Kemarin pas diskusi dengan mba Karlina Supelli, Enda Nasution memberikan premis menarik. “Apakah negara harus bergerak ke arah otoritarian untuk bisa efektif melawan Covid-19 seperti yang ditunjukkan oleh Cina dan Vietnam?”.
Mba Karlina ga sepakat, menurutnya, Demokrasi tidak boleh dikorbankan untuk apapun. Kemudian beliau memberi contoh Korea, yang efektif melawan Covid-19, demokratis, dan tidak otoritarian.
Gw bilang kalau gw ga sepakat sama Enda dan memberikan pertanyaan bagaimana dengan pemimpin perempuan yang ditengarai efektif menangani Covid-19 dan mereka juga negara-negara demokratis?
Mba Karlina kemudian bicara soal cara ajar yang berbeda pada perempuan dan laki-laki, bahwa perempuan dibesarkan dengan ethic of care, sementara laki-laki dibesarkan dengan ethic of justice. Cara ajar ini yang membuat perempuan bisa lebih empatik, tapi bukan karena perempuannya.
Mba Karlina juga menyebutkan bahayanya ethic of care ini bahwa seringkali membuat kita tidak berlaku adil jika ini menyangkut orang-orang yang ada di hati kita.

But again, karena ini cara ajar, bisa saja diajarkan pada perempuan DAN laki-laki. Juga sebaliknya ethic of justice.
Agung Wicak temen gw yg satu lagi kemudian pointed out bahwa menurut dia, isunya bukan di otoritarianisme maupun pemimpin perempuan. Tapi, negara yang berhasil melawan Covid-19 adalah negara yang relatif tidak punya polarisasi dalam politiknya.
Contohnya kemudian ya kita, dan Amerika Serikat. Bagaimana partisanship kemudian men-delay segala upaya-upaya respons melawan Covid-19.
Pertanyaan yang kemudian muncul di kepala semua orang - dan ini pertanyaan yang khas kalau ngobrol dengan mba Karlina - adalah apa yang harus dilakukan. Masa depan kita suram. Kontraksi ekonomi akan menimbulkan banyak komplikasi. Apakah kita akan terus menerus bawa polarisasi?
Tahun 98, ketika pemerintah tidak bisa diandalkan, gerakan civil society mengemuka. Tapi pada saat itu, polarisasi relatif tidak ada. Sekarang, kita menghadapi krisis yang lebih berat dari 98, dan kita masih sibuk melabeli lawan bicara kita. Suram.
Mba Karlina juga kembali menekankan bahwa gerakan civil society itu bukan NGO atau LSM. Civil society ini kita, masyarakat, bersama-sama melawan virus yang bukan hanya melemahkan kesehatan, tapi tampaknya menjelma virus politik, mental, dan banyak masalah lain.
Pemerintah - kapabel atau ga kapabel - akan menghadapi masalah berat ke depan. Semua negara mengalami kontraksi ekonomi. Pemerintah yg relatif kurang kapabel, akan menghadapi masalah yang lebih besar.

Pemerintah butuh bantuan masyarakat dalam posisi saat ini, no question.
Pertanyaan besarnya, kita semua (pemerintah, masyarakat) mau bersatu bahu membahu menjauhkan negara ini dari jurang tidak?

Because it is going to depend on all of us.
So that is the question given and ended the conversation last night. Gave us something to think upon. But no, we are not helpless and there is light in the end of the journey.
You can follow @mrs_enci.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: