ti musik padahal mimitina teh, jol kadinya deui kadinya deui. tapi da emang itu keluhan banyak orang sih. balik lagi ke musik, Pa Andri pernah bilang "Kalau mau buat acara musik ngundangnya raisa dong". Engga pak, da bukan kaya gitu segmennya, beda.
Gelombang musik alternatif kampus ya ngasi kesempatan main pemusik lokal kampus dan luar (dan dengan suguhan yang 'dekat' juga 'berbeda'). Yang enggak punya panggung, toh dari yg sekecil void tapi konstan suaranya bisa membesar perlahan. Pengennya langsung besar, sensasional,....
.... dan terpandang. Kasi mahasiswa space, kita juga ga bego2 amat acara party terus da duit mahasiswa juga terbatas, dikira kaga cape bikin acara. Toh kalau dibolehkan, pasti agresivitas ada tapi kan lama kelamaan pasti ada yang berubah perlahan ......
.... Buat apa bikin sesuatu yang sama terus menerus. Disana bakal ada improvement dan peningkatan yang diulik. Contoh sederhana, komunitas teras kolektif asal unpad nangor. Berapa helatan gigs dengan izin legal, sampai saat ini melahirkan band band keluar zona domisili mereka?
Suportifitas pihak kampus dengan segala keadaan yang 'banyak sudah diikhlaskan' mahasiswanya (fasilitas, dsb) mestinya jadi salah satu udara segar bagi mahasiswanya. Sisikan dulu stigma dan track record, dengarkan ......
..... dan beri ruang kami dalam mengadakan kegiatan akademis maupun non-akademis. Belum lihat proposal sampai akhir, acara musik sudah ditolak begitu saja. Ya entahlah, dengan atau tanpa restu kalian mahasiswa akan terus bergerak sih ....
.... Hanya saja, apa tidak mau beriringan? Bagus di luar dan memang bagus pula di dalam. Bukan hanya mengencangkan hal-hal branding untuk menarik minat daftar namun kendor berhubungan sehat dengan mahasiswanya? Masa mengkritisi dikit dikit ditandain, ya ga pak?
You can follow @gvdangsatu.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: