Ini adalah minggu kelima Wonpil mengunjungi taman Suropati di malam hari. Tempat terakhir kali ia menghabiskan malam bersama Jae menikmati performance band sebelum si kacamata menghilang begitu saja. Sejak malam itu, Wonpil cukup rutin mendatangi taman ini setiap malam.
Seminggu pertama, Wonpil berkungjung setiap hari. Minggu-minggu berikutnya frekuensi kunjungannya berkurang seiring kesibukannya dengan skripsi. Pernah satu waktu ia harus mengejar deadline dan ia hanya sempat datang 1x di malam minggu.
Wonpil mulai menyukai dan menikmati suasana malam di taman itu, sembari mengenang momen singkat dengan pahlawan yang menolongnya dua kali, sebelum orang itu menghilang dalam sekejap.
Dan hanya Wonpil yang tau, tujuannya datang ke sini tidak hanya menikmati suasana malam taman Suropati, tapi juga mengharapkan kehadiran seseorang yg dinanti.

Suatu malam, seperti malam sebelumnya, Wonpil tengah menikmati penampilan band akustik sedang membawakan lagu yang sama
seperti lagu yang ia dengarkan pada malam itu.

𝑾𝒂𝒍𝒂𝒖𝒑𝒖𝒏 π’π’‚π’π’ˆπ’Šπ’• 𝒑𝒂𝒅𝒂 π’Žπ’‚π’π’‚π’Ž π’Šπ’•π’–
π‘©π’†π’“π’Žπ’‚π’π’…π’Šπ’Œπ’‚π’ π’„π’‚π’‰π’‚π’šπ’‚ π’ƒπ’Šπ’π’•π’‚π’π’ˆ

Wonpil tersenyum simpul, mengingat percakapan singkat dgn Jae yg katanya tidak jd mengantuk krn lagu ini mulai dinyanyikan.
𝑩𝒖𝒍𝒂𝒏 𝒑𝒖𝒏 π’ƒπ’†π’“π’”π’Šπ’π’‚π’“ 𝒃𝒆𝒕𝒂𝒑𝒂 π’Šπ’π’…π’‚π’‰π’π’šπ’‚
π‘΅π’‚π’Žπ’–π’ π’Žπ’†π’π’‚π’Žπ’ƒπ’‚π’‰ π’Œπ’†π’‘π’†π’…π’Šπ’‰π’‚π’

Wonpil merasakan sesuatu yang aneh di dalam hati. Ia seperti mengerti tapi tidak mau mengakui.

Ia sadar ingin bertemu, tapi apa ini juga berarti ia merasa rindu?
𝑲𝒖 π’‚π’Œπ’‚π’ π’‘π’†π’“π’ˆπ’Š π’Žπ’†π’π’Šπ’π’ˆπ’ˆπ’‚π’π’Œπ’‚π’ π’…π’Šπ’“π’Šπ’Žπ’–
π‘΄π’†π’π’šπ’–π’”π’–π’“π’Š π’π’Šπ’Œπ’– π’‰π’Šπ’…π’–π’‘π’Œπ’–

Wonpil ingin tau, kapan mereka akan bertemu lagi.

Pikirannya mulai melayang dengan segala macam & #39;jika& #39;.

Bagaimana jika Wonpil mencari bahaya supaya Jae muncul tiba-tiba?
π‘±π’‚π’π’ˆπ’‚π’π’π’‚π’‰ π’Œπ’‚π’– π’ƒπ’Šπ’Žπ’ƒπ’‚π’π’ˆ

Bagaimana jika Jae berhenti mengamen?

Bagaimana jika mereka tidak akan bertemu lagi meski Wonpil naik metromini setiap hari?

Bagaimana jika-

"Kenapa sih demen banget keluyuran malem-malem?"

𝑫𝒂𝒏 π’‹π’‚π’π’ˆπ’‚π’π’π’‚π’‰ π’Œπ’‚π’– π’“π’‚π’ˆπ’–
Suara tidak asing terdengar dari sisi kiri Wonpil. Laki-laki mungil itu menengok ke arah suara dan mendapati orang yang selama ini dinantikannya berdiri menatap lurus ke arah band akustik yang berjarak beberapa meter di depannya.

"Mas Jae???" Wonpil tidak bisa menyembunyikan
keterkejutan di wajahnya.

"Kenapa belom pulang?" kali ini Jae mengalihkan perhatiannya kpd Wonpil.

π‘©π’†π’“π’Šπ’Œπ’‚π’π’π’‚π’‰ π’”π’†π’π’šπ’–π’Žπ’‚π’ π’‘π’‚π’…π’‚π’Œπ’–

"Oh- Habis ngerjain skripsi di cafe deket sini, trus sekaliam mampir deh" Wonpil tersenyum lebar dan dibalas anggukan oleh Jae
"Mas Jae."

"Hmm" Gumamnya, namun suaranya jelas kalah dari riuhnya suara orang-orang yang ikut bernyanyi bersama band akustik itu.

Wonpil menggamit pergelangan tangan Jae dan menariknya menjauh dari kerumunan orang-orang.

"Kenapa?"

"Apa kabar?" Wonpil justru balik bertanya.
Jae tersenyum dan mengacak rambut Wonpil gemas.

"Baik. Lo gimana?"

"Baik juga. Mas Jae baru sekarang ke sini lagi ya??"

"Iya, pulang ngamen laper, trus kepikiran mau beli sate padang yang waktu itu dibayarin sama lo. Enak soalnya."

Wonpil tersenyum sumringah.
Ternyata Jae juga masih mengingat malam itu. Wonpil senang sekali.

"Tapi gue cari-cari daritadi gak nemu. Lagi gak jualan kali ya"

"Mas Jae laper?"

"Iya, mau traktir ya?"

Wonpil mencibir pura-pura kesal.

"Hahaha becanda. Nanti gue cari makan di tempat lain aja."
"Kayaknya tadi aku liat gerobak nasi goreng. Mas Jae mau?"

"Nggak deh, tiba-tiba kenyang."

"Lho kok gitu? Aku traktir kok"

"Duh gue tiba-tiba laper lagi. Yaudah yuk" Jae dengan santainya mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Wonpil.
"Yeee! Emang dasar maunya dibayarin!" Wonpil mengerucutkan bibirnya sambil membuang muka ke depan. Untung saja langit sudah gelap, jadi Jae tidak bisa melihat pipinya yang sudah merah sekarang.
Mereka menghabiskan 3 porsi nasi goreng sambil bertukar cerita.

Iya 3. Wonpil makan 1 porsi dan Jae makan 2 porsi.

Malam mulai larut, suasana taman mulai sepi. Para pedagang kaki lima sudah sibuk berberes.

"Mas Jae."

"Kenapa?"

"Makasih udah nemenin aku malem ini""
"Hahaha harusnya gue kali yang makasih sama lo. Udah dibayarin makan mulu. Tapi tenang, gue punya sesuatu buat lo. Sebagai tanda terima kasih udah traktir gue malem ini. Soalnya ini gak termasuk traktiran balas budi nolongin lo waktu itu"

Wonpil terlihat antusias.
Ia menunggu Jae yang merogoh kantong celananya.

"Nih, buat lo." Jae mengulurkan sebuah kaset.

"Apa ini?"

"Nanti setel aja di rumah. Lo punya radio kan?"

"Ada sih.."

"Nah nanti lo dengerin ya."

Wonpil terdiam, menatap kaset berwarna hitam yang ditempelkan kertas kecil
di salah satu sisinya. Ada tulisan di situ tapi Wonpil tidak bisa membacanya dengan jelas karna penerangan yang kurang.

"Masukin ke tas lo, nanti ilang."

Wonpil mengangguk patuh dan mengikuti titah Jae. Si kacamata hanya terkekeh geli.

"Makasih ya mas Jae."
"No prob. Yaudah balik yuk, gue anter."

"Nanti ngerepotin. Aku bisa jalan kaki aja kok, kan deket."

"Iya, jalan kakinya sama gue ya. Udah ayo." Jae berdiri dan menarik tangan Wonpil untuk bangun dari kursinya.

~*~

Sesampainya di rumah, Wonpil langsung mengeluarkan radio
miliknya yang sudah lama sekali tersimpan di lemari. Wonpil mengeluarkan kaset hitam dari tasnya dan membaca tulisan yang sekarang terlihat jelas.

"Rose?" Wonpil membaca tulisan tangan yang ia tebak adalah tulisan Jae.
Wonpil kemudian memasukkan kaset ke dalam pemutar dan duduk sambil meregangkan ototnya yang kaku.

Wonpil mendengarkan dengan serius lagu yang diputar. Suara Jae seperti menenangkannya. Ia tersenyum simpul, mengingat kembali pertemuan mereka sejam lalu
Wonpil akan tidur nyenyak malam ini, pikirnya. Dan ia berharap semoga Jae pun demikian.

γ…‘γ…‘γ…‘γ…‘
Maafkeun kehaluan yg random ini. Pas liat videonya, aku langsung kebayang gimana kalo Jae ngasih lagu special ke Wonpil huhu. Beneran aku tungguin kelanjutan jaepil @Yuto_Akise https://abs.twimg.com/emoji/v2/... draggable="false" alt="🀧" title="Sneezing face" aria-label="Emoji: Sneezing face">https://abs.twimg.com/emoji/v2/... draggable="false" alt="πŸ₯Ί" title="Pleading face" aria-label="Emoji: Pleading face">
You can follow @pilkke.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword β€œunroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: