Road to FKUI.

Ranking terakhir di kelas, gapyear setahun, sekarang berhasil lulus dari FKUI. How do I survive?

A thread.

I decide this for you, all dreamers, all fighters.
Dengan berbagai pertimbangan, thread ini akan ditulis secara anonim ya, guys. Aku bakalan nulis yang menurutku bisa dijadiin kalian pacuan buat nggak menyerah sama mimpi kalian. Here we go,
Aku berasal dari salah satu SMA di Ibukota. SMA yang cukup populer, dan sebenernya aku nggak ngerti kenapa bisa keterima di sekolah itu. Well, aku seorang cowok yang bandel sejak SD. Hobinya berantem, bolos kelas, main game. Gitu aja terus.
Di latarbelakangi oleh masalah keluarga juga. Kedua orangtua ku pisah sejak aku kecil, dan di rumah cuma ada aku dan adik. Ketidakhadiran orang tua bikin aku merasa hopeless sih jujur. Kaya nggak punya tujuan. Hidup ya tinggal hidup. Yang penting aku aman, pikirku.
Sampai akhirnya sekitar awal SMA, layaknya bocah-bocah idealis lainnya, aku pengen punya sesuatu yang bukan dari zona nyamanku. Sesuatu yang besar. Aku jadi sering turun ke jalan untuk melihat lebih banyak soal masyarakat (iya sumpah aku SMA udah ngide banget).
Moment yang paling membekas buat aku itu ketika suatu sore aku lihat kecelakaan antara sepeda motor dan pejalan kaki. Pejalan kakinya seorang ibu-ibu tua yang udah ringkih. Dan setelah ditubruk di jalan yang lumayan sepi, pelakunya kabur. Disitu aku lihat banyak /maaf/ darah.
Dan benar-benar panik. Aku langsung turun dari mobil dan teman-teman lain yang ada di mobil bantu aku buat bawa ibunya ke RS. Singkat cerita banyak drama yang terjadi disini. Drama soal ekonomi keluarga yang terkait, pihak RS, dan keluarga korban. I feel really bad at the moment.
Karena nggak bisa ngapa-ngapain. Kaya.. well, I'm a kid. What can I do? Lihat darah dimana-mana dan beliau menolak buat dirawat inap di RS karena biaya. Aku beneran sadar bahwa kesehatan dan keselamatan ini masih sulit dijangkau oleh masyarakat.
Disitu aku beneran pengen FK. Semacam panggilan. Aku juga nggak tau kenapa harus FK, tapi semakin sering datang ke RS (iya aku sering datang ke RS cuma buat lihatin pasien, pengunjung pasien, pekerjanya.) aku jadi makin pengen FK. Aku pengen turun langsung di bidang kesehatan.
Anyway, pertama kali aku confess pengen FK itu kelas 2 SMA. Di depan kelas. Bilang pengen jadi dokter. Dokter lulusan FKUI. Ya karena rangkingku terakhir di kelas, dan aku terkenal hobi tidur di kelas, well.. semua orang tertawa. Guruku pun ikut tertawa.
Melemparkan guyonan. “Itu kamu kayanya sebulan disana udah DO.“ “Kalau kamu jadi dokter pasiennya naas duluan kali“. “Udahlah jadi petinju aja atau nyanyi di kafe sana!“ lontaran terakhir karena aku hobi berantem dan genjreng gitar gitu kalau istirahat.
Ya aku yang memang tengil malah menantang, “Lho lihat aja ya sampai gua bisa!“ dan mereka semakin tertawa menjadi-jadi. Bahkan ketawanya sampai sekarang terngiang di kepalaku. Well nggak semua ketawa, tapi menahan tawa. Aku sadar aku memang cupu banget dulu.
Nggak salah juga kalau di anggap tidak bisa. Yang membuatku geram adalah, aku memang cupu dan butuh banyak belajar. Mereka boleh tidak percaya tapi kenapa harus ditertawakan? Kenapa tidak diam saja? Semenyenangkan itu ya menertawakan orang lain?
Perlu digaris bawahi, jadi cupu banget itu nggak apa. Memangnya semua orang langsung jago? Enggak. Kamu hanya ketinggalan. Tapi kamu bisa lari buat kejar ketertinggalannya. Tinggal mau apa tidak. Jangan mikir, “kekejar nggak ya?“ mikir terus tuh bikin waktu kamu makin sedikit.
Hari itu juga, kelas 2 SMA semester 2 yang sebenernya dikit lagi mau kelas 3, aku belajar beneran. Iya. Pertama kali dalam hidupku yang biasanya tawuran dan nongkrong-nongkrong, beneran mau belajar. Dan itu sulit. Aku nggak ngerti dasar saintek sama sekali. Sama sekali.
Tapi sepanjang itu juga nilaiku terus meningkat. Dan atleast udah jarang nyontek (jangan ditiru sumpah). Intinya aku berkembang. Walaupun tiap masuk kelas diolok-olok “calon dokter gemblung“ hahahahah. Sampai kurekam itu hinaan mereka semua. Masih terekam juga di kepala.
Skip, tes tahun pertama setelah lulus SMA aku gagal. Gagal total. Udah pd bakal keterima tapi ternyata nggak dapet apa-apa. Olokan orang makin menjadi-jadi. Tenang. Sosmedku penuh sampahan diketawain. Dan I was really broke that day.
Nggak berani ketemu orang. Nggak berani ketemu keluarga, temen, saudara, sahabat. Semua yang nanyain, aku gak berani langsung bilang. Aku jarang banget nangis sih, biasa anak cowok gengsi. Tapi sumpah hari itu nangis sampe seharian. Capek, bro.
Kaya.. kamu belajar mati-matian selama kurang lebih setahun tapi masih gagal. Itu aku belajar udah cuma tidur 5 jam sehari. Kapanpun dimanapun bawa buku. Jadi hinaannya tuh nambah, “Masa udah belajar gitu ga masuk wahaha. Otakmu gak nyampe kali!“ ini guyonan sahabat sih.
Mungkin dia ngerasa cukup dekat sampai bisa bilang gitu, but well it punch me like a lot. Hancur sampai sekitar semingguan. Merasa kaya udah kalah. Ngerasa gak guna. Ngerasa emang bodoh permanen. Believe me, semua orang yang kalian pikir sukses itu pasti pernah insecure.
Yaudah seminggu doang. Si Kadim yang salah satu support system aku, bantu aku keluar dari masa-masa dark ages ini. Hahahah. Anyway, kita ada janji bikin duet dokter-psikolog. Dan aku juga ngerasa gagal gitu karena gak menuhin janji.
Sebenernya tahun itu aku sempat keterima di PTN lain lewat 'mandiri', cuma nggak aku terusin. Sama-sama FK sih.. tapi tau kan, mimpi itu sulit buat dilepas begitu aja? Nego sana-sini sama orang tua yang udah jauh, akhirnya aku dibolehin gap year. Ulang lagi dari awal.
Kalau ditanya “Kenapa gapyear?“ jawabanku selalu sama. “Karena aku pengen FKUI. Cuma pengen itu. Alasan cuma pengen itu, kompleks. Yang aku tau aku masih pengen berusaha buat itu.“ lagi sok idealis (plis aku kebanyakan nonton film) “Aku gak mau kalah sama pandangan orang lain.“
Selama gapyear jangan ditanya, aku dasarnya emang agak lemot sih, cuma aku ini bebal. Keras kepala. Bisa gak bisa, lama atau cepat, berhasil atau harus gagal lagi, pokoknya aku usaha dulu. Selama gapyear tidurku cuma 6 jam. Buka gadget/refreshing tengah malam. Sisanya belajar.
Marah kalau diajak keluar, main. Udah kaya ansos belajar di rumah tuh hahaha. Capek jujur. Aku tau aku gak sepintar yang lain. Hasil tryout juga gitu-gitu aja. Tapi kalau gak sepintar yang lain, memang itu salahku? Aku gak mau nyerah sama keadaanlah intinya.
Berat ya. Intinya memang semua perjuangan itu berat. Tapi kalau ada keyakinan pasti sampai sama hasil yang diinginkan. Perjuangan tidak akan menghianati hasil, klise tapi aku berpegang teguh sama ini. Hasil juga gak selalu tentang keterima atau gak terima. Hasil itu luas.
Dan ya, kalau perjuangan gak berat, semua orang pasti bisa ngelakuin. Sedangkan yang kita kejar ini mimpi besar. Mimpi besar karena aksesnya terbatas, gak semua orang bisa. Jadi selama perjuangannya masih berat, berbahagialah guys. Mimpimu cukup tinggi dan artinya kamu berani.
Selama gapyear setahun ini aku bolak-balik ke psikolog (drama lagi ahahahah) karena stress. Tapi gak ada niatan nyerah. Sampai sakit juga karena jarang keluar rumah. Tapi lagi lagi nggak mau nyerah. Kalau kata si Kadim mah aku kepala batu.
Tes tahun kedua ya, singkat aja, aku ngerjain udah pd banget. 100%. Pdnya beda dari tahun pertama. Pdnya lebih matang. Tenang ngerjainnya. Nggak menggebu. Dalam hati aku tau aku siap. Ini udah pas sama standartku, kalau nggak keterima yasudah, aku sudah berusaha.
Pas buka pengumuman ya. Aku tenang banget. Lebih tepatnya sok tenang. Padahal mah ya.. ya pasti berharap keterima dan takut ketolak kan. Tapi dibandingkan tahun pertama yang aku terkejar-kejar, tahun kedua aku lebih kalem. I count that as proses pendewasaan too.
Pengumuman dibuka, aku bukanya sama si Kadim ini hahahah.

Hasilnya keterima. Dan aku yang senang tapi gak kaget. Gak histeris juga. Cuma senyum. Si Kadim yang nangis-nangis dan teriak. Dalam hati aku tau, I deserve this. I do really deserve this.
Iya keterima. Kalau gasalah belum hijau deh warna pengumumannya. Tapi ada tulisan selamat juga. Aku cuma senyum-senyum disitu. Tapi dalam hati rasanya... “Damn......“ jujur sampai di rumah aku nangis. Nangisnya beda kali ini. Nangis bahagia, bukan nangis desperate kaya tahun lalu
Dan aku sempet ikut tes mandiri. Keterima semua di 3 PTN lain. PTN top 10 juga. Ya terbayar usahanya. Jujur selama lihat pengumuman keterima aku senang, tapi nggak kaget. Bukan sombong. Masalahnya I already did my best. Di state dimana aku akan bereaksi secukupnya apapun hasilnya
I promise my self too “Keterima nggak keterima, kamu udah keren banget bro setahun ini!“ aku harap kalian juga bisa ngomong gitu ke diri kalian. Tolong apresiasi diri kalian. Hasil ini cuma sementara kok, tapi diri kalian itu permanen sampai nanti. Jangan lupa apresiasi diri.
Sekarang aku juga udah lulus. Dan nggak ada tuh di DO di bulan pertama kaya olokan teman. Memang semester awal-awal nilaiku bobrok banget tapi I survived. Inget ya, masuk PTN belum kelar itu usahanya. Harus lebih banyak belajar, bahkan lebih dari persiapan SBMPTN.
Jadi sebenernya semua ini soal long-life learning. Pembelajaran seumur hidup. Soal hasil, jangan dipatok cuma satu. Targetkan banyak tujuan dalam pembelajaran ini. Jadi kalau satu tujuan pupus, masih ada yang lain yang bisa kamu syukuri.
Setelah lulus dan masih harus lanjut, aku udah nggak seberat dulu. Mencoba itu berat diawal, seiring berjalannya waktu nanti juga terbiasa. Sekilas apresiasi untuk kalian yang berani bermimpi dan berjuang hari ini. Semangat kalian semua!
Ini soal keajaiban mimpi yang bikin kamu berani berjuang, berani gagal, berani sakit, dan berani menerima dirimu sendiri. Terimakasih juga untuk kalian yang sudah berusaha sampai hari ini. Kalian keren. Kemarin aku baca soal mimpi-mimpi kalian. Jadi keinget aku yang dulu.
Terakhir, apapun mimpi kamu, jangan mudah menyerah ya? Lakukan itu untuk diri kamu sendiri. Aku yakin kamu bisa berkembang dan berproses. Aku yakin kamu bakalan melalui itu. Aku yakin kamu bisa menjadi sosok-sosok hebat dalam 5 tahun atau 10 tahun mendatang.
Aku yakin sama kamu. Kamu juga harus yakin sama dirimu sendiri.

See you on top! Mari tidak menyerah hari ini, dan buktikan ke orang di luar sana bahwa kita bisa dan kita kuat. Semangat, fighters!
Sebenernya aku enggak tau sih thread ini membantu kalian atau enggak. Cuma disuruh post cerita aja sama si Kadim. Semangat yaa!
Yaaak beneran duet Dokter-Psikolog ya sekarang, Dim. Ketawa dah gua kalau inget bocilnya kita dulu suka ngide kalau mimpi. Ngidenya serius tapi.

There will be a day you feel nothing, but also there will be a day you finally feel youre worth it. Just never quit.
Jangan lupa jaga kesehatan ya. Kalau sakit ntar ketemu aku di RS kan gak lucu : D
Pamit logout yaa. Daaah semuaa. Aku bangga sama kalian yang antusias buat kejar mimpi masing-masing. Semoga dapat yang kalian butuhkan, ya!
Guys ini Kadim mau nambahin. Belajar dia emang gila-gilaan ya. Beneran nongol on phone cuma tengah malem. Jarang keluar juga. Kalian juga semangat belajarnya! Jangan sampai nyiksa diri, tapi jangan ngeremehin juga tesnya. Do your best pokoknya!
Seperti yang aku bilang, dia lagi sibuk bantu-bantu penanganan Cov*d-19 (sama kaya niat awal dia, dedikasi. He really did) jadi gabisa balas reaksi kalian satu-satu termasuk pertanyaan juga. Maaf katanya. Semoga kalian bisa jadi salah satu yang dedicated in your own way, ya!
You can follow @carpediemef.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: