Mengulas Kisah Ibu Siti Fadilah Supari, Mantan Menteri Kesehatan Era Susilo Bambang Yudhoyono yang Pernah Melawan WHO Saat Virus Flu Burung Melanda Indonesia Tahun 2005

- Sebuah Utas -
konten om deddy @corbuzier belakangan ini berhasil buat aku liat Indonesia dari sudut pandang yg berbeda. baru aja kemaren om deddy upload video wawancaranya sama Ibu Fadilah, jd makin banyak masyarakat yg penasaran ttg siapa sih beliau ini? kisahnya gimana kok banyak bgt
yang bicarain belakangan ini? nah, disini aku mau ceritain ttg kisah beliau, kebetulan topiknya pas bgt sama kondisi pandemi covid-19 skg.

(sumber bakal aku cantumin di sepanjang thread ini yaa)
Dr. dr. Siti Fadilah Supari, http://Sp.JP (K) lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 6 November 1949. Beliau adalah seorang dosen  dan ahli jantung yang menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden dari 25 Januari 2010 hingga 20 Oktober 2014. Sebelumnya
beliau menjabat sebagai Menteri Kesehatan Indonesia Pada Era Susilo Bambang Yudhoyono. Sebelum menjadi Menteri Kesehatan, Beliau bekerja sebagai staf pengajar kardiologi Universitas Indonesia. Setelah itu, selama 25 tahun, Beliau menjadi ahli jantung di Rumah Sakit Jantung
Harapan Kita. Beliau menyelesaikan sekolah atasnya di SMAN 1 Surakarta dan menerima gelar sarjana dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1972. Pada 1987, beliau menerima gelar master (S-2) untuk penyakit jantung dan pembuluh darah dari Universitas Indonesia pada 1987. Pada 1996,
beliau menerima gelar doktor (S-3) dari Universitas Indonesia. Pada 1993, beliau mengambil kursus Kardiologi Molekuler di Heart House Washington dan kursus Epidemiologi di Universitas Indonesia (1997). Pada 1998, beliau mengambil kursus Preventive Cardiology di Goteborg (Swedia)
dan peneliti di Bowman Grey Comparative Medicine (Universitas Wake Forest, Amerika Serikat). Riwayat karir dan pendidikan beliau bisa dibilang sangat cemerlang.

Lalu, bagaimana asal muasal masalah ini terjadi?
Kisah dimulai ketika tahun 2005, virus flu burung masuk ke Indonesia (penularan virus dari unggas ke manusia, jadi yang jatuh sakit adalah manusia). Untuk mendeteksi virus, atas perintah WHO, sampel spesimen harus dikirim ke Hongkong, hasilnya baru dapat 5 hingga 6 hari kemudian
(Jelas ini memperlambat upaya penanganan. Padahal, ternyata hasil pemeriksaan lab di Indonesia sama saja dengan hasil lab di Hongkong).

Secara bersamaan, berdatanganlah para penjual alat pendiagnosa cepat (rapid diagnostic test) ke Dr Siti. Pembuatan alat itu didasarkan pada
virus strain Vietnam. Jadi, virus dari korban flu burung di Vietnam dikirim ke WHO, lalu dibuat seed (benih) virusnya dan seed virus ini yang dibuat jadi alat tes. Tapi yang membuat alat tes bukanlah WHO melainkan perusahaan di negara-negara maju.
Lalu, WHO merekomendasikan obat bernama Tamiflu. Parahnya, ketika Indonesia mau beli, obat itu habis di pasar, karena sudah diborong negara-negara kaya (padahal mereka tidak kena flu burung).

Kemudian, tiba-tiba saja, tanpa penelitian virologi, staf WHO mengumumkan ke CNN bahwa
di Indonesia sudah terjadi penularan dari manusia ke manusia. Jelas pengumuman sepihak dari WHO ini berbahaya buat Indonesia. Indonesia bisa diisolasi dan ekonomi akan ambruk. Dr. Siti langsung meminta ilmuwan Indonesia untuk meneliti virus itu, apa benar sudah ada perubahan
(sehingga bisa menular dari manusia ke manusia).

Sambil menunggu hasil lab, yang dilakukan Dr. Siti tidak main-main. Mengusir staf WHO dari Indonesia dan meminta CNN mencabut berita tersebut.
Lalu, beliau menggelar konperensi pers. Menyampaikan argumen-argumen logis, misalnya, kalau benar sudah ada penularan dari manusia ke manusia, tentu yang pertama tertular adalah perawat dan jumlah orang yang tertular sangat banyak. Dan kemudian terbukti dari hasil lab, bahwa
virus flu burung H5N1 tidak menular dari manusia ke manusia. Peristiwa ini membuat Dr. Siti semakin penasaran, mengapa tatanan dunia soal virus harus seperti ini? Ia lalu mendapati ada 2 jalur perjalanan virus.
Pertama, virus dari negara yang terkena wabah diserahkan ke WHO melalui mekanisme GISN (Global Influenza Surveillance Network), lalu entah dengan mekanisme apa, jatuh ke Los Alamos. Ini adalah lab yang dulu bikin bom atom Hiroshima. Kedua, dari WHO, virus diproses menjadi seed,
lalu diserahkan ke perusahaan vaksin. Dr Siti menulis :

“Kapan akan dibuat vaksin dan kapan akan dibuat senjata kimia, barangkali tergantung dari keperluan dan kepentingan mereka saja. Benar-benar membahayakan nasib manusia sedunia. Beginilah kalau sistem tidak transparan dan
tidak adil.” (hlm 17).

Yang dilakukan oleh Dr Siti berikutnya adalah menolak menyerahkan virus flu burung Indonesia ke WHO, tapi diserahkan langsung ke perusahaan vaksin yang siap membuat vaksin dari virus itu. Logikanya, virus yang tersebar di Indonesia tentu “jenis” (strain)
Indonesia, jadi vaksin yang lebih cocok adalah vaksin yang dibuat dari strain Indonesia, bukan vaksin dari virus Vietnam.

Menurut Dr Siti, perusahaan asing memang punya teknologi dan uang, tapi mereka tidak bisa bikin vaksin kalau seed virusnya tidak ada. Jadi, posisi Indonesia
sebenarnya sejajar dengan mereka, tidak perlu minder, apalagi menyerahkan virus secara gratis, lalu membeli dengan harga yang ditetapkan semaunya oleh perusahaan. Tahun 2007, ditandatanganilah MoU antara Depkes RI dengan Baxter, perusahaan vaksin.

Lalu, bagaimana dengan WHO?
Tentu saja “panas”.

Diutuslah wakilnya bernama David Heymann. Dia menjanjikan bantuan. Lab Indonesia akan diperbagus dan Indonesia akan dikasih jatah vaksin berapapun yang diminta. Syaratnya, Indonesia tidak bikin vaksin flu burung sendiri dan semua virus dikirim tanpa syarat
ke WHO. Alasan yang dikemukakan Heymann, dengan bahasa zaman now :

"Bikin lab virus itu mahal lho, kalian nggak akan sanggup, berat, biar kami saja."

Tentu saja Dr. Siti menolak. Apalagi sebelumnya, Menkes AS sudah berjanji mau kasih bantuan 3 juta juta dolar AS.
Ternyata, harus disindir dulu oleh Dr Siti lewat media massa, baru dikirim uangnya, itupun diserahkan ke NAMRU, lab militer AS (tapi gedungnya ada di Indonesia). NAMRU sudah ditutup tahun 2009, atas perintah Dr. Siti, tapi konon kini berlanjut dengan nama baru.
Singkat cerita, perjuangan berlanjut ke sidang World Health Assembly di Jenewa. Yang disuarakan Indonesia: mekanisme pengiriman virus ke WHO harus disertai transparansi (negara asal diberi tahu, virusnya dipakai untuk apa?) dan perjanjian pembagian keuntungan.
Berbagai lika-liku persidangan, termasuk upaya ‘penjegalan’, diceritakan dengan detil dan seru (serasa baca novel). Ketangguhan Dr. Siti dalam mengarahkan para diplomat RI agar terus bertahan di hadapan gempuran argumen dan lobi dari pihak lawan, terutama ketika head to head
dengan diplomat AS, sungguh mendebarkan. By the way, kan yang digugat mekanisme WHO, tapi mengapa yang dilawan diplomat AS?

Justru itulah yang juga dipertanyakan Dr Siti di bukunya. Mengapa malah AS yang tampil sebagai pembela utama WHO (yang berkeras agar mekanisme penyerahan
Padahal Dr Siti juga berhasil membongkar laboratorium rahasia milik AL USA di Jakarta dan membongkar penyelundupan virus polio spesifik/genom Indonesia. Padahal Indonesia saat itu sudah bebas polio. Padahal aturan dari WHO virus yang tersisa di dunia harus di musnahkan.
Dr Siti menuai beberapa kontroversi saat menerbitkan buku bertajuk 'Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung.'

Dalam buku tersebut, beliau menuliskan jika Flu Burung merupakan senjata biologis yang dibuat AS dan WHO. Buku ini menuai protes keras dari
Melalui buku tersebut, Dr Siti Fadilah "membuka kedok" World Health Organization (WHO) yang telah lebih dari 50 tahun mewajibkan virus sharing yang ternyata banyak merugikan negara miskin dan berkembang asal virus tersebut.
Berikut merupakan beberapa kutipan yang diambil dari buku beliau :
Beliau ini sangat berjasa, beliau berhasil melawan WHO dan memenangkan persidangan. Coba bayangkan jika saat itu Indonesia memutuskan untuk membeli vaksin dari WHO yang sangat mahal dan negara-negara berkembang terus menumpuk hutangnya?

Beliau berhasil menggagalkan virus
virus flu burung di Indonesia.

Sebelumnya, Dr Siti menjamin bahwa Indonesia dapat memproduksi vaksin flu burung sendiri pada Mei 2008. Beliau juga menyatakan bahwa industri vaksin Indonesia setara dengan Republik Rakyat Tiongkok.
Pada tahun 2009, beliau menyampaikan agar penerimaan mahasiswa asing untuk bidang kedokteran dihentikan secara bertahap kepada petinggi Universitas Padjadjaran, Bandung, dihadapan para wartawan saat berkunjung ke Rumah Sakit Mata Cicendo, Bandung. Alasannya, masih banyak
orang Indonesia yang ingin jadi dokter, serta fasilitas rumah sakit yang dipakai untuk praktik mahasiswa kedokteran asing dibiayai oleh uang rakyat tapi dipakai calon dokter dari Malaysia.
Namun sayang, beliau ditetapkan sebagai tersangka atas kasus dugaan korupsi pada bulan April 2012 atas proyek pengadaan alat kesehatan untuk kejadian luar biasa tahun 2005 senilai 15 Miliar Rupiah dengan perkiraan kerugian negara sebesar 6 Miliar Rupiah. Lalu beliau divonis
hukuman 4 tahun penjara.

Sedih banget, jujur miris waktu liat video wawancaranya beliau sama om deddy @corbuzier :(

Buat yang blm liat videonya bisa cek disini ya, barangkali kalian lebih paham kalo liat videonya langsung :
Oh iya, belakangan ini Dr Siti juga berhasil buat geger Indonesia atas pernyataannya di video wawancara om deddy.

(dikutip dari http://tempo.co )

Jadi, Dr Siti pernah mengikuti forum ekonomi internasional di Davos, Swiss. Saat itu Bill Gates menjadi pembicara utama
di sana. Dr Siti melihat Bill Gates sangat menggebu-gebu ketika mengatakan bahwa akan ada pandemi.

Menurut Dr Siti, itu adalah sesuatu yang aneh karena Bill Gates mengatakan telah menyiapkan vaksin. Setiap ada pandemi selalu ada vaksin untuk menyelesaikannya.
"Kenapa gak pandeminya aja yang dihentikan, kenapa yang dibikin vaksinnya? Ya mbok jangan sampai terjadi pandemi," katanya.

Selain itu, yang membuat beliau makin curiga adalah latar pendidikan Bill Gates yang sama sekali tidak pernah menempuh sekolah kedokteran.
"Bill Gates bukan dokter, dia gak pernah sekolah kedokteran, kenapa dia begitu fasihnya menganalisa akan terjadi pandemi, menganalisa dunia akan butuh vaksin sekian miliar," katanya.

Dr Siti menilai sikap Bill Gates tersebut sangat tidak masuk akal. "Ada apa sih? Dia kan
pembisnis, dia kan ahli komputer, mungkin dia ahli virus di komputer mungkin iya tapi kalau virus di manusia kan berbeda," katanya.

Dr Siti yakin Indonesia bisa menciptakan vaksin sendiri sehingga menjadi negara yang mandiri. Jika Indonesia bisa mandiri menangani pandemi
ini, Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) yang dimiliki oleh Bill Gates akan merasa khawatir. "Jadi hampir semua lembaga yang akan membuat vaksin itu semua didukung oleh beliau (Bill Gates) gak ada yang tidak di seluruh dunia ini," katanya.
Walaupun beliau tidak secara langsung menuduh bahwa pendiri Microsoft itu yang menciptakan virus corona, beliau merasa masyarakat bisa menilai sendiri kemungkinan tersebut. "Saya tidak mencurigai tapi orang bisa berpikir sendiri. Ngapain sih kalau semua orang anda dukung itu
mesti maksudnya supaya nurutnya sama kita, atau setidaknya menghormati yang mendukung dong," kata beliau.

Menurutnya, jika vaksin menjadi ladang bisnis, maka bukan tidak mungkin pandemi seperti ini akan kembali terjadi demi keuntungan pihak yang tidak bertanggung jawab.
Sedih liat beliau, umur sudah 70 tahun namun masih tabah menjalani sisa-sisa masa tahanan :( https://twitter.com/corbuzier/status/1263339750691270657?s=19
"Saya tahu musuh saya besar jadi saya kalah, saya bukan salah tapi kalah, tapi saya pernah menang. "

"Lebih baik jadi harimau satu hari, daripada jadi kambing seumur hidup."

-Ibu Siti Fadilah
Doakan semoga beliau sehat dan panjang umur, sempet khawatir karna kemarin beliau baru saja dipindahkan dari penjara dan masuk rumah sakit. Semoga beliau dapat membantu Indonesia dalam menangani pandemi ini dan membuktikan bahwa negara kita bisa jadi negara yang mandiri 🤘 🙏
Bagi yang penasaran dengan bukunya beliau, bisa dibaca disini yaa. Makasih mas atas e-booknya 🙏🙏 https://twitter.com/rootAnonymous/status/1263382794245308417?s=19
Mungkin sekian dulu guys utasnya, semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan kalian. Barangkali ada yang lebih ngerti soal ini boleh drop knowledge dan pendapatnya dibawah yaa. Disini boleh kok saling bertukar pendapat dan diskusi ✨

Stay safe and healthy!
dah dikasih disclaimer ya, budayakan membaca. disini aku ga maksud menggiring opini kalian, cuma mau nambah wawasan kalian. biasain yaa kl liat sesuatu itu secara objektif 🙏 https://twitter.com/cigsaftercat/status/1263719557232906240?s=19
baca thread mas ini jg guys, disini dijelasin lebih detail ttg NAMRU-2 https://twitter.com/awalerye/status/1263605710169894913?s=19
tbtb di dm sama anak HI terus dikasih perspektifnya menurut pandangan HI, seneng bgt!!

dibaca ya guys dari perspektif HI ttg konfliknya WHO sama Dr Siti. biar nambah wawasan 👍 https://twitter.com/ahelahapaansi/status/1263747500491468801?s=19
You can follow @cigsaftercat.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: