Banyak reply yg ‘menarik’ di thread ini, dan kesimpulan gue: belum ada diskursus umum yg membahas perbudakan dlm konteks Nusantara karena:
1. Kita harus mengakui hubungan perbudakan Nusantara dengan sistem kasta/kelas yg terus melembaga skrg, contohnya soal hubungan majikan-PRT. https://twitter.com/potretlawas/status/1293170310695366656
2. Diskursus umum mengenai perbudakan biasanya dalam konteks Amerika. Tiap bangsa ada sejarah perbudakan dan bahkan sesama bangsa sendiri (spt Nusantara) dan kita mesti menemukan dan mengerti konteks kita sendiri.
Kita jangan menjustifikasikan ketidakadilan di sejarah dengan alasan ‘ya pada zaman itu emang begitu’, karena walaupun benar, kita jangan mengenyampingkannya sebagai artefak masa lalu sampai kita sadar penuh apa hubungan sejarah itu dengan kondisi kita sekarang.
Walaupun sikap antargenerasi mengenai PRT berubah, misalnya, kita masih belom lepas dari budaya yang udah melembaga dari lama. Banyak dari kita yang melihat PRT bukan sebagai pekerja ahli tapi sebagai pengabdi yang derajatnya lebih rendah.
Jadi inget sama kasus Lola yg diceritakan oleh Alex Tizon, soal perempuan yang ikut keluarganya saat migrasi ke Amerika sebagai budak tapi juga dianggap sebagai bagian dari keluarga. Hubungannya jadi abu abu dan kompleks. https://www.theatlantic.com/magazine/archive/2017/06/lolas-story/524490/
Bukan berarti kita nggak boleh menganggap staf domestik sebagai bagian dari keluarga atau membiarkan mereka melaksanakan pekerjaan mereka, tapi kalau kita belum bisa sadar soal jurang kelas yg melembaga dalam mempunyai pembantu dan mampu melihat mereka sebagai pekerja ahli...
...artinya kita masih harus banyak saling belajar selagi mendukung hak para pekerja domestik dengan setidaknya mulai mempertanyakan nilai nilai yang kita sudah anggap lumrah selama ini.
You can follow @NightmareCrone.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: