Jadi tergelitik soal perjanjian komprehensif Uni Eropa dengan negara ASEAN. UE itu sekarang sangat gencar untuk menjalin hubungan dengan negara ASEAN terkait hubungan ekonomi. Diplomasinya lewat banyak hal, seperti kerjasama dagang, transfer pengetahuan, dan pendidikan.
Beasiswa yang gue terima, Erasmus Mundus ini juga adalah salah satu strategi diplomasi mereka. Beasiswa gue ini sangat royal, bahkan dibanding beasiswa lainnya, termasuk beasiswa anak bangsa. Mereka investasi besar di banyak sisi dengan beasiswa ini.
Dari sisi diplomasi, beasiswa ini menawarkan peningkatan hubungan diplomasi antara UE sebagai donor dengan negara partner yang menerimanya. Impresi negara penerima akan meningkat karena putra-putri bangsanya diberikan kesempatan memperoleh pendidikan tinggi bertaraf internasional
Terkait hubungan UE dan negara ASEAN, selama 3 tahun terakhir ini, negara ASEAN mendapat prioritas besar dari jumlah kuota untuk beasiswanya. Bahkan, ada kategori kuota khusus untuk negara bangkit ASEAN termasuk Indonesia, Vietnam, dan Thailand. Bisa dibilang, gue dapet jatah itu
Bahkan, tahun lalu program gue ikut mempromosikan lagi beasiswanya dengan langsung datang ke edufair di Indo (& Viet). Sepertinya mereka dikejar untuk memenuhi kuota spesifik itu yang belum habis jatahnya. Makanya bolak-balik gue woro2 untuk manfaatkan kesempatan ini.
Ya mereka ga akan bilang langsung juga kalo siapa dapet beasiswa dari jatah yang mana. It is not good ethically. Tapi di programnya bisa dilihat jumlah kuota dan jatah kursinya yang tersedia. Gue yakin tahun2 ke depan kuotanya masih akan besar krn diplomasi UE ke Indo & ASEAN.
Kenapa? Karena UE perlu menancapkan diri di kawasan ASEAN. Mereka pemain telat sebenernya. Front runner di ASEAN ini adalah China. Lihat aja bagaimana kekuatan ekonomi China mempengaruhi ASEAN. Ga cuma Indo kok, semua negara ASEAN juga terpengaruh dominasi China.
UE nyadar kalo mereka telat. Makanya mereka mengejar diplomasi ekonominya biar ga kehabisan kue dicaplok habis sama China. Karena UE sendiri sulit bersaing dengan China, terutama dari sisi "harga".

Kok tau-tau ngomongin harga?
Yep, China itu kan kekuatan ekonomi padat karya. Ekspor mereka bukan lagi ekspor barang riil, tapi sudah merambah ke ekspor jasa dan teknologi. Ini yang UE sebenernya kelabakan karena kesalip sama China. China bisa ekspor teknologi jauh lebih murah daripada UE.
Walaupun dari sisi kualitas pasti panjang perdebatannya, tapi untuk negara2 berkembang berkantong cekak, faktor harga akan jadi pertimbangan besar. Makanya tender infrastruktur di Indo, bobot harga lebih tinggi dari bobot proposal keseluruhan.
Karena dengan budget yang terbatas, negara pasti ingin memaksimalkan yield pembangunannya dengan membangun sebanyak mungkin. Makanya harga mahal ga akan masuk. UE sudah kalah dari sisi itu. Kenapa? Karena labour cost di UE itu super mahal dibanding dari China.
UE punya banyak teknologi bagus, termasuk di sisi infrastruktur. Cuman harganya buat negara miskin dan berkembang ya ga akan masuk. Sedangkan kalau mereka melakukan preferensi subsidi terhadap ekspor mereka setahu gue malah akan menimbulkan sengketa dagang internasional.
Jadi diplomasi ekonominya ditempuh dengan cara lain. Ya salah satunya perjanjian ekonomi komprehensif itu. Beasiswa pendidikan itu salah satu bentuk cipratannya aja dari sekian banyak langkah diplomasi mereka terhadap negara berkembang.

Kalo sekedar dilihat, beasiswanya royal
Tapi apa seroyal itu? Ya nggak juga kan. Dampak ekonomi dari beasiswa itu nggak dirasakan di negara partnernya. yang merasakan mahasiswa dari negara partner. Tapi duit yang dikasih dalam mata uang Euro, dipakai di area Eropa juga, yang artinya meningkatkan ekonomi domestik mereka
Mereka juga ngasih beasiswa tanpa ikatan. Sebenarnya ini implisit sekali bahwa mereka ingin mempromosikan UE sebagai tempat yang bagus untuk berkarir pasca studi. Mereka nggak ngusir nyuruh pulang pasca kuliah seperti banyak beasiswa dari negara lain.
Bahkan, mereka menyediakan Visa pencari kerja buat lulusan dari negara mereka (ga terbatas untuk penerima Erasmus aja sih). Hebatnya lagi, salah satu negara di Eropa menyediakan diri untuk memberi visa pencari kerja bagi lulusan Erasmus manapun walaupun bukan dari univ negara dia
Trus yang bikin gue juga amazed adalah, tenaga kerja industri teknologi dan IT dianggap sebagai tenaga kerja yang sangat dibutuhkan & diprioritaskan di banyak negara Eropa. Gue dulu nyangkanya kuliah IT itu udah oversaturated. Tapi sepertinya case itu cuma di negara berkembang đŸ€”
Nah makanya sebenernya negara2 berkembang yang dapet donor beasiswa pendidikan kayak gini harusnya waspada akan brain drain. Karena makin banyak aja nanti yang kabur ke luar karena ga ada ruang berkontribusi di dalam negeri 😅 Bukannya negaranya dapet benefit, malah makin dikuras
Dan jangan salah, ini ga cuma di Indo aja kok soal brain drain. Tetangga kita, Viet, juga sama. Banyak brain drain mereka kabur ke U.S., dan Eropa. Bahkan temen gue orang Viet nanya ke gue, "elo ga mau bikin kewarganegaraan sini?"

Hell no. Hahaha. That's not an option for me.
Gue jelasin ke dia, sebagai orang Indo, gue ada gift and curse terkait kewarganegaraan, yang mana cursenya adalah gue ga bisa punya dual nationality. Dan kalo gue ambil kewarganegaraan lain, gue akan hilang kewarganegaraan gue plus semua hak gue di Indonesia

Termasuk hak warisđŸ€Ș
Hahahaha padahal dulu gue ngebet banget lho pengen pindah kewarganegaraan. Dulu pas masih terpukaw sama gemerlapnya Amrik jg pengen dapet green card trus naturalisasi. Juga sempet browsing2 negara2 Eropa lain. Setelah makin berumur, I would politely say no, thank you 😊
Tapi ya selama kita masih bisa memanfaatkan peluang-peluang itu, ya kita harus kejar. Kita harus ambil benefitnya sebanyak mungkin buat diri kita. Lebih baik lagi kalau nanti kita bisa menyebar benefit ini ke lingkungan kita. Ya kita harus pandai bernegosiasi dengan situasi
Karena balik lagi, semuanya adalah diplomasi. UE berdiplomasi dengan Indo melalui pendidikan. Nah kita sebagai subyeknya juga berdiplomasi dengan opportunity-opportunity itu untuk mengambil manfaatnya sebanyak mungkin. Tiap orangpun pasti beda2 langkah dan strateginya.
Banyak yang bisa dipetik dari semua peluang yang kita jalani. Kebetulan gue mendapat privilege untuk melanjutkan studi di luar, gue bisa melihat perspektif kehidupan dari sisi yang berbeda. Yang sebenernyapun juga ga jauh berbeda situasinya dengan di Indo.
Jadi, ambil semua hal positif yang bisa diambil untuk pengembangan diri kita. Saat ini kita ada kesempatan untuk mengejar pendidikan melalui beasiswa dari UE, ya sok dikejar.

Kalo udah tau tapi masih mager ya problemnya ya emang malas aja untuk berkembang 🙃

Then we are doomed.
You can follow @GilangHamidy.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: