Angka kematian yang melonjak jauh di atas rata-rata tentu mengundang pertanyaan, apa penyebabnya? Tanpa dilakukan otopsi kita mungkin tidak pernah tahu jawaban yg sesungguhnya. Tetapi ada beberapa pendekatan untuk mencoba mencari jawabannya.
Pendekatan kedua, umum dilkukan oleh epidemiologis dan demographer, adalah memisahkan angka kematian yg lebih tinggi dari rata2 tsb (=excess death) dari "kematian yg dipercepat (=mortality displacement).
Mortality displacement: mereka yang “harusnya” baru akan meninggal di periode berikut, dipercepat kematiannya karena suatu hal: perang, cuaca ekstrim (e.g heatwave), kelaparan, dan wabah. Apa cirinya?
Pertama ada excess deaths, kematian di atas rata2 di satu periode di mana ada kejadian tersebut (mis. wabah). Kedua, ada tingkat kematian yg rendah di bawah rata2 di periode berikut, karena yg harusnya meninggal dunia di periode berikut ini sudah meninggal dunia saat wabah.
Yg tadinya akan meninggal karena jantung, diabetes, pneumonia, di periode berikut, dan terkena wabah, bisa meninggal lebih cepat di saat ada wabah karena comorbiditasnya, "underlying health conditions", tanpa terdiagnosa sbg meninggal karena wabah.
Selain itu akan ada orang2 yang secara probabilistik belum akan meninggal di periode wabah dan setelahnya (relatif muda dll) tapi meninggal di periode wabah, tanpa sempat terdiagnosa meninggal karena wabah. Ini bisa terjadi kalau cakupan tes sangat rendah
Jadi mungkin, ketika (kalau?) ini semua selesai, dan kita mulai punya angka yg lebih tepat, epidemilogis dan demographer bisa memberi estimasi berapa orang yang kematiann ya bisa diatribusikan ke Covid-19.
Btw, ilmu kependudukan, mortality displacement disebut juga sebagai “harvesting”, "memanen". Memanen kematian sebelum waktunya. Mereka yg menjuluki economics sebagai dismal science belum bertemu dg ilmu kependudukan.
You can follow @ujangw.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: