MEMINTA ANAK MENGERJAKAN PEKERJAAN RUMAH TANGGA

Beberapa tip berdasar pengalaman.
#1 Sepakati Prinsip Pekerjaan RT
Anakku pernah ngeluh, "Why I have to take out the trash, Daddy?" Untung ngeluhnya ke Bapaknya, kalau ke Emaknya ntar nyap-nyap 🙈 Jawabannya simpel, "Because you are member of the family. Household chores are our responsibilities...
... nggak ada yg senang ngerjain pekerjaan rumah tangga," kata si Bapak sambil ngeliatin aku masaaa. "But, it needs to be done. Otherwise we can't live comfortably in our own house." Itu lah prinsipnya. Makanya kami gak pernah mengupah/memberi reward anak utk tugas rumah tangga.
#2 Berikan tanggung jawab sesuai kemampuan
Ini sudah bisa diberikan sejak kecil sih, misalnya kalau balita ya membawa piring kotor ke bak cuci, bantu angkat jemuran, memilah bajunya sendiri, menaruh baju kotor ke keranjang laundry, dll. Tambah usia tambah tugasnya.
Tugas kakak bisa berbeda dengan adik. Adil tidak berarti harus sama. Masing2 punya tanggung jawab sesuai kemampuan. Ketika mereka msh kecil, tugas yg dilakukan gak akan sempurna, malah cenderung 'ngregoni' alias mengganggu & makan waktu lama. Tapi ...
... jangan kehilangan timing ketika mereka mau membantu secara sukarela (biasa masa balita selalu ingin ikut campur). Libatkan sejak dini, agar kalian bisa leha-leha nanti, huahaha (trust me 😉).
#3 Ajari, kasih contoh
Menyapu buat bu ibuk mungkin gampang banget ya. Tapi nggak buat anak kelas 1SD. Ajari, ulangi berkali-kali sampai dia bisa dipercaya mengerjakannya sendiri. Memasak juga begitu. Jangan putus asa kalau anak gak langsung bisa atau masih berbuat kesalahan.
Kalau ortu menyerah duluan, dan ambil alih tugas yg tadinya mau dikerjakan anak, hasilnya anak gak bakalan pernah bisa dan kita sendiri yang repot nantinya. Ingat tujuan kita: bisa leha-leha 😅
#4 Penting: Ojo prentah sak dek sak nyet! (jangan memberi perintah & minta langsung dikerjakan)
Hargai waktu pribadi anak. Kita juga nggak suka kan kalau lagi santai tiba2 disuruh kerja. Anak2ku udah ada tugas rutin, tinggal diingatkan aja. Tapi utk tugas tambahan...
... aku akan bilang beberapa saat sebelum perlu bantuannya. Misalnya hari ini aku minta Ayesha (11thn) utk masak sup utk makan malam. Sore aku udah bilang. Trus pas waktunya masak, aku bilang, "Hi Ayesha, it's time to cook. Will you be ready in 5 or 10 minutes?"
#5 Harus gimana kalau mereka lalai sama tugasnya?
Ditangani per kasus, bisa jadi penyebabnya berbeda. Tapi ingat, tujuan kita: membuat anak melakukan tugasnya dg sukarela.
Misal kasus 1: anakku udah lama gak merapikan tempat tidur. Aku peringatkan, sambil menanyakan tenggat.
"Kamu kapan bisa merapikan kamar? Sore jam 4 setelah main game?" Kalau dia bilang ya, kita tunggu. Tapi kalau nggak dilakukan juga, kita samperin. "Kenapa kamu blm rapiin kamar juga?" Bisa jadi dia overwhelmed saking banyaknya yg hrs dilakukan. Tawarkan bantuan. Kerjakan sama2.
Kalau gak cukup waktu utk bantu anak, cukup bantu memulai aja, atau bantu dia bikin rencana: pertama kita bereskan spreinya, trus taruh buku2nya, lalu mainannya, dll. Mungkin masalahnya kurang tempat utk buku/mainan/baju. Sekalian sortir utk didonasikan.
Kasus 2: anak2 nggak membuang sampah di bak sampah luar (waktu kami tinggal di apartemen di Frankfurt). Aku udah mengingatkan mereka 2x, Bapaknya juga udah. Tapi mereka nggak berangkat2 juga. Suhu di luar emang lagi dingin sih, 3-5 derajat, bikin males. Tapi tugas tetap tugas.
Akhirnya Bapaknya bertanya agak teges ke mereka, "Hi girls, we've asked you to bring the trash out. But you haven't. You know that's your job. Apa jadinya skrng? Bak sampah di rumah penuh & bau, Daddy dan Mommy nggak bisa buang sampah di rumah. Kita jadi nggak nyaman. So...
... kalian bisa buang sampahnya sekarang? Or are you in the middle of something that is more important than emptying the trash?" Mereka langsung buang sampah (turun dari lantai empat dan jalan sekitar 30 meter). Sejak itu gak ada kejadian mereka males perkara sampah lagi.
#6 Apresiasi
Ini sederhana dan efeknya bagus banget. Jangan cuma komentar/marah2 kalau mereka lalai/salah doang. Setelah mereka mengerjakan tugasnya, ucapkan terima kasih. Misalnya, "Terima kasih sudah memasak. Masakanmu enak, ada peningkatan dibanding yg dulu."
Beri pujian anak di depan sibling mereka scr adil. Pujian yg baik bukan yg given spt "anak pintar" atau "anak cantik" tapi lebih ke proses. Misal, "Wah, kakak hari ini berhasil merakit meja IKEA. Hebat, makasih ya, Kak." Biasanya adiknya langsung ikut memuji & say thank u juga.
Itu dulu kayaknya. Pembagian kerjanya disepakati di awal ya, di-review tiap merasa perlu. Aku udah 14 tahun tanpa ART, semua dikerjakan bersama. Pekerjaan rumah tangga bukan hanya tanggung jawab ibu, melainkan seluruh anggota keluarga: suami istri dan anak2.
Bonus foto: si Kakak mahir buka galon aqua pakai ujung sendok 💪👏
Sila kalau ada yg mau komen, nanya, kritik, retweet.
Tambahan: bagiku gak ada pekerjaan RT laki2 & perempuan. Anakku kebetulan cewek semua. Tapi semisal anakku cowok, tetap akan kuajari masak, bersih2, ngurus laundry, dll. Suamiku lakik (ya iyalah) tugasnya cuci piring, nyapu halaman, kadang masak wiken. Aku pasang gas jg bisa :p
Dua buku parenting terjemahanku yg berkaitan dg bahasan ini: The Montessori Toddler dan Gentle Discipline. Terbitan Bentang Pustaka. Jangan beli bajakan ya.
Beli buku aslinya di sini: https://twitter.com/mardiasih/status/1287020831965499393?s=19
You can follow @adekumala.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: