Mumpung lg lowong, mau menunaikan janji utk mengulas bahasan diskusi saya dgn mas @ainunnajib seperti yg disampaikan oleh mas @budimandjatmiko bbrp hari yg lalu. Seperti yg dibahas sblmnya saya berpendapat utk menghadapi wabah ini adalah seperti lari marathon, bukan lari sprint https://twitter.com/amflife/status/1246066546549506049
Sebelumnya saya mau disclaimer, saya tdk menentang lockdown dan jg tdk mendukung strategi percepatan terbentuknya herd immunity seperti yg sering kita dengar. Saat ini saya tinggal di UK, asal muasal rencana spt ini, jd saya tau rasanya berada di negara yg mengambil langkah ini.
Belajar dari kasus2 pandemic terdahulu, mulai dari H1N1 2009, SARS hingga Spanish Flu 1918 ini terjadi dlm waktu lebih dari 1 tahun. Selain itu pandemic tsb jg terjadi dlm beberapa gelombang. Pandemic Covid19 yg kita lihat saat ini kemungkinan besar baru 1st wave saja.
Salah satu usulan yg sering paling populer disuarakan adalah minimal 80% pepulasi harus stay at home. Artinya hanya 20% dari populasi yg bisa keluar rumah. Artinya hanya kesehatan, law enforcement officer baik tentara atau polisi dan pekerja essentials seperti toko grosir dsbnya
Hal ini tentu saja akan melumpuhkan kemampuan kita memproduksi bahan kebutuhan dasar kita, terutama pangan. Salah satu ancaman terbesar pasca Covid19 ini adalah kelaparan. Seperti yg pernah saya bahas sebelumnya, beberapa negara exportir pangan sudah mulai menghentikan exportnya
FAO juga sudah memperingatkan mengenai ancaman thd ketersediaan bahan makanan ini akibat terganggunya supply chain karena kebijakan lockdown. https://www.bloomberg.com/amp/opinion/articles/2020-03-31/coronavirus-food-supply-network-may-be-hurt-by-lockdowns
Pemerintah mungkin saja salah dlm mengantisipasi pandemic ini diawal. Tapi tdk lantas kita minta penanganan secara gegabah juga. Kita bisa belajar dari perbandingan antara New York dan St. Louis ketika menghadapi Spanish Flu 1918. NY terlalu cepat mengambil langkah atau tergesa2
Mereka 11 hari lebih awal melakukan lockdown sementara St. Louis menunggu kenaikan angka kematian (bukan jumlah kasus) akibat Spanish flu tersebut. Hal yg sama dgn penanganan skala besar ini. Tergesa2 mungkin kita akan menghadapi masalah lain yg lbh besar pula.
Kita belum dengar mengenai rencana persiapan bagaimana menghadapi pandemic ini dari sisi kesiapan kita menjaga produksi pangan sekaligus rantai pasoknya. Suka atau tdk suka jalur logistics pangan kita cukup panjang hingga sampai konsumen. Artinya butuh pekerja dgn jmlh besar.
Sementara kita menuntut pemerintah harus bisa membuat 80% masy kita stay at home. Apapun caranya, mau gunakan denda seperti di Italy atau dipukuli seperti di India. Kita lupa itu semua ada konsekuensinya. Seperti yg dibahas sblmnya salah satunya kita tdk akan punya bahan makanan
Krisis pasca pandemic ini akan mirip seperti great depression tahun 1929 hingga akhir 1930 yg terjadi hanya karena pasar saham di AS crashed. Padahal pada masa itu tdk ada wabah yg harus menghentikan produksi besar2an seperti yg kita lihat saat ini.
Ketika kita berpikir masalah akan selesai dgn penerapan UU Karantina Wilayah, kita lupa yg bisa diberikan pemerintah hanya uang, baik melalui BLT ataupun progran lainnya. Uang tdk ada artinya ketika barang tdk ada. Sementara barang baru bisa dihasilkan ketika produksi tetap jalan
Selain itu, seperi yg ditulis oleh Harari, krisis kali ini harus dijalani tanpa adanya kepemimpinan internasional spt Obama memimpin dunia menghadapi krisis H1N1 2009 yg lalu. Kita malah lihat bagaimana AS skrng malah membajak APD yg dikirimkan China utk negara2 Eropa dan Canada
Hal yg sama akan kita lihat ketika kita mulai masuk fase food shortage. Selain negara2 produsen menghentikan exportnya, kondisi ini mmberikan sinyal klo kita tdk bisa berharap akan adanya import food supply dari negara2 lainnya, kalaupun ada kemungkinannya dibajak, spt APD, besar
Masalah lainnya adalah bagaimana kita melihat pemodelan tersebut. Saya tdk bilang model yg digunakan otu salah tapi model tersebut adalah utk negara2 Eropa yg berada dlm satu daratan. Sehingga pergerakan manusianya lebih bebas dari negara kepulauan seperti kita
Selain itu kita belum lihat perbandingan impact-nya dari angka fatality rate. Dari heavy containment hingga lighter containment. Pertanyaannya apakah mungkin kita tdk mendapatkan angka CFR yg jauh berbeda antara heavy containment dgn 80% populasi dan yg hanya 60%.
Jika kita bisa lakukan containment utk 60% populasi saja artinya kita masih bisa menjaga produksi pangan berikut rantai pasoknya. Tentu saja ini membutuhkan measurement lain seperti adanya pengelolaan terpusat. Hal ini jg yg mendasari pemikiran saya utk menyetujui Darurat Sipil
Karena jika seperti itu keadaanya, kita mau tdk mau harus beroperasi seperti negara sosialis. Sehingga semua orang bisa menjangkau bahan pangan tsb. Tidak hanya kelas menengah keatas saja dan membiarkan penduduk miskin kelaparan.
Karena menurut saya sejmlh masy yg mati karena kelaparan tdk lebih baik dari pd yg mati karena Covid19, hanya karena tdk masuk statistik. Keduanya harus dicegah & kita tdk punya kemewahan utk mengatasi masalah tersebut satu per satu. Keduanya harus diantisipasi secara bersamaan
You can follow @amflife.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: