Halo, keturunan kolonial Belanda di sini. Modernisasi memang bagian dari penjajahan, tapi pertanyaan penting yang harus ditanyakan: pada saat itu, modernisasi ditujukan keuntungannya untuk siapa, dan modernisasi melalui penjajahan itu dilakukan at what cost? https://twitter.com/diterparindi/status/1291064056262975491
Pada dasarnya kolonialisme adalah bentuk eksploitasi kaum yang dijajah, dan modernisasi yang dilakukan walau menguntungkan kita sekarang, pada saat semua dibangun dulu, akses terhadap fasilitas modern tersebut terbatas hanya untuk masyarakat kelas atas dan menengah.
Modernisasi tersebut dilakukan di atas eksploitasi keringat rakyat kelas pekerja pribumi (halo Anyer-Panarukan), dan betul, penguasa lokal juga turut punya andil dalam itu semua, karena tanpa Eropa pun, penjajahan sudah terjadi ratusan tahun di Indonesia antarkerajaan.
Adalah sebuah argumentasi yang keliru bahwa kolonialisme membawa keuntungan dalam bentuk modernisasi, karena kemudian muncul pertanyaan, tanpa kolonialisme/intervensi Barat, apakah bangsa bangsa terjajah bisa memodernisasikan diri mereka sendiri?
Budaya dan teknologi mau nggak mau pasti tersebar terlepas dari ada atau tidaknya kolonialisme. Adanya kolonialisme kebetulan mempercepat proses itu karena para kolonial butuh fasilitas modern demi melaksanakan tugas mereka melalui eksploitasi tanah dan masyarakat jajahan.
Ketika orang Spanyol menjajah Aztec, mereka kaget karena kerajaan Aztec sungguh modern dengan sanitasi yang bagus, sementara Spanyol bleketek gara gara dogma gereja waktu itu sampe mereka bau karena kagak mandi.
Dari contoh sederhana itu aja kita bisa liat bahwa bahwa sebuah bangsa bisa ‘modern’ tanpa intervensi Barat, namun tentu karena sejarah tidak begitu, kita tidak akan pernah tahu.
Argumentasi bahwa memperkenalkan budaya dan teknologi modern agar masyarakat pribumi beradab itu berasal dari mindset imperialis. Hanya karena suatu suku hidup dengan cara ‘native’ bukan berarti ia tidak beradab atau madani.
Kolonialisme itu rumit dalam hal memang bahwa fakta tersebut mengakibatkan adanya modernitas di suatu tanah jajahan, tapi di sisi lain juga ada kerugian yang tak terhitung—bayang bayang yang tertanam di kesadaran kolektif masyarakat dan budaya kita, belum kerugian jiwa & materi.
Mengatakan bahwa kolonialisme itu ‘nggak semuanya buruk’ karena kebetulan membawa manfaat adalah argumentasi keliru karena secara nggak langsung menjustifikasi segala kerugian jiwa dan materil atas nama progres melalui penjajahan.
Sama halnya dengan masa Orde Baru Soeharto. Neraka bagi HAM, tapi rakyat nggak neko neko karena semua pada nurut karena takut. Bayangin kalo COVID-19 jaman Orba. Bisa dibilang bagus atau enggak tuh? Progres bangsa dengan ongkos hilangnya nyawa aktivis, petani, etc.
Gue tumbuh besar dengan sejarah keluarga gue yang Indo—campuran Indonesia Belanda. Mereka terlalu gelap buat orang Belanda dan terlalu pucat buat orang Indonesia, konsekuensi alami dari penjajahan sekian ratus tahun.
Eksistensi para Indo penuh dengan konflik persis karena itu, hasil dari area kelabu antara dua dunia yang hitam dan putih. Kadang ada yang sombongnya selangit kayak totok asli, walaupun makannya tetep aja sambel terasi kayak inlander. Riweuh.
Dalam membaca sejarah, kita nggak bisa melihat sesuatu selalu dalam hitam dan putih karena banyak yang kelabu, tapi mengesampingkan hitam dan putih ketika dua dunia itu jelas berseberangan itu juga salah. Saat opresi jelas, tunjuklah. Jangan ada justifikasi.
Nenek moyang gue misionaris dari Switzerland tahun 1800an dan keturunannya lantang luntung di paruh awal abad ke-20. Ada yang kabur ke Amerika, Afrika Selatan, Belanda, ada yang dibunuh Jepang, ada yang menetap dan berasimilasi dengan orang Indonesia.
Konsekuensi dari kelabu yang adalah konsekuensi dari hitam dan putih ya begitu, sama halnya dengan modernisasi. Modernisasi muncul atas kebutuhan dasar hitam dan putih yang menciptakan konsekuensi kelabu, tapi jangan lupa akarnya yang hitam dan putih.
Tau nggak sih sampe tahun 1950an, pascakemerdekaan, orang Indo sekalipun yang setengah Belanda tetep aja gaboleh ke kolam renang umum? Begimana yang pribumi asli?
Kita bisa berterima kasih modernitas itu ada karena segalanya direbut dari tangan penjajah dan kita reklamasi sebagai hak kita karena dibangun di atas penjajahan bangsa kita. Tanpa itu, kita nggak bisa menikmati modernitas itu.
Dengan catatan, modernitas itu akan selalu membawa bekas pahit masa lalunya. Itulah ongkosnya. ‘Berterima kasih pada penjajah karena sudah membawa modernisasi’ nampaknya bukan kalimat yang tepat, mungkin ‘berterima kasih modernisasi itu bisa kita ambil untuk diri kita sendiri’.
Tapi apakah memang benar segala modernitas itu milik kita sendiri? Selalu ada entitas yang menjajah dan menguasai, mau kita sadar atau tidak. Hanya beda bentuk dan legitimasi hukum aja. Lantas, apakah progresnya setimpal dengan ongkosnya? :))
You can follow @NightmareCrone.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: