Bismillah...
"Urip mati Kui duwek e Pengeran, dadi ojo engkres mindah sukmoku."
(Hidup dan mati itu kewenangan Tuhan jadi jangan Belagu mindah sukmaku)

A Tread horror
#samamburatbangbangwetan

-SALIN SUKMO-
part-3

Base on true Story
@bacahorror #bacahorror #CERITAHT
"Sinau mati sak jeruning urip supoyo sok yen mati dikersakne urip''

Muhammadun basharun lakal bashari
wal huwa gayatun bainal khajati

Muhammadun basharun lakal bashari
wal huwa gayatun walakal khajari
sinau mati sak jeruning
supoyo sok yin mati dikersakke urip
sing rumangsaku urip kui jane mati
sing rumangsamu mati sejatine urip
wis paring mati sak jeruning urip
supoyo sok yin mati dikersakke urip

ananing ono
kinaryo ono
gusti kangsejati ono
kun
titah kan sejati

-KYAI KANJNEG-
Aku mendengarkan lagu ini berulang rulang. Dan aku terbias oleh keindahannya, riang dan menawan.

Ah ....aku mengeluh dalam diam.

Mungkin benar kadang kita merasa begitu menderita sampai sampai ingin mati. Berfikir jika mati semua akan berakhir ?
Lakok penak emen ? lakok nyimut ? terus lek mati terus entek ceriatne ? yo rangono ?! mati kui awal kehidupan yang baru.

Yo bene soro sing penting mbesok iso urip penak.
Mobil yang di tumpangi Karenina dan Sidat melaju gesit menembus pekadnya pagi.

Jakarta pagi begini memang longgar, bisa cepat keluar jakarta dan masuk tol.
Seperti biasa Sidat bersikap manis dan normal seolah olah tidak pernah terjadi apa apa diantara mereka, seolah seolah dia tidak pernah menykitinya.
Akhirnya mobil Putih itu memasuki tol dan melaju kecepatan tuinggi menuju timur.

Perjalanan ini akn panjang. Harusnya Karenina bisa naik pesawat tapi dia tidak ingin meninggalkan mobilnya di Jakarta.
Lagian begitu banyak barang yang harus dia bawa. Pulang kampung kali ini kan bukan hanya pulang kampung biasa tapi pualng yang sebenarnya.
Agak siang ketika hpnya terus berbunyi. Norifasi BBM begitu banyak pesan yang masuk.

Karenina membukanya satu satu, semua pesan yang diterimanya intinya hampir sama.
Hanya dengan kata kata dan kalimat yang berbeda. Gaya bahasa yang berbeda namun santun dan penuh hormat.

Intinya mereka berkata," Bu mohon jangan tutp perusahaan ? anak istri saya mau makan apa ?"

Llau dilengkapi caption yang membuat hati Karenina makin teriris.
Memang seharusnya dia tidak menyuntik mati perusahaan. Seharusnya dia bertahan dan memperbaiki semuanya.

Bukankah cash juga masih terus diairkan, Pak Arif juga masih ada disana, seluruh staff perusahaan yang selama ini bekerja untuknya dan membuatnya disebut sebagi
perempuna tangguh dan sukses juga masih ada disana untuknya.

Apa yang sebetulnya membuatnya harus menyerah ?

Bukankah Tuhan juga memenuhi janjinya ?
" Innamangal ngusri yusro, Bersama kesengsaraan aku sertakan kebahagiaan."

Dia memang telah memberiku kesengsaraan, " Ribuan panah menancap di dadaku. Telak dijantungku! Membuatku terkapar dan bersimpuh berserah pada nasib.
Tapi bukankah Dia memberiku anugerah terindah ? Janin yang ada di dalam kandunganku ? Yang bersama disertakan juga kesadaran yang telah pernah diambil paksa oleh sang angkara murka. Oleh bencana yang memilki seribu wajah."
" Gusti...!?" Karenina tergugu dalam tangisnya.

" AKu hanya lelah Gusti...aku hanya lelah."

(aku nulis sambil gemeteran airmataku jatuh satu satu. njeru ati aku misuh misuh)
Dia melatakkan hpnya, Dia tidak mampu menjawab.

Bagaimana aku harus tetap bertahan dan menyelamatkan hidup banyak orang jika hidupku sendiri hangus terbakar ?

Bagiamana aku memikirkan nasib mereka jika nasibku sendiri
diujung tanduk.

AKu menadi sandra dari sang angkara murka.

Yang bersamanya aku memenjarakan kedua oarng tuaku.
Aku menaruh belaiu berdua diatas bara, siksaan yang tidak pernah ada habisnya.

Jika sampai sekarang belaiu berdua masih hidup dan bertahan itu karena begitu mencintaiku.
bahkan setealh segala kesalahan yang aku buat.

Mereka masih begitu yakin bahwa putrinya akan kembali dalam keadaan hidup.

Seperti halnya Manisa yang diijinkan kembali dengan selamat tidak kurang suatu apa, begitupun beliau begitu yakin bahwa Karenina akan kembali dengan
keadaan yang sama.
Dan Karenina sedang berusaha mewujudkan impian belaiu berdua.
Sidat hanya melirik melihat Karenina luruh dalam tangsinya.

"Wong pancen ra duwe ati opo yo gumun enek wong nangis." Bathin Karenina sambil menyeka airmatanya.

(memang nggak punya hati nurani apa ya nggubris ada orang nangis)
Setelah dua hari dua malam mereka pun nyampai kampung.

Karenina langsung menekuk lututnya dihadapan kedua orang tuanya dan adiknya.

Sidat terlihat jengah melihat hal ini.
Model suket teki kayak sidat mana mengerti minta maaf.
Sidat beberapa cuma beberapa hari di kampung dan memilih balik ke Jakarta.

Buat balik ke Jakarta juga minta duit sama Karenina.
Sebelum Balik ke Jakarta Karenina bilangbahwa akan menjual motornya yang di jakarta.
Karena Karenina butuh uang. Tapi sidat bilang jangan dijual suruh pinjam uang saja di bank/ disekolahin BPKBnya maksudnya.
Dia berjanji kan mbayar cicilannya.

Tentu saja dia nggak sejutu mobil sudah dibawa pulang, tinggal motor aja di sana.

Kalau di jual dia mau brangkang kemana mana ?
Tapi begitulah janji tinggal janji. Di masa depan Kareninalah ayng harus jungkir balik bayar cicilannya.
Setelah Sidat nyampai Jakarta tiap hari dia hanya nukari (marah marah ) kepada Karenina karena minta tanda tangan buat nikah lagi tapi Karenina nggak mau ngasih.
'' Jika kau ingin menikah lagi silahkan, tapi tolong aku dibersihkan/dikasih surat cerai."

Dan Sidat tidak pernah berani melakukannya.
Dan pertengkaran itu terus berlanjut, Karenina terus disalahkan oleh Sidat karena Sidat bilang Karenina menjadi penghalang bagi dirinya dan kekasihnya.

Dan Karenina hanya berderai airmata mendenagr ucapan Sidat.
Begitulah hari hari yang dilalui Karenina, tiap kali hpnya bunyi hanya caci maki dari Sidat yang diterimanya.

Dia selalu menyembunyikan tangisnya dari keluarganya.
Dia tidak pernah tahu rasanya diperlakukan selayaknya wanita hamil lainnya bahkan saat mereka masih tinggal serumah.

Dia beruntung bayinya yang dikandungnya juga tidak pernah menyusahkannya.
Bahkan dia tidak tahu rasanya ngidam. Karena bayinya memang tidak pernah meminta apappun.

Hanya surat Alfatekhah yang selalu Karenina kirimkan untuk janinnya.
Karenina juga banyak menghabiskan waktunya di sawah. Habis subuh dia sudah di sawah, jam sembilan dia sudah istirahat.

Di sawah itu jam sembilan wuih panasnya wis ngentak ngentak.
Dan bayi yang dikandungnya rupanya tidak ingin segera keluar.

Sembilan bulan berlalu, sepuluh bulan juga berlalu dan dia masih tenang di pertapaannya.
orang tua tua suadh paad ribut, Karenina dikandangne.

Dikandangne adalah bentuk usaha dan doá yang dilakukan jika bayi tidak lahir saat lewat sembilan bulan.

Dan budaya ini masih dialkukan turun temurun di daerah kami
Karenina dimasukkan kandang hewan lalu digiring dan dipecuti kayak hewan dan Karenina harus segera lari keluar saat dipecuti. (dipecuti aku ra ngertibhasa indonya )
Danritual itupun dia lakukan demi meliaht rona bahagia dari orang orang yang diksihinya.

Sekaligus memohon anugerahnya agar janinnya segera lahir.
Dan ritual itu berlalu, janinnya masih ansyik dengan tapanya.

Pamannya juga memberinya telur sepasang dan memintanya untuk nguntal (nguntal aku juga nggak tau bahasa iondonya )
akhirnya sebelas bulan pun berlalu.

Thn baru 2015 pun datang. Janinnya juga masih asyik dengan tapanya.
Hingga suatu malam hpnya berdering, tapi kemudian mati saat hendak diangkat.

Lalu ada pesat masuk, '' Nis telpono ! " itu dari kakakku, putranya pak de.
Hp langsung kukasihkan Manisa. Dan manisa segera menghubungi kakak.

Dan terjadi kekacauan di rumah Pak De karena anaknya kakak ke Bali nggak pamit.
Dan nggak tahu Karenina tiba tiba ketakutan karena hal ini, mendengar kakaknya teriak teriak marah di telp Karenina ketakutan.

Dia mendengar Manisa ngobrol dengan kakaknya karena hpnya loudspeaker.
dia kontraksi dan terus mersakan sakit.

Hampir semalaman dia mondar monadir di kamar.

Manisa dan ibunya yang menemaninya.
paginya dia dibawa kerumah sakit.

Dan tiga hari kemudian bayinya lahir cecar.
Atas permintaan Manisa Sidat datang. Manisa bilang tadinya dia menolak untuk datang alasannya tidak punya uang.

" Aku tidak butuh uangmu, aku hanya butuh kau datang."

Akhiirnya sidat datang.
Tapi perilakunya sangat buruk, dalam keluarga kami kami perempuan yang baru melahirkan harus dijaga lahir bathinya.

Dia tidak boleh turun dari sendenan selama empat puluh hari.
Nggak boleh ngapa ngapain, mandi harus di ada memandikan begitu juga makan harus disuapi.

Tapi di hari pertama Karenina pulang dari rumah sakit dia sudah nyuci baju sendiri dan baju bayinya.
Dia melakukan karena Sidat berbicara sangat buruk padanya.

Ibu dan bibinya Karenina yang melihat hal ini langsung udan tangis / berlinng airmata.
Dansejak itu ibu dan bibinya serta adik adiknya yang merawat Karenina.
Hari demi hari dilaluinya dengan luka demi luka.

Mungkin lebihbaik jika Manisa tidak meminta Sidat untuk datang.

Tapi Sidat mengutarakan untuk tinggal di kampung.
Tentu saja Karena Karenina sudah tidak sudi membiayai hidupnya Sidat di Jakarta.

Sedang di asendiri rumah juga nggak punya.

Rumah yang di Jakarta juga sudah tiadk boleh ditempati karena Sudah diambil alih perusahaan atas perintah Karenina.
Dia meminta kepada Karenina untuk dikenalkan dengan koneksinya di kampung dan dia berjanji kan berubah.

Kareninapun memeperkenalkan nay dengan beberapa temannya.
Setelahnya Sidat sering pergi pagi pulang malem dengan mengunakan fasilitas kelaurga.

Mobil kadang motor. Setiap kali nggak punya uang dia minta kepada Karenina. Jika nggak dikasih pasti mencak mencak dan terjadi pertengkaran.
Tapi jika dapat tender (dia seorang programer ) dandapat uang dia kanfoya foya dia uang itu tanpa ingat anaknya.

Sementara Karenina biaya hiudp bergantung pada Adiknya, yaitu Manisa.
saat bayinya berusia tiga bulan terjadi pertengkaran hebat dan Sidat memutuskan untuk minggat dari rumah keluarga Karenina.

Tapi tiga hari kemudian dia menghubungi Karenina dan ingin kembali tapi Karenina bilang tidak.
Sebulan setelah Sidat hengkang Karenina memutuskan untuk tinggal dirumahnya sendiri.

Karena punya rumah sendiri, rumah ini dibelinya waktu dia masih kerja jauh sebelum dia menikahi Sidat.
Keluarga melarang tapi Karenina bilang,'' Mohon ijinkan saya untuk belajar berdiri di kaki saya sendiri, jika saya memebutuhkan sesuatu saya pasti akan sampaiakan."

Akhirnya ibunya memutuskan untuk tinggal bersama Karenina.
Sejak Karenina tinggal di ruamh sendiri Sidat sering datang dan mebujuk Karenina supaya mau menjual rumahnya.

Cara cara hitam dia pakai, dia menanam belung tundung dirumah Karenina.
Apa efek belung tundung anda bisa baca di Pangrekasa.

Dia juga menggunakan banyak cara licik lainnya agar Karenina menurutinya.
Tapi semua itu sudah tidak mempan karena saat Karenina memutuskan untuk tinggal dirumahnya bapak telah memasang pagar betis berlapis lapis.

Dia memastikan bahwa putri dan cucunya tidak akan tersentuh oleh Sidat lagi.
Bahkan Sidat pernah memakai kakak kandungnya dan bapaknya agar mau membujuk Karenina.

Atau setidaknya dia diijinkan untuk tinggal dirumah Karenian.
Karenina menjawab ringan, " Yo rapopo, tapi penjenengan kudu kulo nuwun ning keluargaku."

(ya nggak papa tapi kau harus minta ijin ke kelaurgaku)
"Amargo lungo teko omah ora pamit kui podo karo awakmu guwak aku. Mbiyen jaman ning Jakarta awakmu ape polah piye piye ora popo urusanmu gur karo aku. Tapi saiki urusanmu karo kelaurgaku."'
(Karena dengan pergi nggak pamit/minggat itu sama saja dengan kau membuangku. Dulu waktu kita masih tinggal di Jakarta kau mau bertingkah seperti apa urusanmu hanya denganku. Tapi sekarang urusanmu hanya dengan keluargaku."'
Rupanya Sidat tidak mau berurusan dengan keluarganya Karenina.
Kali ini dia menggunakan ayahnya. Ayahnya yang ikut adiknya di jawa tengah dijemput dan katanya sakit.
Ayas nama sopan santun Karenina membawa putranya menemui kakeknya di tempat kosan Sidat dengan membawa makanan.

Da saat Karenina datng bapaknya bilang bapaknya mau ikut Karenina.
Karenina bilang tidak apa apa. Kemudian bapaknya Sidat berkata,'' jika bapak ikut kamu maka Sidat juga akan ikut sama kita.''
'' ndak papa pak tapi syaratnya dia harus minta ijin keluarga saya.''
Mereka berdua tidak ada yang menjawab. Jelas terlihat kekecewan diwajah mereka berdua.

Itu dapat dibaca dengan jelas oleh Karenina.
Dalam hati Karenina berkata,'' Ini baru permulaan, pasti masih ada cara licik laainnya yangakan Sidat pakai.''

Dan siang itu setalah beberapa lama akhirnya Karenina mohon pamit.
esoknya Karenina seharian berada di rumahnya Manisa.

Sorenya dia kembali kerumah bersama ibu dan putranya. Alangkah terklejutnya Karenina melihat Sidat dan bapaknya sudah berada di teras rumah.
Mereka menunggu kedatangan Karenina. Dalam hati Karenina berkata,'' bapak sama anak sama saja nggak punya tata krama.''
Sekali lagi atas nama sopan santun Karenina mempersilahkan mereka masuk. Saat mereka sudah didalam rumah Sidat bilang bapak minta diantar ke dokter.
'' lah ke dokter kenapa harus aku ya ?'' bthin Karenina.
tanpa banyak bicara Karenina langsung mebawa baapknya Sidat ke dokter. Dna ternyata nggak ada keluhan yang berarti.
Dokter hanya meberi nya vitamin.
Pulang dari dokter Karenina berharap mereka segera pamit tapi rupanya mereka bikin Karenina shock.
'' Kita boleh ya nginap disini ? '' dengan wajah tanpa dosa.

Karenina dan ibunya langsung saling berpandangan, tatapan keduanya benar benar nggak percaya.
Dan tidak peduli dengan wajah shock Karenina Sidat melanjutkan kalimatnya,'' kami boleh ya tidur di kamar tamu ?'' dan langsung ngeloyor masuk kamar tamu.

Kamr paling depan lalu diikutioleh bapaknya.
ibunya Karenina langsung jatuh terduduk dan kemudian membenamkan wajahnya dilututnya.

Karenina langsung menekuk lututnya dan memohon maaf kepada ibunya atas tingkah Sidat dan bapaknya.
Dia berlinang airmata.
Selain memohon maaf karenina juga memohon kepada ibunya untuk tinggal.

Karena sesungguhnya dalam budaya kami besan itu tidak boleh tinggal serumah, apalagi merekabukan benar benar besan.
Jika Sidat lancang nginap disitu dengan paksa itu berarti mereka sedang mengusir ibunya Karenina agar pergi dari rumah Karenina.

Mereka berdua telah diluar batas.
Ibu juga dihadapkan oleh dilema, jika dia pergi berarti dia menyerahkan putrinya pada manusi biadab.

Akhirnya malam itu Karenina dan ibunya tidur di depan TV yang ada diruang tengah. Karena kebetulan si kecil sudah tertidur dari tadi disitu.
Tapi semaleman kedua perempuan itu matanya tidak terpejam.

Begitu subuh datang Karenina langsung pergi kerumah Manisa sendirian. Dan langsung menekuk lututnya dihadapan babak.
babak=bapak
Karenina memohon maaf atas ketidak berdayaanya.
Tangan bapak mengepal, amarah dan duka menjadi satu di rona wajahnya, matanya memerah.

Nampah duka yang dalam dan amarah yang membara.
'' ngadeko nduk !'' ucapnya kemudian.

Lalu belaiu berlalu hendakberangkat ke rumah Karenina.
tapi dicegah oleh Manisa.
'' kersanipun kulo mawon ingkang ngadepi Sidat Pak, penjenengan mboten diwong ne mboten usah moro mendhek mendhek.''
(biar saja saya saja yang menghadapi Sidat pak, anda sudah dihargai jadi anda tidak perlu kesana)
Bapak mengurungkan langkahnya. Apa yang dikatakan Manisa benar, Seharusnya mereka datang kesini bukan ke rumah Karenina.

Mereka memang licik.
Manisa samapi di rumah Karenina ketika Sidat dan bapaknya sedang menikmati sarapan buatan ibu.

setelah berbasa sebentar Manisa mengajak Sidat berbicara.

Dengan Santun Manisa berkata.'' Pak Puh aku duwe perlu karo penjenengan, ayo lungguh bareng.''
(pak puh, saya ingin bicara denagnmu ayo duduk bareng )

Sejak anaknya karenina lahir semua adik adiknya karenina memanggil sidat pak puh. itu tata krama agar putra putri mereka menghormati Sidat.
Bagimanapun Sidat adalah ayahnya anaknya Karenina.

Dalam pemahaman mereka bojo iso pegatan tapi tunggal lan dulur ora enek pegate.

(suami istri bisa bercerai tapi saudara tidak ada cerainya)
Mereka berdua terlibat diskusi panjang yang berujung pada keluarnya talak untuk Karenina.

Padahal diskusi panjang itu jelas Manisa hanya menggiring Sidat untuk memohon maaf dan mengakui kesalahannya
Dan inilah jawabnnya Karenina,'' yo ra popo lek pancen kui sing mbok karepne, kabeh salahmu wis tak ngapuro semono ugo salahku ngapuranen. Lek perkoro tole tak openane. Penjenengan iso mbeneh yo peneran raiso ya rapopo.''
(ya nggak apa apa jika itu yang kau inginkan, semua salahmu sudah kumaafkan. begitu juga salahku mohon kau bisa memaafkan. Kalau masalah anak biar aku yang merawatnya. Anda mau baik terhadapnya silahkan jika tidak juga tidak apa apa)
entah mengapa hati Karenina begitu terluka karen ahal ini.

Dia bahkan tidak bisa menangis. Jiwanya tiba tiba hampa.

'' Jadi benar dia hanya menginginkan uangku ? jadi benar saat aku dianggab miskin aku akan dicampakkan !''
Karenina terpaku ditempatnya tanpa mampu bergerak.

Dia melihat Sidat dan ayahnya meninggalkan rumahnya tanpa mampu bergerak dari tempatnya.
Akhirnya ibunya yang membimbingnya untuk duduk.

Lalu Karenina diberi air putih.
Hari terus berlalu, Karenina terus hidup untuk putranya.

tapi sidat tidak berhenti disitu. Bagi Karenina Sidat adalah masa lalu.

Sidat masih terus punya cara agar bisa datang kerumah Karenina dan membujuk Karenina untuk menjual rumahnya.
Dan setiap kali datang dia tidak pernah datang lomboan/apa adanya.

Dia pasti membawa sesuatu agar Karenina mau menuruti kemauannya.
Bahkan pernah paman dan adiknya Manisa datang dini hari. Menaruh tongkat kaket di depan pintu dan langsung menyebarkan garam ke seluruh rumah Karenina lalu menyisakan segenggam dan meminta Karenina membaca Shalawat nariyah sampai pagi.
Setelahnya air garam itu dicampur dengan air cucian beras/banyu leri dan dipakai untuk membersihkan rumah.

Setahu Karenina Keluraganya tidak akan menggunkan garam dan banyu leri jika tidak sangat mendesak dan genting.
Karena garam adalah cara paling kasar. Biasanya hanya pakai sapu ijuk, jika kurang ajar pakai sapu gerang.

Dan garam hanya dipakai untuk hal hal yang melampaui batas.
Sejak itu Sidat tidak pernah diijinkan masuk rumah Karenina.
Hingga suatu pagi saat putranya Karenina berumur tujuh bulan seorang pemuda utusan seorang yang disebutnya kyai (kyai nya orang orang yang suka memanjangkan jenggot dan pakai celana cekak) bertamu ke rumah Karenina.
Dia memohon ijin atas nama kiyainya apakah kyai dan kelaurganya boleh datang bertamu ?

Karenina hanya bilang iya. Karen Karenina mengenal pemuda itu. Dia kakak dari teman sekelasnya waktu tsanawiyah.
Dan sejam kemudian datang satu rombongan orang kerumahnya. Dan diantara mereka ada seorang perempuan yang kira kira dua tahun lebih tua darinya menangis seseunggukan dan meminta agar aku menyerahkan Sidat padanya.
Karenina tersenyum simplu denagntingkah perempuan di depannya dan berkata,'' Jika mbk butuh tanda tangan sekarang saya akan langsung tanda tangan. Tapi jika mbak masih punya waktu tolong minta Sidat untuk membersihkan saya.''
Besoknya Sidat datang ke rumah Karenina oleh Karenina langsung diusir, tapi dia memaksa ingin bicara.

'' jika kau bicara denganku pergilahke rumah orang tuaku aku akan kesana menemuimu.''
Akhirnya keduanya bertemu di rumah orang tua Karenina.

Sidat berusaha menjelaskan macam tentang kedatangan perempuan kemaren bersama keluarganya.

Karena hanya diam mendengarkan. Ketika Sidat sudah kehabisan bahan untuk bicara Karenina berkta.
'' Anda sudah selesai atau masih ada yang ingin anda katakan ? ''

Sidak menggeleng.

Dan Karenina berkata,'' Diantara kita sudah tidak ada hal yang perlu dibicarakan.''
Lalu dengan tenang Karenina berdiri dan meninggalkan Sidat yang termangu.

Sementara orang oarng yang menyaksikan hal ini juga ikut termangu.

Sedari tadi keluarga Karenina sesungguhnya mengintip dari balik kelambu termasuk kedua bibinya.
Ketika Sidat sudah pergi Karenina menemui Manisa dan menyerahkan kedua HPnya pada Manisa.

Saat itu memang Karenina memgang dua Hp.

Itu dia lakukan setelah dia me log out seluruh mensos nya.
Dia juga menyerahkan kunci mobil kepada Manisa.
'' aku menyerahkan segala urusan yang berhubungan dengan hp ini padamu.''

Lalu dia pulang mebawa putranya.
TO BE CONTINUE
aku rehat. see u tomorrow
You can follow @nasura2101.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: