Aegis Orta random drabble. (Different plot per not-connected tweet) (Beware of rotten content—IYKWIM—maybe)
"Kamu belum cukup umur, belum boleh punya HP."
"Kalau enggak dapat HP, aku cari cowok!"
Suara retakan kacamata terdengar secara imajiner setelah teriakan ancaman itu selesai.
"… Pilih saja yang kamu mau, nanti Ayah belikan."
Furfur tersenyum lebar. Misi minta HP: sukses besar.
"APA?! TUAN AMON MAU BELIKAN NONA COWOK?!"
Suhu ruangan rasanya langsung meningkat begutu aja.
"Amdusias, buka lagi mulut tidak bermoralmu itu dan aku akan memastikan kau terubur kurang dari malam ini."
Seketika itu, Amdusias bekerja sambil menutup rapat-rapat mulutnya.
"Amdusias. Sini kamu."
Amdusias merinding ketika satu hari Amon memanggilnya dengan nada jauh lebih mengerikan daripada biasanya.
"Y-ya, Tua—"
"Kamu … coba cari tahu siapa anak berambut biru di wallpaper HP Furfur. Segera."
"SI-SIAP!"
Amdusias seketika lega tidak jadi terbunuh.
"Hah? Furfur? Siapa?"
Amdusias ternganga seketika itu.
Atas perintah Amon, Amdusias susah-susah mencari tahu soal anak berambut biru di wallpaper ponsel Furfur dan menemui pemuda itu diam-diam. Siapa sangka anak itu bahkan tidak kenal dengan nonanya?!
Teriakan pun berkumandang.
"Jadi, anak bernama Astaroth itu tidak kenal Furfur? Kau tidak bohong, 'kan?"
Dipelototi bagai akan disembelih, Amdusias dengan cepat menggeleng.
"Pastikan anak itu tidak dekat-dekat dengan Furfur, atau lehermu yang melayang."
Rupanya teror Tuan Besar belum selesai.
"Tuan Besar, saya mau laporan …."
"Apa?"
Amdusias menelan ludah. Tuannya tengah membaca dokumen-dokumen penting yang dibawa pulang dari kantor.
"Nona bilang besok dia akan pulang terlamba—"
"Awasi."
Amdusias menghela napas. Sudah ia duga, lagi-lagi pekerjaan tambahan.
"Baik …."
Ada yang bilang malaikat pencabut nyawa itu tampan, tetapi Val menyangkal kepercayaan itu.
Val melirik ke sebelahnya, tempat di mana pria berambut putih dengan manik biru pucat sayu duduk menghabiskan kopinya.
Val tidak mengakui kalau Raphael itu tampan—tidak akan pernah.
Val bersumpah, ia akan memuji Lucifer kalau sekali saja mengakui Raphael itu tampan dalam kepalanya.
"Soul dive-nya kumulai, ya."
Raphael menyentuh puncak kepala Val, dan seketika itu Val mengubah kata-kata dalam isi sumpahnya dari "sekali saja" menjadi "lima kali".
Tadinya Val pikir, dimensi lain itu hanya berupa dunia iblis dan surga saja.
Val tertegun satu hari ketika di hadapannya, muncul seorang pemuda asing di kamarnya.
Tidak mengagetkan sebenarnya … andai saja wajah mereka—
"Oh, halo. Kamu diriku di dimensi ini?"
—tidak sepersis itu.
Namanya Valac—nama yang sangat persis dengan nama asli Val Gregory. Val tadinya yakin dirinya akan mati begitu melihat Valac. Tahu teori doppelganger?
Nyatanya, Valac mengaku datang dari dimensi lain karena bosan.
Kalau ada yang mengganggu Val, itu adalah senyum di wajah Valac.
"Tadinya kupikir wajahmu tampak bodoh."
"Maaf, tetapi wajah kita sama persis, loh?"
"Tidak, beda. Kamu lebih manis."
Val hampir tersedak air putih yang tengah diminumnya ketika mendengar komentar itu. Ketika ia menoleh, Valac tengah tersenyum penuh arti padanya.
Apa-apaan itu?
Val yakin ia tidak pernah tersenyum seaneh Valac kecuali waktu Mammon mengambil alih tubuhnya. Val merasa merinding, bahkan walau ia sedang membelakangi anak yang persis dengannya itu.
"Bisa tersenyum aneh begitu, enggak, sih?"
"Senyum apa?" Valac sok bingung.
Val menepuk dahi.
Semakin lama, Val semakin merasa ada yang tidak beres dengan Valac.
"Um, Va—Valac?"
"Apa, Val?"
"Itu … tanganmu."
"Kenapa?"
Val menelan ludah.
"… Enggak usah merangkulku sepertinya …."
Valac malah tertawa. Lengannya mendekap semakin erat.
Yang begini jelas tidak beres, 'kan?
"Baca Alkitab lagi? Sebegitu serunya apa? Itu cuma kisah manusia memuja Tuhan, 'kan?"
Val lama-lama makin ragu kalau Valac itu benar-benar dirinya dari dimensi lain.
Val bersumpah, dirinya tidak pernah mendekatkan wajahnya ke orang lain yang sedang mengabdikan dirinya pada Tuhan!
"Wajah kalian persis, tetapi agak beda. Kenapa, ya?"
Satu hari, Aria bertanya demikian. Val yang sedang sibuk bercerita soal kehidupannya atas permintaan Valac pun berhenti sejenak.
"Ya, 'kan? Val lebih manis."
"Ah, benar juga."
"Ariaa …!!"
Val pun berseru frustrasi.
You can follow @RaXKrhs.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: