Thread perkawinan antara ide progresif dan ide konservatif tentang penampilan menyebabkan tindak kriminal.
A thread
Note: tolong pahami semua yang tertulis adalah opini hasil refleksi penulis, open for debate.
A thread
Note: tolong pahami semua yang tertulis adalah opini hasil refleksi penulis, open for debate.
Kita sering terjebak untuk berfikir bahwa suatu hal yang menjadi penyebab adalah suatu hal yang memikul tanggungjawab dan harus dipersalahkan. Bisa iya bisa tidak, ukurannya lewat apa? Tergantung ideologinya, sampai derajat seperti apa yang disepakati.
Untuk sekelompok masyarakat yang progresif ala barat, derajat kausal atas suatu tindak kriminal dinilai hanya paling jauh sampai derajat kedua yakni pelaku tidak langsung, paling seringnya hanya derajat satu yaitu pelaku.
Untuk kelompok masyarakat konservatif yang masih megang kultur agama dan adat, derajat kausal atas suatu tindak kriminal bisa lebih jauh lagi sampai ke derajat 3 yakni masyarakat bahkan derajat 4 yakni realitas.
Kenapa beda kausal derajatnya antara progresif dengan konservatif? Karena titik tolak berfikirnya juga beda. Barat era modern mulai berfokus pada preservasi diri secara individualistik, sedangkan konservatif berpusat pada preservasi diri secara komunal.
Kenapa kita mesti paham ini? Karena kita pada akhirnya harus menentukan secara etis "kesalahan" harus berada di derajat kausal yang mana.
Kesalahan juga punya derajat, baik kedua belah kubu punya ukurannya masing masing.
Kesalahan juga punya derajat, baik kedua belah kubu punya ukurannya masing masing.
Tapi mereka punya titik ukuran yang sama, yakni kesalahan dinilai dari seberapa aktif partisipasi dalam melahirkan suatu kejahatan. Kenapa pada titik ini sama? Gunanya untuk menilai sebuah kesalahan adalah untuk dikoreksi, kalau bahasa hukumnya dimintai pertanggungjawaban.
Nah, ukuran kejahatan yang sama ini menyebabkan kausa-kausa yang tidak masuk perhitungannya menjadi batal/irrelevant karena ketidakmampuan bagi dirinya sendiri maupun kita sendiri untuk memintai pertanggungjawaban secara konkrit.
Walaupun kausa di luar lingkup pertanggungjawaban kesalahan menjadi irrelevant, apakah dia lantas non exist? Tidak sama sekali. Dia tetap harus diacknowledge/dianggap ada, namun hanya sebagai pengetahuan belaka, bukan sebagai objek yang harus dipersalahkan.
Dari penjabaran gw ini, maka dapat disimpulkan bahwa tidak selamanya penyebab≠salah dan penyebab≠bertanggungjawab.
Lantas apakah penampilan harus dipersalahkan? Sebelum jawab ini, kita harus jawab ini apakah penampilan adalah penyebab suatu tindak perkosaan? Bisa ya bisa engga
Lantas apakah penampilan harus dipersalahkan? Sebelum jawab ini, kita harus jawab ini apakah penampilan adalah penyebab suatu tindak perkosaan? Bisa ya bisa engga
Bisa iya, kenapa? Karena tanpa harus bersikap naif, penampilan adalah faktor yang menentukan ketertarikan atas suatu hal. Itu alesannya kenapa iklan harus hire orang orang cantik, film aksi ringan biasanya hire orang orang yg secara fisik indah.
Secara evolusioner, paradigma lookism masih deep rooted ke cara kita berfikir. Kita seneng sama hal hal yang estetis karena hal estetis menaikan gairah atau penilaian kita pada suatu hal.
Karena penampilan menentukan penilaian kita pada suatu hal, maka harus dipahami bahwa penampilan itu memantik impulse yang hanya dapat dipahami oleh orang yang mempersepsikannya. Penampilan, boleh jadi memantik hasrat sensual pada seseorang yang menyebabkam perkosaan.
Tapi penampilan bisa jadi bukan faktor utama maupun sampingan terjadi tindakan perkosaan. Bisa jadi penampilan hanyalah alibi murahan yang menjustifikasi perkosaan. Kenapa? Dengan majunya peradaban kita dan ketatnya aturan hukum. Perkosaan bukan saja menjadi momok bagi korban~
Namun juga momok bagi pelaku. Hukuman negara yang ditimpakan pada pelaku perkosaan ga worth to bear. Bayangin untuk kenikmatan 30 menit, ia harus dikurung dari dunia luar belasan tahun dengan ancamam ikutan diperkosa juga di dalem penjara sama napi yang bringas.
Semua potensi kesengsaraan ini motifnya hanya karena nafsu liat tubuh wanita tidak tertutup? Barangkali tidak, ada motif yang jauh lebih kuat dan masuk akal daripada pakaian korban, hanya pelaku yang tau.
Jadi, apakah setelah penjabaran ini pakaian korban adalah penyebab tindak kejahatan terjadi? Bisa ya bisa engga, tergantung prefrensi kita aja.
Tapi disini kita mau menilai beban kesalahan, bukan nilai penyebab. Nah seperti yg sudah dijelaskan~
Tapi disini kita mau menilai beban kesalahan, bukan nilai penyebab. Nah seperti yg sudah dijelaskan~
Bahwa beban kesalahan pada ukuran yang universal adalah orang/subjek yang membuat sebuah tindakan kejahatan terjadi serta dapat dimintai pertanggungjawaban.
Korban perkosaan karena pakaian apakah merupakan penyebab terjadinya perkosaan? Boleh jadi iya.
Korban perkosaan karena pakaian apakah merupakan penyebab terjadinya perkosaan? Boleh jadi iya.
Tapi apakah korban perkosaan karena pakaian merupakan orang yang bersalah dan harus dimintai pertanggungjawaban? Boleh jadi tidak.
Kenapa tidak? Karena hasrat sensual adlh suatu hal yang imateril, tidak punya ukuran yang universal dan tidak bisa diusahakan secara konkrit pada bentuk skenario apapun. Korban tidak dapat dipersalahkan atas suatu tindakan kejahatan acak yang tidak diusahakan olehnya sejak awal.
Sedangkan tindakan perkosaan adalah suatu hal yang materil, punya bentuk yang mampu dilihat, dinilai, dan diukur secara universal. Tindakan perkosaan mampu diusahakan dalam skenario apapun. Dia merupakan kejahatan yang universal bagi setiap manusia.
Lalu, yang harus dipersalahkan di sini siapa? Si pemerkosa. Dialah subjek yang mengusahakan tindakan kejahatan terjadi, dia adalah subjek yang mampu dan harus dimintai pertanggungjawaban.
Jadi, kontestasi ide tentang pakaian menimbulkan perkosaan sudah dan harus diselesaikan karena ringkasnya bisa jadi benar bahwa pakaian mampu menimbulkan perkosaan namun kesalahan adalah selalu milik para pelaku, bukan korban sebagai aktor non aktif dalam sebuah tindak perkosaan.