Ya slama akses langsung ke pasar bagi para petani ttp terbatas, sektor ini semakin jadi gk seksi, financially.

Pdhl financial incentives kan slh satu faktor utama yg dipertimbangkan tenaga kerja muda.

Para sarjana bidang pertanian kan juga punya mimpi buat jadi mapan, Pak :") https://twitter.com/kumparan/status/1266644534223450112
Ya udah deh ya, ku lanjutin dikit, biar gak misinterpreted.

Tapi sebelumnya, ini ku beropini berdasarkan konteks beritanya ya, di mana di berita itu (yang ku tangkep) disebutkam bahwa some experts mengharapkan anak sarjana pertanian untuk terjun langsung jadi PETANI PENGGARAP.
Dalam artian, yg dibicarakan (di artikel yang saya komenin) adl pertanian dlm arti sempit, yaitu udaha pengelolaan lahan untuk menghasilkan bahan pangan (baik padi ataupun non padi).
Nah lalu dipertanyakan, "kok sarjana pertanian gak pada jadi petani (dlm arti sempit) sih?"

Jawaban saya: ya banyak faktornya; dan sebagian besar faktor vitalnya adl hal-hal yg sistematis, yang untuk mengubahnya perlu turun tangan langsung dr para bapak ibu pemegang kebijakan.
1. Kepemilikan lahan.
Sebagian besar (sy lupa percentasenya, ada di data BPS), petani di Indonesia itu adl BURUH TANI. Dalam artian, mereka hanya bekerja di lahan yg dimiliki landlord; baik itu landlord perorangan, ataupun institusi.
Artinya: (i) penghasilannya kecil...
... Buruh tani biasanya dibayar harian tiap kali datang atau berdasarkan hari kerja menggarap lahan. (ii) Sebagian besar petani ga punya lahan. Jadi jgn kira jadi petani itu mirip petani di serial2 Barat yg punya lahan sendiri seluas mata memandang.
Nah skrg apa yg diharapkan...
... dari Sarjana Pertanian yg baru lulus?
Punya lahan sendiri di desa buat digarap dan dikelola sendiri? Atau emang maksudnya mau diminta jadi buruh tani dg penghasilan harian yg mungkin cuma 1/3 UMR?
2. Kebutuhan modal
Oke tarolah ada Sarjana Pertanian yg emg punya lahan di desa buat digarap sendiri, berbekal ilmu pertanian yang diajarin di kampus.
Yg berikutnya harus dimiliki adalah modal: beli bibit, beli saprotan (sarana produksi tani), pestisida, dll.
Lalu, ada gak lembaga keuangan yg bisa kasih soft loan buat itu beli kebutuhan modal itu?
Hard to find, guys 🙂🙂🙂
Kalopun ada yg "berani" kasih pinjem, itu pun pasti pricing nya relatif tinggi (even dibanding Kredit Tanpa Agunan). Kenapa?
Karena (i) ASURANSI PERTANIAN ITU MAHAL YA GAES. Dan it's almost impossible buat lmbaga keuangan menyalurkan dana ke sektor pertanian tanpa asuransi. (ii) harga asuransinya mahal krn banyak risiko yg susah dikalkulasi dan dimitigasi dari sektor ini...
... Risiko gagal panen itu banyak pemicunya: paceklik, hama, cuaca buruk, kesuburan tanah, dll. Bayangin lembaga keuangan mendanai 1 lahan tani, lalu gagal panen, padahal panen adalah sumber bayarnya. Kudu sabar nunggu panen berikutnya, itu pun kalo berhasil...
... Jadinya, balik lagi ke si Sarjana tadi; ya dia jadinya punya lahan aja, tapi ga punya modal buat menggarap lahan taninya. Anda mengharap dia nanam padi sendirian pake tangan di 10 hektar sawah? Lalu panen sendirian pake arit? Well..
3. Akses pasar.

Kamu pikir kemarin harga bawang bombay naik, petani bawang bombay jadi kaya?
Tidak, Ferguso.
Yg mengeruk keuntungan adalah tengkulak.
Yes, sebagian besar pertanian kita ini udh dikuasai oleh tengkulak, secara sistematis.
Jadi ya kaya udah dianggap wajar aja oleh para petani, untuk ngejual timun sekarung seharga Rp 5000, dan dijual di pasar dengan harga Rp 5000 per 3 buah.

Bahkan oleh sebagian petani gurem (petani yg punya lahan sendiri, tapi kecil) pun, sistem tengkulak ini ya udah...
... dijalani aja dengan ikhlas gitu.
Kalo ada yg coba2 nekat jual langsung ke pasar, risikonya besar, yg terbesar adalah di-black list sehingga hasil panennya gak akan dibeli lagi sama tengkulak.
Jadi...
Sudahlah gk punya lahan, sulit akses ke pendanaan saprotan, terus begitu panen gk ada akses langsung ke pasar; tapi para sarjana pertanian dituntut kerja di lahan tani.

Mbok ya dibantu dulu dg program yang relevan dan nyata gitu loh, Pak, Bu?

Jgn hanya nuntut saja :")
Terima kasih, terima diskusi tapi gak perlu pake emosi 😊

-end of thread-
You can follow @fajribowo.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: