cari pacar
*susah untuk mendapatkan pasangan
Lalu, apa yang bisa saya lakukan untuk mengatasi ini? Saya tidak tahu. Saya masih mencoba-coba dan berusaha. Jika saya beruntung, suatu saat jodoh saya mungkin akan turun sendiri dari langit, karena mencari jodoh di dunia nyaris sama mustahilnya seperti harapan muluk saya ini.
Untuk sekarang, saya percaya bahwa cinta sejati itu ada, dan saya masih punya harapan untuk memperjuangkannya.

Semoga saya beruntung
You can follow @AntonErl.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: