Aku pernah melamar cowok.

Dengan santai kayak ngajak tugas kelompok.

Karena gak ada rasa.

Jadi kenapa aku lamar?
Karena team work kami bagus, dan cuma itu yang aku pengenin dalam pernikahan.

Masalah cinta, udah kuserahkan sama husbu gepengku.

Hasilnya?

Ditolak, lah.

Tapi aku gak merasakan apa-apa. Beneran kayak ditolak kerja kelompok aja.

Aku juga bingung kenapa kok aku begitu.

Dilain pihak, aku pernah juga dilamar.

Sama orang yang katanya jatuh cinta padaku di pandangan pertama.

Tapi aku auto cringe sama alasannya, karena buatku itu nggak masuk akal.

Kok bisa? Kamu nggak tau aku, lho? Kamu nggak tau gimana aku halu sama husbu gepengku.

Sederet alasan dan pujian yang dia berikan.
- cantik
- alim
- jujur
- dsb

Semua itu bukan aku yang sebenarnya. Kamu tidak tahu. Kamu hanya cinta pada imajinasimu tentangku.

Dan belum apa-apa dia udah ngirimin hadiah. Jilbab lebar.

Mungkin dasarnya aku setan, aku kesel.

Aku merasa, dia udah nggak tahu apa-apa eh malah ngatur-ngatur.

Fix, dia nggak akan bisa menerima aku apa adanya. Mungkin dia bilang dia bisa, tapi dia akan berusaha mengubahku.

Jadi kutolak.

Sayang juga sih. Kan, katanya lebih bahagia dicintai dari pada mencintai.

Tapi cringe gimana dong.

Apakah setiap hari aku harus merinding.

Aku pernah kok jatuh cinta.

Jatuh cinta sampai jadi goblok.

Jatuh cinta menjadikanku buruk. Aku jadi egois, manja, banyak tuntutan, paranoid, posesif. Hampir gak ada energi positif yang kurasakan.

Ya, mungkin itu bukan cinta.
Mungkin aku juga tidak mengerti apa itu.

Makanya, kalau memang ada kesempatan lagi untuk menikah, aku tidak mau jatuh cinta.

Aku mau jatuh sayang. Saling percaya. Berbagi visi dan misi yang sama. Saling hormat.

Aku mau menikah dengan orang yang bisa jadi temanku.

Tbh aku gak anti sama yang namanya nikah, taaruf, dan usaha-usaha yang mengarah ke sana.

Tapi lebih suka jadi yang nembak dari pada ditembak.

Aku lebih suka milih dari pada dipilih.

Harusnya aku ini jadi cowok aja kali ya.