Tolong ya @kitongbisa dari awal gue ngingetin lo bahwa gimmick ("gaji disumbangkan", "bikin hashtag", "kampanye medsos", dll) itu bukan porsi kerjaan sbg stafsus presiden. Gue bahkan kasih lo crash course mengkritisi kebijakan publik agar bisa advokasi dg baik. https://twitter.com/asumsico/status/1247463530686631937
Jangan seenaknya mereduksi kritikan orang sebagai "nyinyiran" dan "bully". Sekarang ke media ngomong bahwa lo juga terbatas kemampuannya? Lah itu kan yg dari awal gue kritik? Lupa di berbagai kegiatan lo oversell influence lo di istana? Kalau kinerja lo bagus, gue senang jg.
Ini pertama kali gue senggol lo. Konteksnya? Karna lo menjawab kritik publik selalu dg "gaji saya dulu lebih besar" dan "saya sumbangkan". Padahal bodo amat gaji lo mau lo apain. Yg dituntut itu akuntabilitas & kinerja sbg pejabat publik. https://twitter.com/raviopatra/status/1240218513924452357?s=19
Lo cuma respons dg serius orang-orang yg memuja-muji lo. Ditanya perihal ketimpangan pendidikan di Papua pun lo bilang masalah utamanya kekurangan guru. Itu menunjukkan apa? Lo ga berpikir sistemik, padahal punya posisi yg bisa ikut memperbaiki kebijakan. https://twitter.com/raviopatra/status/1240841520405573632?s=19
Lo juga ga paham tupoksi. Stafsus apa tugas pokoknya? Baca PP 39/2018. Membuat konten mengatur narasi agar imej pemerintah baik terlalu murahan ditangani stafsus top berprestasi yg jadi ejawantah orang muda di pemerintahan. Mana pembaharuannya? Hashtag?? https://twitter.com/raviopatra/status/1246027779612659712?s=19
Nyinyir? Iya, gue nyinyir. Apalagi sama pejabat publik. Ga cuma di Twitter kok. Liat rekam jejak kerjaan gue. Semua berkaitan sama advokasi kebijakan publik. Kebetulan aja lagi isolasi jd ekstra nyinyir.

Nyindir? Iya, pantas disindir. "Equivalent of West Wing" WTF is that.
Kenapa kemudian gue bahas keanehan lo dari masalah pura² terbang bisnis, bacotan di sana-sini, profil linkedin, dll? Karna lo deflect kritikan dg alasan "ga kenal". Gue jg ga ngebet kali kenal sama lo. Yg gue bahas itu menunjukkan karakter & perilaku lo yg problematik dr dulu.
Bully? More like you bullied me with your spam bots and farmed accounts. Apa sekolah bertahun-tahun ga pernah belajar perihal relasi kuasa? Bosan dikritik? Jadi pajangan aja kaya Aminuddin. https://twitter.com/raviopatra/status/1240304965106589697?s=19
Apakah masyarakat mengerdilkan stafsus milenial karna usianya? Ngga. Andi tuh tempo hari ngomong ttg strategi pemerintah & oke oke aja. Kenapa? Karna dia ngomong pakai data & yg dibahas kinerja + kebijakan, bukan saya begini, saya begitu.

Kebijakan.
Sistem.
Bukan imej.
Angkie dikritik teman-teman tuli karna keberadaan dia ga membuat penyediaan penerjemah isyarat jadi standard practice di istana. Apa dia kemudian bilang dia di-bully? Ya emang misuh² dulu, tapi abis itu muncul penerjemah isyaratnya walau ga instan.
Apa ada gue misuhin stafsua milenial lain? Gue bahkan punya harapan sama Belva, Ayu, Angkie, dan terutama Andi karna dari dulu gue kagum sama kerjaan mereka. Bedanya apa lo sama mereka? Lo kebanyakan gimmick.

Gue jg paham stafsus ini baru, uncharted territory, ga all powerful.
Dengerin tuh bang Hendri. "Jangan salahkan rakyat kalau mendapat kritikan" apalagi lo rajin banget mendongeng kehebatan lo segala macam. If you don't want to be checked, kaya Aminuddin tuh jadi pajangan. Kalau sadar belum banyak berbuat, yaudah tau diri. Tone yourself down.
For someone who's done so little in his public capacity, you talk too much, take too much credits for collective works, and overestimate yourself by a monstrous margin.

Check me out if you need another lecture on public policy. I'm fed up of your all image and no impact charade.
And I'm sorry if the bluntness has affected you mentally. I'll try to be kinder with my words - though it's hard to be kind with people who lie. Probably think of it as occupational hazard. Then again, "with great claims, comes great responsibility".
You can follow @raviopatra.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: