Kalau saya ga salah, startups, dari jaman baheula, dr Bukalapak hingga Toped yg kita nikmati setiap hari, membutuhkan mekanisme investasi funding/venture capital yg jelas tata hukumnya, makanya seringkali buka di Singapur, karena hukum dan tatakelolanya sudah jadi dan jelas.
Kenapa harus asing? Kenapa ga dalem negri?

Karena ketika startups ini masih cuma kutukupret, pemodal dalam negri ga ada/sedikit yg berani tanam uang ke mereka. Apalagi dgn pengetahuan 5-10 tahun yg lalu. Beda dgn pemodal luar negri yg sudah sangat biasa dan ngerti.
Mungkin ibaratnya kita punya resto yg kita yakin enak dan bakal laku, tapi om/tante tajir kita masih pada cupu dan ga berani modalin.

Yg berani siapa? Mngkn tetangga sebrang, atau ada pelanggan siapa ga kenal yg mmg pengusaha dan bisa lihat potensi dan sudah biasa tanam modal.
Saya 7-8 tahun lalu (saya sebut waktunya karena mngkn skrng dah beda) - pernah komentar ‘latah’ asing vs lokal ini ketika lihat banyak pemilik asing di Labuan Bajo.

“Sayang ya yg punya bule semua...” - saya lalu dpt respon dr guide senior saya yg orang lokal, dia bilang begini:
“Bapak jangan salah, bule2 ini semua yg percaya dan melihat potensi daerah kami pak ketika blm jadi apa2. Ketika pemerintah atau orang2 lokal masih mencibir ‘mana mungkin jalan’ - mereka sejak dulu yg tanam uang dan waktu mereka membangun parawisata di sini.” (Brsambung di bawah)
“Sekarang ketika sudah dibangun, tamu sudah ramai, orang sudah tau, sudah dibicarakan orang, baru berbondong2 mau bangun ini itu, jadikan daerah parawisata dan orang lokal baru marah2 ‘kenapa asing semua’.”

Menambah sisi pandangan lain, apalagi buat saya, yg sering traveling.
Tentu para orang asing ini sedang membangun cuan dan membangun mimpi mereka: punya bisnis dan penghasilan di surga dunia. Nobody’s a saint.

Tapi saya dapat pemahaman sisi lain, bahwa kita si orang lokal (dan pemerintah) juga punya banyak andil ‘kenapa asing semua’ :)
Cerita lain dapat dari resor diving kecil di pulau sepetak tanpa air sehingga harus bolak-balik antar air tawar buat tamunya: La Petit Kepa di Alor. Pemiliknya Cedric, bule perancis. 5+ tahun lalu saya ngobrol sama si mbok tukang masak yg ikut dari day 1. Dia bilang gini:
“Dia ini bangun (sewa?) dari 10(15? Saya lupa) thn lalu ketika semua ini cuma karang dan orang ga pernah denger nama Alor. Ajak saya dan keluarga bangun. Gotong2 kayu sendiri, potong2 sendiri, berteduh di bawah daun pisang ketika hujan. Satu demi satu sampai jadi seperti begini.”
Para orang asing ini juga yg rajin hubungi network mereka di negara asal, ajak2 mereka datang ke Indonesia. Tamu bule kebanyakan (ga semua) itu lebih suka dihost sama orang dr negri sama, sama kayak kita misalnya milih penginapan di Zurich punya orang Indo. Lebih disukai.
Memang harusnya ada aturannya, harusnya ada guidenya, ada hukumnya, ada etika/kepantasannya buat penanaman modal asing. Tiap negara beda, seleranya beda, suka ga suka risih ga risihnya beda. Tapi semua itu tidak serta merta membuat kepemilikan asing ‘jahat murni’ ☺️
Atau mau kayak Cina tuh. Contoh: Kalau mau puter film bioskop di negeri mereka aja, Hollywood must gandeng investor lokal Cina. Jadi kalau filmnya hits, duitnya ada yang masuk ke pengusaha lokal/pemerintah. Lah tapi kalau ga suka juga sama pemerintah Cina ya piye :)
Saya belajar bertahun2 untuk coba dengar kedua sisi, walau dengan kelemahan bias manusia saya.

Bukan supaya jadi orang murni tengah tidak berpendapat, tapi paling nggak bisa mengerti, walaupun hanya sekecil upil, mengapa di sana berpikir/ambil keputusan demikian.
Saya tentu ada pendapat soal Belva (belum kenal) dan Ruangguru (belum pernah kerjasama/terhubung/maen ke sana) - tapi karena sekarang semua sedang emosional, pasti pandangan tidak populer saya akan jadi ajang kelahi dan mungkin saya dibego2in :D Jadi aku mingkem dulu.
Ada yg memang tidak pantas, ada prasangka buruk, ada jg yg bisa dimengerti knp demikian, dan ada prasangka baik (yang biasanya saya sisipkan di semua pemikiran saya, I’m an optimist).

Tapi akan kusimpan di lain hari daripada jadi thread unfaedah buat hati saya yang rapuh ini 😋
Tp headline bombastis “Ruangguru perusahaan asing dapet proyek pemerintah” kayaknya perlu diberi penyeimbang,

sekaligus jadi kesempatan buat saya berbagi spy kita nggak dikit2 gatel2 kl dengar kata “asing”.

Sebuah kata itu sempit. Pemahaman kita terhadap kata itu yg penting.
Mksd mbaknya yg sering kejadian gini:

Org marah2: “Pemerintah utang melulu ke asing! Payah!”

Dijawab: “Oke, kalau pemerintah utangnya ke kamu gimana? Ada nih pakai Surat Berharga. Sejuta doang kok. Kita semua patungan. Gimana-gimana?” :)

https://twitter.com/yasmeen__/status/1252790615139442688?s=21 https://twitter.com/yasmeen__/status/1252790615139442688
Ketika banyak startup keren2 kita sekarang, yg manfaat dan kemudahannya kita pakai setiap hari - waktu jaman itu foundersnya udah kebelet pengen lari, tapi iklim dalam negri belum siap/ngerti, pasti yg tanam modal dan ngajarin ya orang2 asing.

https://twitter.com/thewanteeare/status/1252786794036260864?s=21 https://twitter.com/thewanteeare/status/1252786794036260864
Kl kamu seorg nasionalis, nasionalisme Cina itu keren bgt (nggak ngmng soal HAM+demokrasi ya) - mereka galak dan agresif mendahulukan kepentingan negerinya.

Sbtlny cita2 kamu Indonesia lbh nasionalis itu sbtlny kamu memimpikan kita bisa lebih kyk Cina 🤪 https://twitter.com/aodimaqmal/status/1252804195595325440?s=21 https://twitter.com/aodimaqmal/status/1252804195595325440
Mengenai Cedric, pendiri+pemilik La Petit Kepa di Alor. Ini langganan juga ke sana.

Btw Alor itu salah satu surga top three diving saya. Mungkin yang nomor satu.

https://twitter.com/audreyjiwajenie/status/1252808185045372930?s=21 https://twitter.com/audreyjiwajenie/status/1252808185045372930
Pandangan Bang Poltak kenapa banyak pendirian perusahaan di Singapur. Istilahnya mungkin, bahasa dan pemahamannya atas nilai2 abstrak (investasi etc) jadi nyambung.

https://twitter.com/hotradero/status/1252785702623821825?s=21 https://twitter.com/hotradero/status/1252785702623821825
Ini juga pasti jadi pertimbangan.

Ya tapi samalah kayak kita semua, sebisa mungkin, selegal mungkin, bayar pajak sekecil mungkin. Ga ada orang buat perusahaan untuk laba dgn cita2 bayar pajak sebesar2nya kan? :D

Kadar kepantasan/etisnya, jawab sendiri2.

https://twitter.com/noveadjaniweda/status/1252776863602110466?s=21 https://twitter.com/noveadjaniweda/status/1252776863602110466
You can follow @edwardsuhadi.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: