TK tuh sebenernya lebih berat soalnya beasiswa susah ga ada LPDP, social skill buruk, kadang masih ngompol, uang jajan kurang, belom bisa nyari duit, diawasin orang tua jadi ga bisa jadi diri sendiri dan harus perform, dan masih banyak lagi deh. Asli, kalo mau TK pikir ulang deh. https://twitter.com/tubbirfess/status/1266226605212332041
Ini berdasarkan pengalaman aku ya, kalo kalian ga percaya aku ga ngerti lagi sama dunia ini. Liat deh, ga jarang ada anak TK ga naik kelas dan itu jadi kebiasaan. Masuk TK yang harusnya cuma satu atau dua tahun malah extend kaya vakansi akhir pekan.
Masih mending kalo alesannya karena si anak memang masuk TK terlalu cepet, ini ga jarang juga karena mama takut kehilangan circle arisan, pelanggan kredit alat rumah tangga, dan alasan untuk keluar rumah.
Mama, ini pendidikanku gimana, Ma? Masa karena ada 2 pelanggan panci fitri yang belum lunas aku harus tunda cita-citaku masuk SD unggulan untuk masa depan gemilang. Masa karena 3 antrian lagi menang arisan aku harus nunggu setahun. Memanusiakan manusia loh, Ma.
Belom lagi tekanan sosial di pergaulan. Biasanya kelas sosialnya udah jelas. Saking jelasnya kalo dikategoriin gampanglah. Ada anak yang orang tuanya datang buat jualan, ada anak yang orang tuanya datang buat beli. Coba dipikir gimana dulu harus perlakukan anak potential client.
Bayangin anak potential client lagi pamer mainan sama pengalaman liburan ke Latvia misalkan, harus didengerin tuh walaupun ga tertarik. Lama-lama ngeselin juga tapi, mulai komentar fashion sense aku yang grunge. Mau dipukul nanti ngadu ke ortunya, tender ga dapet.
Ya aku sih udah biasa pura-pura, mama sering ngasih training gimana caranya jadi telemarketer yang baik. Trainingnya kaya kasus di mana harus ngeyakinin yang telpon kalo mama ga ada di rumah. Awal-awal sering gagal sih soalnya suka nanya "Ma, si anu nih, sekarang mama ada ga?"
Alhamdulilah mama juga ngajarinlah basic hospitality buat client gimana. Di satu titik, selain ngasih uang jajan, mama juga ngasih uang entertainment katanya buat traktir cilok atau Teh Sisri (waktu itu masih trendy). Kadang kalau mama lupa ngasih, aku disuruh reimburse aja.
Okay, kembali ke realita. Dari kacamata pengampu, setiap jenjang pendidikan punya kesulitannya masing-masing. Jenjang yang lebih tinggi tidak berarti proses mendidik menjadi lebih sulit. Fase kehidupan anak didik menjadi salah satu kesulitan yang dihadapi.
Seorang guru PAUD dan TK atau apapun istilah lain yang digunakan acapkali dipandang sebelah mata. Banyak teman saya yang berjuang di ranah itu. Saya sering lihat cuitan @snmala tentang betapa sulitnya mengubah mindset tersebut.
Belum lagi perihal pendidikan untuk pengampu tersebut, kapabilitas yang tidak merata, sulitnya mencari referensi, sulitnya mencari model pembelajaran, dll. Menjadi guru PAUD dan TK adalah profesi yang sama seriusnya dengan profesi apapun, dan dipelajari dengan serius pula.
Banyak yang heran, saya pun sempat, ketika melihat biaya yang luar biasa. Namun, ketika menyadari bahwa pembentukan karakter adalah bentuk investasi yang tidak bisa ditunda-tunda, sudah sewajarnya ada biaya yang harus dibayar untuk itu.
Tetap semangat untuk yang memilih pendidikan anak usia dini sebagai misi sucinya. Apresiasi untuk segenap guru PAUD dan TK yang sedang berjuang, apalagi yang sedang kelabakan mencari cara untuk memberikan pembelajaran jarak jauh. Kalian keren.
You can follow @liriknadir.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: