Alraight i'm bored let's talk about beauty standard (and a little bit of soc-pol analysis, i guess...) a tret https://twitter.com/angewwie/status/1247903492716417030
Kalo kata junjungan ku sang agung Rocky Gerung, seni berpolitik adalah tahu kapan harus memberi kebebasan dan kapan mengatur orang demi kemaslahatan bersama. Bayangkan seperti kutub x dan y
x= kebebasan, orang tau yg terbaik utk mreka.
y= kepedulian, yg berujung pada mengatur.
x= kebebasan, orang tau yg terbaik utk mreka.
y= kepedulian, yg berujung pada mengatur.
To give us a perspective, Ombibus Law adalah kebijakan yg condong ke kutub x karena sifatnya meng-deregulasi.
Sistem zonasi sekolah condong ke kutub y karena me-regulasi siapa boleh sekolah di mana dan nggak menyerahkannya ke pasar bebas karena dinilai baik untuk jangka panjang.
Sistem zonasi sekolah condong ke kutub y karena me-regulasi siapa boleh sekolah di mana dan nggak menyerahkannya ke pasar bebas karena dinilai baik untuk jangka panjang.
Sebagai buah pemikiran sumbu y, idealnya, sesuatu prlu diatur kalau ada ketimpangan yang merugikan kelompok rentan. Aturan ini bru dicabut kalau kelompok rentan sdh bisa setara. Fungsi negara atau sbg masyarakat scr kolektif tentu memberi perhatian khusus pada yang masih rentan.
Beda urusan ya kalau membuat aturan khusus dan mendistorsi kebebasan utk kelompok yang sudah mapan seperti "bebas berpendapat asal tidak menghina presiden dan petinggi lainnya". Klo itu namanya anjinc.
Ok balik ke pertanyaan tadi, apakah perlu aku mengatur beauty standard org lain? should people be shamed for wanting to be fair-skinned? They're just individuals trying to pursue their own happiness!
Well, I don't know.. Sounds debatable, though.
Well, I don't know.. Sounds debatable, though.
Untuk studi kasus, mari simak video berikut ini, hyung. Ini liputan Vice di India ttg gimana colorism, bukan rasisme, menghalangi orang dgn kulit gelap mendapatkan pekerjaan karena dianggap gak "presentable"
(warning, endingnya sedih
)
(warning, endingnya sedih

Bagi yg lg ngirit kuota krn PJJ dan ga nonton, gue jelasin dikit
Kombinasi pengaruh dari media barat, bekas kolinialisme, dan sistem kasta, membuat kulit putih selalu diasosiasikan dengan kelas atas/ penguasa.

Kombinasi pengaruh dari media barat, bekas kolinialisme, dan sistem kasta, membuat kulit putih selalu diasosiasikan dengan kelas atas/ penguasa.
Colorism ini umum di kawasan Asia juga karena warna kulit kita erat kaitannya sama status/kelas sosial. How? Tipe kulit asia gampang menggelap & memutih tergantung paparan matahari. Kulit putih diasosiasikan dgn kelas atas kerja indoor, kulit gelap adlh kelas remeh kerja outdoor.
Nah, di sini kita bisa setuju kan kalau kulit terang adalah standar kecantikan arus utama? Lalu.. Kenapa kita tidak membuatnya menjadi lebih inklusif, hyung? Melonggarkan sekrup-sekrup yang mengikat ini sehingga makin banyak orang bisa merasa aman dengan kulitnya sendiri?
Kapitalisma tntu tidak menyukai ini. Mereka, dan by mereka i mean produk pemutih, bekerja dengan mengincar insekuritas kita yg tidak ada habisnya.
Kalau udah seperti di India tadi, dampaknya tdk hny ke insekuritas diri tp scr makro ya ketimpangan ekonomi hnya krn warna kulit.
Kalau udah seperti di India tadi, dampaknya tdk hny ke insekuritas diri tp scr makro ya ketimpangan ekonomi hnya krn warna kulit.
Kalo dah kayak gitu gimana, gan? Karena ketimpangan ekonomi dan pendidikan, tinggal menunggu waktu aja kalo orang dengan ciri tubuh tertentu dianggap biologically inferior (which actually, PURELY SOCIAL) dan bisa diperlakukan berbeda/ disangkal hak-haknya. Sounds similar? Papua.
PSA time
Before somebody say "Oh, ng3kritik kapitalism4, komunis kyknya. Pantes" I want to clarify that I'm not (yet) a communist!
give me some more time ok i'm still figuring myself out.
I just believe that people wanting to be treated the same isn't TOO demanding, right?
Before somebody say "Oh, ng3kritik kapitalism4, komunis kyknya. Pantes" I want to clarify that I'm not (yet) a communist!

I just believe that people wanting to be treated the same isn't TOO demanding, right?


Oh iya ada fakta menarik bagi yg belum tahu. Tahukah kalian kalo patung2 Yunani dan Romawi sebnarnya memiliki warna, yg kmudian memudar karena zaman? Art historian selalu denial akn hal ini krn tekanan aristocrats untuk selalui mengasosiasikan whiteness dgn greatness.

White being associated with.. umm.. greatness isn't natural in any way. It is purely a social contract. Therefore, it can change. Of course i understand that consistently worrying abt not meeting ur beauty standard can be consuming and leaving you all energically-drained.
You could've just fixed that with treatments and saved up your energy to start worrying about more important things like.. climate change or poverty, right? But wait..
Maybe.. just maybe.. Your perception and desire for wanting to look a certain way, can be eradicated by changing the society, that will eventually change your perception abt yourself.
"Njir bkin PR banget, ngapain kudu lagi2 perubahan kultural, sistemik, kolektif" you might say
"Njir bkin PR banget, ngapain kudu lagi2 perubahan kultural, sistemik, kolektif" you might say
"Haduh kenapa SJW ini selalu suka gerakan kolektif, sih? Perlu ya kampanye2 owning ur natural skin color gitu?"
Ya jangan tanya gue, gan. Dari dulu cara dunia bekerja udah kayak gini. Politik identitas gak melulu buruk, kok. Berikut sy sertakan kuliah dr Jonathan Haidt.
Ya jangan tanya gue, gan. Dari dulu cara dunia bekerja udah kayak gini. Politik identitas gak melulu buruk, kok. Berikut sy sertakan kuliah dr Jonathan Haidt.
Lagi2 ya ini tensi klasik kutub x & y, antara u exercising ur liberty right vs tugas kolektif untuk ngelindungi yang rentan.
Rasa bersalah bisa muncul krn obsesi to look in a certain way. Di video tadi, si dokter kulit merasa bersalah krn ikut andil dlm budaya bleaching kulit.
Rasa bersalah bisa muncul krn obsesi to look in a certain way. Di video tadi, si dokter kulit merasa bersalah krn ikut andil dlm budaya bleaching kulit.
Tapi kalau lo pro sama ide gue tadi, soal inklusivitas dan berhenti melanggengkan keinginan untuk jadi putih, harusnya sadar kalau akan terasa tabu jika kita ikut-ikutan mengubah fisik... karena itu artinya kita tidak practice what we preach.
Lalu kenapa orang berjemur boleh tapi memutihkan diri ga boleh? double standard much? Hmmm krn belum dipermasalahkan aja, sih. haha
Mungkin, berjemur dipercaya punya aspek kesehatan jg btw jd feels less wrong. Di sisi lain, fake tans jg udah mulai dihujat netizen, kok. See Kim K.
Mungkin, berjemur dipercaya punya aspek kesehatan jg btw jd feels less wrong. Di sisi lain, fake tans jg udah mulai dihujat netizen, kok. See Kim K.
In a response to this, gue rasa gapapa kalau ad aspek kesehatan di sana jd dia berhak operasi. Warna kulit, bntuk hidung, dagu, dsb gk memiliki aspek kesehatan. Berbadan overweight pny aspek kesehatan (eventho not always), harusnya tdk mlulu dinormalisasi https://twitter.com/angewwie/status/1247904746117070850?s=20
Oke. Saran saya bagi yg insekyur namun tidak ingin melanggengkan forced beauty standard yg buruk utk society secara keseluruhan adalah, be like Benedict Cumberbatch! He failed to meet Hollywood beauty standard but still shines like diamonds. https://www.theatlantic.com/entertainment/archive/2014/06/how-benedict-cumberbatch-became-the-biggest-star-of-our-time/372426/
Ada banyak artikel yg ngebahas bgmn artis2 hollywood mulai nge-challenge Hollywood beauty standard dengan memiliki karisma & keunikan diri. Ketika kita memiliki style sendiri, kita akan sama karismatiknya karena bikin kita jadi irreplaceable. Create a style that looks good on u!
Ok saya tutup dengan quotes dari Imannuel Kant di bukunya, Critique of Judgements (1790)
"There are distinctions between things that are evidently beautiful because we can see they're beautiful, and things that are sublime because they demand an intellectual response."
"There are distinctions between things that are evidently beautiful because we can see they're beautiful, and things that are sublime because they demand an intellectual response."