RUU Cilaka adalah necessary evil supaya angkatan-kerja Indonesia memutar otak, mengembangkan usahanya sendiri.

Ketahanan ekonomi sebuah negara meningkat seiring jumlah penduduk yang bermental wirausaha. RUU Cilaka bertujuan mematikan orang-orang yang lambat dan bersantai-santai. https://twitter.com/winterstriangle/status/1293574809276702720
RUU Cilaka adalah pelampiasan kekesalan Pemerintah kepada kaum pekerja yang rendah kompetensi, lambat produksi, sering mogok, dan playing victim.

Di mata RUU Cilaka, serikat pekerja adalah penghambat kemakmuran—orang-orang yang dikasih hati minta jantung.
https://www.linkedin.com/posts/ang-harry-tjahjono-1688tj1688_covid19-talentready-opentowork-activity-6697666954439852032-sn6L
Betul, RUU Cilaka menghapus perlindungan-hukum terhadap pemasukan dan employment para pekerja. Tidak ada jaring pengaman; semuanya persaingan bebas.

Setelah RUU Cilaka, satu-satunya yang bisa melindungi pemasukan para pekerja adalah keterampilan dan produktivitas mereka sendiri.
Tanyakan ke para HRD di berbagai perusahaan: Pekerja—khususnya kerah-biru—Indonesia itu banyak yang lamban, mahal, dan penuh-drama. Buka usaha di Indonesia susah balik modal.

Tenaga kerja Indonesia kalah saing ketimbang suplai dari negara tetangga. Kualitas rendah, harga tinggi.
Saat ini, ada ~7 juta orang pengangguran di Indonesia. Tidak ada pemasukan. Tidak ada lowongan kerja.

Berbagai organisasi Serikat Pekerja sama sekali tidak peduli akan nasib angkatan-kerja baru yang masih menganggur ini—mereka hanya mementingkan diri sendiri dan anggota sendiri.
Bagi para pengangguran ini, jauh lebih baik diupah-seadanya dibanding tidak punya pemasukan sama sekali dan tidak makan.

Tapi angkatan-kerja yang sudah berstatus buruh/karyawan tidak mau berbagi lahan dan kesempatan kerja, karena artinya gaji dan tunjangan mereka akan berkurang.
Dengan segala kekurangan dan keburukannya, saat ini RUU Cilaka diperlukan untuk menyambung nyawa orang-orang yang saat ini menganggur.

Kemakmuran dan pemerataan kesejahteraan adalah hak seluruh anggota angkatan-kerja, bukan cuma hak mereka yang sudah diterima jadi karyawan saja.
RUU Cilaka punya dua tujuan sekaligus:
(1) Menurunkan biaya operasional i.e. harga tenaga-kerja Indonesia, supaya investor tidak takut membuka usaha di Indonesia.
(2) Mendorong orang-orang kompeten untuk mempertimbangkan berwirausaha—ketimbang menjadi buruh dengan inkam seadanya.
Tiap orang selalu punya pilihan untuk memilih mau bersaing—atau bergabung—dengan siapa. Versus tetangga? Bisa. Bersaing dengan usaha temen? Bisa. Bersaing dengan pedagang bakmi di kompleks sebelah? Bisa.

Konsumen-lah yang akan memilih produk dan layanan mana yang layak bertahan. https://twitter.com/fandi243/status/1293612954139545600
Catatan: "Wirausaha" di sini bukan terbatas "mempekerjakan orang". Bentuk utama wirausaha adalah self-employment. Freelance. Pemasukan berbasis komisi dan pembelian, bukan berbasis-gaji.

Bentuk usahanya nggak terbatas—termasuk cuci sepatu, jual gorengan, nerjemahin, dan makelar.
Iklan Layanan Masyarakat: Jangan lupa dukung [dan beli dari] usaha di sekitar kamu; kasih masukan supaya kualitas produk dan layanannya terus meningkat.

Masyarakat makmur adalah masyarakat yang mandiri, kreatif, tahan-banting, dan terus-menerus berkembang sesuai tantangan zaman.
Betul. Cepat atau lambat, rezim akan mengesahkan RUU Cilaka. Mungkin akhir 2020 atau awal 2021.

Nggak ada solusi-realistis lainnya buat menangani 12 juta orang pengangguran. Daripada 12 juta orang itu jadi kelaparan dan jadi kriminal, rezim lebih memilih dihujat Serikat Pekerja. https://twitter.com/rafsyanzanic/status/1293737438515359744
RUU Cilaka mengurangi upah dan fasilitas buruh, agar hanya orang yang benar-benar "bingung mau kerja apa lagi"-lah yang melamar menjadi buruh kerah-biru.

Yang sanggup wirausaha, harap berwirausaha. Mandiri. Swadaya. Jangan bercita-cita jadi pembantu di pabrik-orang seumur hidup. https://twitter.com/MuratOwkey/status/1293742667067559942
AMDAL (+ IMB) adalah pusat korupsi. AMDAL adalah lahan paling-basah bagi pemda, ormas, dan parpol untuk memalak wirausahawan yang ingin memulai usaha.

Di Omnibus Law, tetap ada AMDAL. Yang diubah adalah "siapa yang mengurus". Yang awalnya Pemda, ingin dijadikan kewenangan Pusat. https://twitter.com/Rakaffa/status/1294079521931399168
Masyarakat-umum mungkin mengira Pemda adalah perpanjangan-tangan dari Pemerintah Pusat. Itu anggapan salah.

Pemda dan Pusat adalah dua entitas terpisah yang nggak akur-akur banget—saling berebut kue. Omnibus Law ada karena Pusat menganggap "kue yang direbut Pemda terlalu besar".
RUU Cilaka adalah perang-kepentingan antara Rezim Pusat dengan rezim-rezim kecil lainnya.

Bagian "pemotongan tunjangan, pesangon, cuti" adalah perang Pusat dengan elemen Serikat Buruh demi memberantas pengangguran. Bagian sentralisasi-AMDAL adalah perang melawan kerakusan Pemda.
Rezim-rezim kecil seperti ormas-ormas Serikat Buruh mendapat miliaran rupiah tiap bulan, dari iUrAN sUkarReLa para buruh yang diAJaK bAik-BaiK untuk bergabung.

RUU Cilaka akan mengurangi bonus dan tunjangan buruh, yang akan berdampak pada menurunnya setoran-anggota kepada ormas.
Rezim-kecil lainnya tentu saja kroni Bupati, geng Kades, dan preman LSM yang cari jatah. Saling jegal, saling bunuh berebut jatah AMDAL.

Apakah salah minta jatah? Tidak juga. Aktivis dan pejabat juga mau punya mobil dan ingin menguliahkan anak-anaknya. Gaji dan hibah mana cukup?
RUU Cilaka bukan narasi "Good vs Evil"—melainkan "Evil vs Evil". Keegoisan satu pihak melawan keegoisan pihak lainnya. Benturan kepentingan Rezim Pusat dan rezim-rezim kecil [yang mengatasnamakan rakyat].

Katalis perangnya adalah 13-juta-orang pengangguran-tidak-berketerampilan.
RUU Cilaka tidak akan pernah diperlukan seandainya semua anggota angkatan-kerja Indonesia bisa mandiri dan kreatif dalam mencari penghasilan.

"Nggak ada lowongan? Ya udah, gue bikin usaha kecil-kecilan sendiri. Toh gue punya keterampilan yang dibutuhkan orang-orang sekitar gue."
Sayangnya, realitanya tidak begitu. [Akan] ada 13 juta orang pengangguran-tidak-berketerampilan yang tidak bisa apa-apa kecuali kerja-kasar.

Indonesia sampai di titik ini karena kombinasi dari pandemi, perubahan zaman, persaingan bebas, budaya hidup-santai, dan ledakan populasi.
Oh dan tentunya karena pengaruh budaya "banyak anak banyak rezeki". Ada jutaan orang-tua yang menikah semuda-mungkin dan memproduksi anak sebanyak-mungkin dengan tujuan jaminan-hari-tua.

Menganggap anak sebagai investasi walaupun tidak mampu membiayai. Hasilnya? BOnUS dEMoGrAfi. https://twitter.com/Okihita/status/1194520409917407235
You can follow @Okihita.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: