Erupsi G. Anak Krakatau, Lampung, dengan tinggi kolom abu teramati ± 200 m di atas puncak (± 357 m di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal condong ke arah selatan. Amplitudo maksimum 40 mm dan durasi ± 1 menit 12 detik.
Stasus Level II (Waspada), yang mana berarti wajib steer clear radius 2km dari kawah.
Bear w me for a sec: 2x gempa Letusan/Erupsi, amplitudo 40 mm, lama gempa 74-2284 detik. 5x Harmonik, amplitudo 9-22 mm, dan lama gempa 62-320 detik.
Meaning Low frequency ones & tremor is still low on repetition, but intense, making the affected areas reaches exponentially.
Saat ini, selain Anak Krakatau, G. Merapi & G. Semeru sama-sama ada di status level II (Waspada), terpantau letusan aktif. Jangan panik ya teman-teman, alert diutamakan u/ warga radius max 4km dari area luncuran awan panas. Remember, your fright is a potential secondary disaster.
Think of it this way:

Lebih serem dimarahin orang yang sudah biasa marah, atau dimarahin orang yang diam dan tetiba meledak amarahnya?
Exactly. So repetition is good, don’t be afraid of the sound. It’s good that it channels the energy on pace.
Be still, loves. Go back to sleep.
Left (then) - Right (current), 2 hours apart. See how the numbers relatively decreasing, graph of tidal elevation moves to the lower end. On numbers, focus on Temp and Windspeed, smaller the number the better.
Get some sleep, fellas.
Alright, if you wanna stick around, the result of tide gauge and seismic monitoring is out. Let’s talk!
Hasil monitor Tide Gauge di Pantai Kota Agung, Pelabuhan Panjang, Binuangen, dan Marina Jambu & WERA Ocean Radar di Kahai Lampung & Tanjung Lesung menunjukkan, TIDAK ADA ANOMALI perubahan muka laut sejak 10 April pkl. 21.00, hingga pagi ini 11 April pkl. 6.00 WIB.
Apa artinya, teman-teman? Ini menunjukkan bahwa erupsi Gunung Anak Krakatau tadi malam tidak memicu terjadinya tsunami.
That’s one good news after another. Celebrate small wins. :-)
On to Seismic Monitoring! Sensor BMKG tidak mencatat adanya aktivitas seismik. Sehingga erupsi G. Anak Krakatau kemarin malam secara data per occurrence memang lebih lemah dibandingkan erupsi yang terjadi pada 22 Desember 2018 lalu.
Menariknya, beberapa sensor seismik BMKG (existing & baru est. 2019) mencatat event gempa di Selat Sunda dengan sangat baik. Sensor seismik berlokasi di: CGJI (Cigeulis), WLJI (Wonosalam), PSSM (Pematang Sawah), LLSM (Limau), KASI (Kota Agung), CSJI (Ciracap), KLSI (Kotabumi).
Hasil analisis BMKG terkait gempa menunjukkan, terjadi gempa tektonik di Selat Sunda pkl. 22.59 WIB dengan magnitudo M 2,4. Episenter terletak pada koordinat 6,66 LS dan 105,14 BT tepatnya di laut pada jarak 70 km arah Selatan Baratdaya G. Anak Krakatau, pada kedalaman 13 km.
Mungkin ada yang belum tau, sedikit tentang cara mengarusutamakan info rilis seperti ini 👆🏻 Yang paling penting? 1.) Magnitudo (Kekuatan gempa); 2.) Jarak, Kedalaman & lokasi gempa terjadi. Jarak makin jauh dari pemukiman, kedalaman makin dalam, lokasi tidak di darat: LEBIH BAIK.
Now I know some of you would argue, kok PVMBG bilang ini bukan dari Krakatau, yang mana yang benar?

Perlu diketahui, bahwa BMKG & PVMBG adalah entitas berbeda, yang berarti deteksi dini bencana, alat sensor, dan pemutakhiran data yang dimiliki jelas berbeda.
E.g. Dalam hal gempa yang di atas kusampaikan, data tsb adalah hasil seismograf BMKG. Di sini, BMKG menegaskan bahwa aktivitas gempa, termasuk suara dentuman yang kita dengar sebelumnya, TIDAK bersumber dari aktivitas gempa TEKTONIK, alias pergeseran lempeng bumi.
Lain hal dengan sensor gempa VULKANIK yang bersumber dari aktivitas gunung api, di sini PVMBG berperan. Saat ini, media masih berusaha mencari konfirmasi perihal tsb. Secara historikal, most likely yang kita dengar sebelumnya adalah erupsi strombolian (kecil namun terus menerus).
Secara historikal, Erupsi strombolian membuat amplitudo seismik naik, singkat saja, lalu turun kembali. Erupsi juga mungkin terjadi karena pengerasan lava di permukaan, karena turun temperaturnya. Sehingga terjadi penyumbatan aliran fluida magma (gas dan liquid) ke permukaan.
Analoginya seperti kamu masak air dan ditutup pancinya. Tutup panci itu pengerasan lava, api kompor membuat air bergejolak. Pada titik tertentu, lapisan lava di atas yang mengeras itu tidak mampu lagi menahan desakan magma dari bawah. Akhirnya, erupsi strombolian ini pun terjadi.
Again, we are yet to confirm the initial culprits and developing stories from PVMBG (or lack thereof). Until then, it’s always useful to be resilient, but non hostile on react to remotely anything you see on the News, or internet. Triple check everything, incl. my infos. Toodles!
You can follow @Muthia911.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: