Media sosial sering kali membuat kita susah jujur sama diri sendiri. Keinginan mengungkapkan perasaan dan mengutarakan pemikiran kerap bertentangan dengan keinginan disukai orang lain. Kita jadi ikut-ikutan apa yang lagi rame, biar medsos tetap rame. Padahal hati kesepian.
Kita haha-hihi di Twitter, padahal huhu-huhu di kamar. Kita pengin banyak di-love di Instagram, tapi lupa nge-love diri sendiri. Kita berasa punya banyak pemerhati, tapi enggak ada yang bisa diajak cerita hati ke hati. Enggak cape sedih sendirian tapi pura-pura bahagia rame-rame?
Dulu waktu awal-awal Twitter dan Instagram saya di-follow banyak orang, mau posting apa-apa takut. Takut punya haters, takut ada yang kesinggung, takut enggak relatable sama hidup orang lain. Akibatnya, posting cuma biar di-love/retweet orang lain, tapi enggak jadi diri sendiri.
Sampai di satu titik cape, dan mulai posting sesuka hati. Kadang galau, kadang sok lucu, kadang enggak jelas. Banyak yang enggak suka, tapi banyak juga yang lebih suka dengan saya yang apa adanya. Akhirnya, saya sadari, apa pun yang kita lakukan, pembenci enggak bisa dihindari.
Cuekin para haters. Yang terpenting, jujur sama hati sendiri, dan nikmati apa yang kita ciptakan. Mau itu sebatas tweet juga percuma kalau enggak menikmati proses bikinnya. Intinya, selama tujuannya baik, enggak menyinggung orang lain, dan enggak melanggar hukum, lakukan aja.
Enggak perlu banyak modus atau tipu sana-sini untuk diterima masyarakat. Enggak perlu followers palsu apalagi sirkel-sirkelan untuk dibilang keren. Kita cuma perlu jadi diri sendiri. Karena bisa menjalani hidup simpel dan apa adanya #TanpaSyaratKetentuan itu paling menyenangkan.
You can follow @FiersaBesari.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: