How corona virus changed my life

[A thread]
Semua yang aku tulis berdasarkan pengalamanku sendiri. Maaf kalo sekiranya berantakan, karena aku emang belum pernah buat thread panjang sebelumnya
Ini semua dimulai tanggal 2 Juni 2020. Hari itu harusnya aku n bapak mau pergi ke suatu mall untuk beli barang. Tapi, ternyata bapak bilang kalo dia pusing. So i decided to go there with my mom
Mungkin di tanggal 4 Juni 2020, ibu juga mengeluh badannya drop. Tapi ibu bilang "Ngga, ini biasa kecapean. Cuma butuh istirahat beberapa hari aja" Karena ya memang ibu terlalu sering kerja akhir2 ini (wirausaha). Kondisi bapak? Semakin drop.
Mungkin tanggal 5 Juni 2020, badanku sendiri tiba" panas semalaman. Pas di ukur pake temperatur 38,5°c. Tapi bener" hanya semalam, paginya udah turun jadi 36,4°. Oiya selama aku panas, meskipun mulut rasanya pait aku tetep paksa buat makan. Karena aku gamau kalo harus sakit semua
Makin hari kondisi mereka berdua makin menurun. Bapak mual tapi ngga bisa muntah karena gaada makanan yang masuk. Ibu, gamau makan juga karena katanya mulutnya pait. Aku? Aku selalu banyak makan, karena takut sakit lagi
Di tanggal 8 Juni 2020, kondisi bapak makin menurun. Untuk ancang" ke kamar mandi aja lamaaa sekali. Jadi ibu telfon adik dari bapak, untuk bawa bapak ke Dr. Speasialis. Setelah pulang, untuk jalan aja bapak harus di bantu 2 orang di sampingnya.
Kata dokter, kemungkinan bapak kena maag. Tapi dokter menyarankan bapak untuk cek lab liver dan ginjalnya. Adik-adik bapak menawarkan supaya bapak di bawa ke rumah mereka aja, biar ibu bisa istirahat dan bapak di rawat semaksimal mungkin katanya.
Tanggal 9 Juni 2020 aku mandi. Iseng ngebau sabun, tapi ternyata aku gabisa ngebau sama sekali. Aku coba lagi dgn ngebau deodorant, dan ternyata tetep, gaada baunya.
Di tanggal 9 ini juga, aku keluar untuk beli buku. Pas pulang, aku mampir minimarket untuk beli minuman. Aku beli teh kemasan, waktu ku minum, aku cuma bisa rasain rasa manis, gaada rasa tehnya sama sekali. Semakin ngerasa bahwa ada yg ngga bener. Tapi aku kira gejala sinusitis
Kondisi bapak di rumah adiknya semakin menurun. Untuk jalan ke kamar mandi butuh waktu yang lama. Ibu juga semakin drop dan nyalahin dirinya sendiri karena ngga bisa merawat bapak padahal dia istrinya. Ibu ngerasa bahwa itu kewajibannya
Tanggal 11 Juni 2020, ibu test rapid di salah satu lab. Pulang dari lab, kita berangkat ke rumah adik bapak. Saat sampai disana, ternyata bapak sudah semakin drop. Bahkan untuk bangun dari kasur pun susah. Ibu pura" tegar dan duduk di sampingnya
Aku, aku di belakang mereka berdua, duduk dan menangis sejadi-jadinya.
Selama hidupku, aku belum pernah sama sekali liat bapaku seperti itu. Bapak sempat mau ke kamar mandi, di bantulah oleh adiknya, butuh waktu sekitar 10 menit. Padahal jarak kamar mandi dan kamar cukup dekat. Di kamar mandi, bapak tak kunjung selesai. Ternyata sudah linglung.
Ibu, ibu hampir nangis melihat suaminya tiba" seperti itu. Ibu ajak bapak ngobrol, salah satu hal yang paling berbekas adalah pertanyaan "Pak adhi gak gelem munggah kaji karo aku ta?" (Pak adhi gamau naik haji sama aku?), bapak menjawab "Gelem kok" (Mau kok)
Mereka memang sudah membuka tabungan haji agar bisa berangkat berdua secepatnya.
Di saat itu juga, bapak mau dibawa ke rs karena kondisinya makin ngga karu karuan. Tapi, badannya bener" udah ga bisa menopang. Untuk informasi saja, bapakku orgnya tinggi besar 177cm/120kg. Susah buat bawa bapak keluar dari kamar mandi
Sampai akhirnya aku pulang, sampai di rumah aku dan ibu bebersih dan lanjut sholat dhuhur ashar. Beberapa menit setelah sholat ashar, aku dapat kabar kalo bapak meninggal. Aku diam dan ga bisa nangis. Di otakku cuma "ibu gimana kalo tau berita ini"
Masuk lah aku ke kamar, duduk di depan ibu yang lagi bebaring. "Bu, maaf, bapak, meninggal". Ibu marah, "Nggak, gak mungkin. Kamu tau omongan itu dari mana? Ngarang aja". Hancur. Hancur rasanya. Aku tunjukkan ke ibu chat yang masuk di hpku. Ibu kaget dan menangis
Ternyata, siang tadi adalah pertemuan kita yang terakhir kalinya. Lelaki kuatku, sudah terbaring tak bernyawa. Berangkatlah kita ke Rumah Sakit tempat bapak meninggal. Di jelaskan tentang prosedur pemakaman. Ibu hanya diam, aku yang ambil alih semuanya
Dokter menjelaskan bahwa bapak meninggal saat perjalanan, dan belum sempat mendapat penanganan. Sesuai protokol yang ada, bapak harus di makamkan sesuai protokol covid. Awalnya kita menolak, tapi yasudah lah, daripada nanti di tolak oleh warga.
Oiya, di RS, salah satu saudaraku yang juga dokter dan sempat menjadi gugus terdepan menyuruh ibuku untuk test swab. Ada 1 lagi saudara perempuanku sebut saja T, dia juga mengalami gejala yg sama seperti aku, yaitu anosmia
Saudaraku yang dokter kaget dan langsung menyuruh kita berdua swab juga, karena katanya kita berdua sudah pasti positif
Tgl 12 juni, ibu masih linglung, aku pun juga. Ada sedikit tamu yg datang ke rumah. Tapi tetap harus mengikuti protap yg ada, menggunakan masker, cuci tangan, serta menjaga jarak. Selalu aku yg bicara pada semua tamu, karena kondisi ibu yg ga memungkinkan
Tgl 12 Juni malam, ibu di bawa ke RS karena kondisinya makin menurun. Oiya, hasil rapid ibu non reaktif, tapi hasil thorax menunjukkan bahwa ibu mengalami pneumonia akut
Sesampainya di RS, dokter menganjurkan ibu untuk isolasi saja. Tapi karena di RS itu full, ibu hanya di berikan oksigen lalu di pulangkan kembali
Tgl 13 siang, ibu di bawa ke salah satu RS yg memang tempat rujukan covid. Hasil swab keluar. Ternyata ibuku negatif, aku dan saudaraku T positif. Tapi, ibuku tetap di isolasi di RS melihat gejalanya sangat mirip covid.
Aku, di anjurkan dokter karantina mandiri di rumah karena aku jatuhnya sudah tanpa gejala (terakhir tgl 11) takutnya jika isolasi di RS aku makin stress. Saudaraku T, dia di karantina juga di RS, karena dia masih demam dan anosmia
Setiap hari ibu selalu marah dan mengeluh, cukup menyiksa mentalku. Belum lagi di rumah aku disuruh orang sekitar untuk tetap kuat, tidak boleh menangis dan mengeluh. Hari hari penuh tekanan harus di jalani
Sampai akhirnya, malam hari di tanggal 22 Juni 2020, aku mendapat kabar yang tidak kalah mengejutkan. Pihak RS meminta izin kepada keluarga kita untuk memasangkan ventilator ke tubuh ibu. Karena saturasi ibu terus menurun. Menangislah aku sejadi jadinya
Tanggal 24 Juni 2020, setelah selesai swab, aku sempat mampir ke RS ibu untuk menitipkan murottal quran. Suster bilang kalau dokter mau berbicara sebentar. Saat bertemu dokter, bicaralah kita tentang kondisi ibu yang semakin menurun
Katanya, ibu sudah di beri dosis obat paling tinggi untuk menaikkan tekanan darah tapi tetap tidak kunjung stabil. Dokter juga bilang kalau kemungkinan jantung ibu bisa berhenti dan Dokter menawarkan pijat jantung (cpr) jika hal itu terjadi
Tapi, ada beberapa kemungkinan buruk yang terjadi jika ibu harus pijat jantung. Salah satunya, jika berhasil, kemungkinan akan merusak organ dalamnya karena telah dilakukan tekanan yang cukup keras
Aku minta dokter untuk melakukan semua yang terbaik apapun itu. Aku juga sempat bertanya "berapa banyak orang yang bisa tetap hidup saat sudah seperti ini?" Kata dokter, banyak. Aku tanya lagi "berapa banyak orang yg kondisinya separah ibu selamat?" Jawab dokter, belum ada.
Aku hancur sehancur hancurnya. Fisikku hancur karna covid, mentalku hancur karna semua hal yg terjadi di waktu singkat ini. Sesampainya di rumah, aku mandi dan sholat isya. Setelah sholat aku mengaji dan terus berdoa, sempat menangis karena otakku berpikir yang tidak-tidak.
Tiba-tiba saudaraku yg lain mengetuk pintu dan bilang "Abid, mbak nuk.. " Aku berdiri dan menjawab "meninggal ya? yaudah terus ini boleh ke rs ngga? ". Saudaraku melanjutkan kata"nya dan bilang "Mbak nuk meninggal". Menangislah aku sedikit lalu beranjak ganti baju.
Siapa sangka, di umur yang masih semuda ini aku harus kehilangan orangtua di waktu yang berdekatan. Mungkin memang takdirnya, dan mungkin mereka memang cinta sehidup semati
Dalam sebulan, aku hadiri dua pemakaman. Yang dimana itu adalah bapak ibuku sendiri. Kakakku sedang di Korea, menjalani studynya. Aku selalu berpikir tetang bagaimana hancurnya dia saat pulang dan sudah tidak memiliki orang tua
Hari hari ku lewati berjuang melawan covid sendiri. Bermacam macam obat harus di konsumsi. Sempat marah pada tuhan kenapa aku harus menanggung beban seberat ini. Beberapa hari, aku sempat mengonsumsi 8obat yg diminum 3kali, jatuhnya 24obat ku konsumsi dalam sehari
Aku OTG, kemungkinan besar tidak ada hal yg terlalu berbahaya di tubuhku, tapi tidak menutup kemungkinan aku berbahaya untuk orang di sekitarku. Aku sempat marah kepada semuanya, aku harus konsumsi berbagai jenis obat, sedangkan aku minta makan mie instant sekali saja tidak boleh
Rajin swab setiap minggu. Total aku sudah 6 kali swab dan baru dinyatakan negatif. Jujur, belum banyak temanku yang tau tentang masalah ini. Mungkin tidak sampai 10 temanku yang tau bahwa aku sempat positif
Aku memang lebih memilih diam daripada nantinya dikucilkan dan dibuat bahan omongan mulut kemulut. Karena teman-temanku sendiripun masih banyak yang menganggap bahwa covid adalah sesuatu yang tabu
Sebenarnya masih banyak drama dibelakangnya tapi cerita diatas adalah intinya. Aku tidak akan menyalahkan kalian yang tidak percaya kepada pemerintah dan media. Tapi tolong, percayalah bahwa covid benar" Ada dan berbahaya.
Aku sendiri juga kurang percaya dgn angka yg diberikan pemerintah, dan menurutku media juga terlalu melebih-lebihkan tentang Covid. Kenapa? Di indonesia sendiri rata" kasusnya adalah gejala ringan, bahkan tanpa gejala. Namun, yg dikeluarkan media adalah hal-hal yang mengerikan.
Tapi, sebagai orang yang sudah pernah mengalaminya. Aku sadar betul bahwa penyakit ini sangat berbahaya, mungkin bukan untuk kita, tapi bagaimana untuk yang lainnya?. Penyakit ini cenderung lebih berbahaya terhadap lansia dan orang yang memiliki penyakit bawaan.
At the end, aku mau bilang bahwa covid tidak hanya menyerang paru paru saja. Di kasus yg dialami keluargaku ini, ada 3 gejala yg berbeda. Di kasus bapak, covid menyerang lambung. Di ibu, menyerang paru paru. Dan ternyata di saudaraku A, covid membuat darahnya mengental.
Aku mohon kepada semuanya untuk tetap patuhi protokol yang ada. Keluarlah hanya untuk kepentingan yang mendesak. Konsumsi vitamin c 2kali sehari dan vitamin b kompleks, atau mungkin vitamin yg bisa menaikkan imunitas tubuh.
Ini adalah akhir dari ceritaku. Terserah kalian mau percaya atau tidak, tapi inilah yang kurasakan beberapa saat lalu. Semoga kalian semua sehat selalu. Jika ada yg mau di tanyakan, bisa reply dibawah. Dan tolong, jangan tinggalkan replyan jahat. Terima kasih sudah membaca☺
Maaf kalau sekiranya ada salah pengejaan dan pemilihan bahasa. Thread ini dibuat tidak bermaksud untuk menyinggung pihak manapun.
Ada puluhan dm yang masuk. Mengatakan turut berduka cita, mendoakan, dan menyemangati. Terima kasih untuk semua orang baik di luar sana, doa baik dari saya untuk kalian semua. Untuk pertanyaan yg masuk via dm, aku usahakan buat bales semua dari bawah kalau bisa. Have a nice day☺
You can follow @tawrusgirll.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: