Saya mau share tentang industri film Indonesia ya, teman-teman. Mudah-mudahan bisa nambah wawasan. Gimana film Indonesia bisa dibuat? Siapa yang mendanai, gimana kru dapat gaji, kenapa nonton film secara ilegal bikin perfilman nyungsep, dan sebagainya. Yuk!

A thread.
Saya mau mulai thread ini dengan bilang bahwa, sekitar 70 persen film merugi setiap tahunnya. Artinya, kalau dalam setahun ada 140 judul film Indonesia yang rilis, 94 film di antaranya nggak balik modal. Gimana proses film dari mulai pendanaan sampai bisa dinikmati penonton?
Di Indonesia, pendanaan film didapat umumnya dari private investor. Artinya orang punya duit terus invest di film. Sebagian kecil ada yg dari venture capital yaitu beberapa orang ngumpulin duit lalu dikelola buat invest di film. Para investor di film namanya 'Executive Producers'
Film bisa terjadi dgn 2 cara:
- sineas (biasanya sutradara, produser, penulis) punya project lalu cari dana ke private investor (PI) atau venture capital (VC), atau perusahaan film (PH) yg duitnya bisa PI atau VC atau keduanya.
- PH manggil sineas utk ngerjain project film mereka
Kru film (semua orang di belakang kamera), pemain film (semua di depan kamera), bisa punya pekerjaan dan penghasilan karena ada project film yang jalan. Film adalah produk yang unik karena terjadi bukan hanya karena orang ingin dapat uang. Tapi juga ingin berkarya.
Siapa yang berkarya dalam sebuah produksi film? Semua kru dan film yang terlibat. Kru yang tugasnya ngotorin dinding yang baru dicat supaya terlihat seperti dinding rumah yang sudah lama dihuni saja termasuk berkarya. Bermain dengan estetika.
Di Indonesia, rata-rata satu produksi film memperkerjakan 120 orang kru lapangan setiap filmnya. Ada yang sampai 300. Kalau dihitung sampai kru yg kerja setelah film selesai disyut, bisa sampai 500 orang. Makanya kalo nonton nama-nama di akhir film bisa panjang banget.
Total kru dan pemain film di Indonesia mencapai ribuan. Hidup dari semua orang ini tergantung apakah film bisa tetap ada yang diproduksi atau tidak. Gimana supaya investor tetap mau invest di film? Kalau filmnya paling tidak balik modal. Gimana skema bisnis film di Indonesia?
Seperti yang saya bilang di awal, 70 persen film merugi. Kenapa terus ada yg buat? Karena biasanya perusahaan film setahun bikin beberapa film (disebut 'slate'). Mungkin bikin 5 lalu 4 rugi tapi 1 untung dan bisa nutup kerugian yang lain.
Gimana perusahaan film bisa balik modal setelah bikin film? Ibaratkan ada orang bikin kue, setelah kuenya jadi, kuenya dijual. Bisa jual langsung, bisa titip ke warung tetangga dsb. Untuk film, ini disebut 'pendistribusian film'. Bisa ke bioskop...
... bisa ke 'home videos' seperti DVD, Blu-ray, bisa juga ke Video On Demand (VOD) seperti Netflix, iFlix, Goplay, dan sebagainya.

Saat ini, bisnis home video spt DVD sudah mati total. Jadi orang-orang yg kerja di perusahaan DVD, udah nggak ada lagi. Kenapa? Karena pembajakan.
Ada yang bilang bisnis DVD mati karena VOD seperti Netflix udah lebih diminati. Mungkin benar. Tapi di Amerika, Eropa, misalnya, DVD, Blu-ray bisnisnya masih jalan. Di kita udah dead. Karena perusahaannya rugi terus. Orang lebih suka beli bajakan.
Jadi di Indonesia, perusahaan film cuma bisa mengandalkan muter film mereka di bioskop (dengan sistem bagi hasil 50-50 dgn pemilik bioskop setelah dipotong biaya promosi bersama dan pajak), dan jual ke VOD streaming spt Netflix, iFlix, Goplay, dsb.
Kenapa satu perusahaan film, film-filmnya bisa mencar-mencar 1 dirilis di Netflix, 1 dirilis di Goplay, 1 di Vidio, dll?

Karena tiap film berbeda penawaran dan harga yg diajukan VOD streaming. Satu film mungkin Vidio nggak mau beli, tapi Goplay mau beli. Atau...
Judul A streaming platform X mau beli tapi harganya murah banget. Sementara Goplay mau beli harga lebih tinggi, tentunya perusahaan film jual ke yang lebih tinggi buat balik modal. Jadi bukan sengaja bikin hidup penonton susah karena filmnya mencar-mencar di streaming VOD :)
Kehadiran streaming platform legal membantu perusahaan film balik modal selain bioskop. Dulu ada VCD dan DVD, tapi kan sekarang udah mati kan karena pembajakan.
Gimana streaming platform spt Vidio, Netflix, Goplay bisa terus bertahan? Kalau orang yang subscribe bisa nutup biaya operasional dan biaya produksi kalau mereka juga bikin konten (disebut 'Original')
Jadi uang yang teman-teman bayar utk langganan untuk iFlix, Viu, Goplay itu, adalah supaya streaming platform tetap bisa beroperasi (ada yg udah bangkrut btw) dan beli film dari perusahaan film biar mereka tetap bisa berproduksi dan menggaji kru serta pemain film. Ini langsung.
Dampak pembajakan film:
Secara ekonomi, ketersediaan film di situs bajakan atau toko bajakan mengurangi penonton yg membayar. Keuntungan yg dihasilkan pembajak baik uang langsung atau krn traffic byk orang yg kunjungi situsnya, itu larinya bukan ke pembuat film. Tapi ke pembajak.
Kalau kalian suka nonton film dan cinta film, bantu perusahaan film untuk bisa bikin film terus, untuk bisa memperkerjakan kru dan pemain film. Jadi 'paying customers'. Hanya dengan cara ini industri film Indonesia bisa berlangsung terus.
Tiap ada film yg diupload secara ilegal me Youtube, Facebook, kami selalu lapor. Tapi tentunya ilang lalu muncul lagi. Situs-situs ilegal juga diblokir 1 tumbuh beberapa lagi. Ini adalah kutukan dari anugerah Internet. Kalau kalian cinta film, bantu film supaya tetap bisa dibuat.
Secara kreatif, kami yang berusaha menghasilkan yang terbaik dalam berkarya, dari mulai sutradara sampai anak tim artistik yg memastikan dindingnya kayak dinding rumah yang sudah lama dihuni, ingin terus bisa berkarya. Ini bukan romantisasi. Ini logika sederhana.
Apalagi pasar film Indonesia cuman di Indonesia. Pasar film Amerika seluruh dunia, teman-teman. Sudahlah layarnya terbatas, mau tayang di streaming platform dibajak pula.
Beberapa film membutuhkan adegan berbahaya, fighting, action, dsb. Atau butuh medan yg berat. Untuk apa? Untuk memberikan kenikmatan menonton bagi penonton. Walaupun bujet terbatas, tetap kami mau lakukan dengan ikhlas. Kenapa bujet terbatas? Karena kalau mahal gak balik modal..
Kenapa nggak bisa balik modal kalau bujet terlalu besar? Karena pasar film Indonesia masih terbatas, banyak yang nonton tanpa mau membayar.

Di daerah kalian nggak ada bioskop? Nggak punya duit langganan streaming? Baca di sini: https://twitter.com/jokoanwar/status/1213362105019011073?s=21
Tentu saja, akan tetap ada yang nonton bajakan. Tapi gini:
Bagi penonton bajakan, ini mungkin soal kesenangan. Bagi para kru dan pekerja film Indonesia yang hidupnya tergantung dari ada tidaknya film yg diproduksi, ini soal hidup mati. Dan kalian bilang ini romantisasi.
Akhirnya, tentunya semua terserah anda. Yang pasti, bukankah agama ngajarin supaya berlaku adil? Jangan ambil sesuatu yang jadi hak orang lain? Kalau pun nggak percaya agama, kita pasti masih punya nurani. Tegakah kita senang-senang atas usaha orang lain?

Salam. :)
You can follow @jokoanwar.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: