Hai,

Andre dan Riska, suami istri yang tahun 2014 melakukan perjalanan malam dari Jakarta ke Bandar Lampung.

Dalam prosesnya, mereka mangalami kejadian aneh di luar nalar.

Kisah mereka jadi penggalan berikutnya dalam “Jalan Di Lintas Sumatera”, di sini, di Briistory..

***
Riska dan Andre adalah pasangan suami istri, pada tahun 2014 ketika peristiwa ini terjadi mereka masih berstatus pengantin baru, beberapa bulan sebelumnya baru saja melangsungkan pernikahan.
Pasangan yang cukup bahagia, menjalani kehidupan rumah tangga layaknya pasangan muda pada umumnya.

Mereka tinggal dan bekerja di Jakarta, orang tua Andre tinggal di Lampung, sedangkan Riska ortu-nya tinggal di Jogja.
Nah, di sekitaran tahun 2014 mereka melakukan perjalanan ke rumah orang tua Andre di kota Bandar Lampung, Ayah Andre mendapatkan serangan jantung dan dilarikan ke rumah sakit, membuat mereka harus berangkat hari itu juga.

***
“Pokoknya paling lambat jam delapan kita jalan ya, kamu jangan pulang malam-malam.” Begitu kata Riska di ujung sambungan telpon.

“Iya sayang, ini aku udah di jalan” Jawab Andre menenangkan istrinya.
Riska punya alasan untuk bawel, ada ketakutan dalam dirinya ketika harus melakukan perjalanan tengah malam menuju rumah mertuanya, jalan menuju kota Bandar Lampung yang termasuk dalam jalur lintas Sumatera, masih tergolong sepi dan menyeramkan.
Kalo gak terpaksa, dia gak akan mau jalan malam, lebih baik berangkat pagi harinya. Tapi ini darurat, malam itu juga mereka harus berangkat.
Jam enam kurang Riska sudah berada di rumah, memaksa pulang cepat dari kantornya.

Dengan gelisah dia menunggu Andre di ruang tamu, beberapa kali mendekat ke jendela ketika mendengar suara mesin kendaraan, walau ternyata akhirnya kecewa karena bukan suaminya.
Sampai akhirnya, sekitar tujuh lewat, Andre tiba di rumah, alangkah lega hati Riska.

“Aku mandi dulu, habis Isya kita jalan ya sayang.” Begitu kata Andre dengan senyumnya, menenangkan Riska ketika dia sudah masuk ke rumah.

***
Singkatnya, selepas waktu isya mereka akhirnya benar-benar berangkat, menuju Bandar Lampung di pulau Sumatera.
Mobil yang mereka tumpangi lantas menyusuri jalan tol panjang menuju pelabuhan Merak di ujung barat pulau Jawa. Dari Merak, mereka lanjut menyeberang selat sunda menggunakan kapal Ferry.
Setelah kira-kira dua jam terombang-ambing di tengah lautan, sekitar jam dua belas kapal laut yang mereka tumpangi bersandar juga di pelabuhan Bakauheuni dengan selamat.
Di sinilah bagian perjalanan yang sungguh sangat Riska risaukan, disamping banyak bis malam lintas Sumatera yang biasanya ngebut gak kira-kira, suasana jalan antara Bakauheuni – Bandar Lampung masih tergolong sepi dan menyeramkan.
“Tenang, aku kan sudah ratusan kali melintas di jalan ini, InsyaAllah gak akan ada apa-apa. Kalo mau, kamu tidur aja gih sana di belakang.” Andre berusaha menenangkan istrinya yang mulai kelihatan sangat khawatir.
“Pokoknya Mas hati-hati, gak boleh ngantuk,pelan-pelan saja mas.” Begitu kata Riska.

Karena banyaknya pekerjaan yang dilakukan di kantor, sebenarnya saat itu mereka sudah merasa lelah dan mengantuk.
Apa lagi Riska, karena paling lambat biasanya jam sepuluh dia sudah terlelap di alam mimpi.

Begitu juga dengan Andre, sebenarnya sudah lelah dan mengantuk, tapi dia harus terus mengemudi kira-kira dua sampai tiga jam lagi untuk sampai tujuan.
“Aku mau mampir ke Indomaret dulu sebentar ya, mau beli kopi dan rokok.”

Begitu ucap Andre kepada istrinya ketika kendaraan yang mereka tumpangi baru saja melewati pintu gerbang perlabuhan Bakauheuni.
Pintu gerbang pelabuhan inilah yang bisa dikatakan sebagai tanda kalau mereka sudah masuk ke salah satu bagian dari Jalan Di Lintas Sumatera. Jalur yang punya banyak kisah dan cerita seramnya.

***
Gak jauh dari gerbang pelabuhan, di jalanan yang konturnya menanjak, Andre memarkirkan mobil di depan Indomaret di sebelah kiri jalan.

Sementara Riska, duduk bersandar di kursi depan, sudah dalam posisi tidur karena kantuk yang mulai gak tertahankan.
“Sebentar ya sayang, kamu tunggu sini aja, kunci aku tinggal.” Begitu kata Andre.

“Iya Mas,” Jawab Riska pendek.
Gak lama, setelah selesai, Andre kembali dan masuk ke dalam mobil. Lalu mendapatkan kalau Riska gak ada di tempat duduknya, yang ternyata sudah pindah ke kursi belakang.

“Aku tidur di belakang ya Mas, kamu hati-hati, jangan ngebut, jangan ngantuk.” Begitu kata Riska.
“Iya, kamu tidurlah di belakang, dua jam lagi kita sampai.”

Jadi begitu, di sisa perjalanan Riska tidur di belakang, meninggalkan Andre mengemudi sendirian membelah gelap dan pekatnya malam.

***
Jalanan sudah sangat sepi, Andre hanya melihat satu atau dua bis malam dan sesekali kendaraan pribadi yang datang dari arah berlawanan.

Lampu penerangan jalan masih sangat jarang, nyaris gak ada malah, hanya ada di beberapa persimpangan besar saja, selebihnya gelap.
Dan juga, wilayah yang letaknya kira-kira 30 menit selepas pelabuhan Bakauheuni, sungguh merupakan wilayah yang cukup menyeramkan, jalanannya meliuk-liuk ke kanan dan ke kiri, membelah gunung dan perbukitan.
Kemudian, kondisi jalan yang cukup bagus membuat pengemudi cenderung untuk menginjak pedal gas dalam-dalam, enak untuk ngebut, makanya sering terjadi kecelakaan di wilayah ini.
Memang, kalau siang hari kita akan disuguhi pemandangan yang indah, tapi akan beda kalau malam tiba, situasi dan pemandangannya cukup menyeramkan.
Sama juga dengan Andre pada malam itu, sebenarnya dia merasa kalau nyalinya sedikit bergetar ketika melintas jalanan ini, yang pada waktu itu sudah sekitar jam setengah satu malam.
Terus memaksa mata untuk fokus melihat depan, berkonsentrasi mengemudikan kendaraan membelah hutan dan gunung di daerah Lampung Selatan.

Beberapa saat kemudian gerimis hujan tiba-tiba turun, semakin menambah syahdu suasana.

***
Beberapa kali Andre mengusap wajah dengan tangan, itu salah satu cara dia untuk mengusir kantuk.

Air hujan benar-benar membuat jarak pandang semakin pendek, hal inilah yang membuat Andre terpaksa mengemudikan kendaraan jadi gak terlalu cepat.
Sampai akhirnya, ketika sudah hampir jam satu tengah malam, mereka sampai di batas kota Kalianda.
Menurut Andre, kalau sudah sampai kota ini berarti berakhir jalan yang keadaannya cukup menyeramkan tadi, selebihnya kondisi jalan jarang ada yang meliuk-liuk dan tikungan tajam, namun memang tetap saja sepi, karena sudah tengah malam.
“Mas, aku pingin pipis. Kalau ada pom bensin berhenti dulu ya. Sudah gak tahan ini.”

Suara Riska mengagetkan Andre, membuyarkan lamunannya.

“Iya sayang, nanti aku mampir kalau ada pom bensin ya.”
Cukup lega Andre mendengar permintaan dari istrinya, karena sebenarnya dia juga ingin beristirahat sejenak.
Gak lama kemudian, beberapa belas menit dari Kalianda, di kejauhan Andre melihat lampu menyala dengan gambar khas lambang pertamina, pertanda kalau itu adalah pom bensin.

Kemudian Andre bersiap-siap untuk menepi dan memasukinya.
Benar dugaannya, itu adalah pom bensin, pom bensin yang cukup luas dan bersih.

Pom ini juga sudah sangat sepi, hanya beberapa kendaraan kecil saja yang terlihat mengisi bahan bakar.
Di dalam, Andre mengarahkan kendaraan ke tempat paling pojok, dekat dengan pintu keluar, tempat di mana toilet berada.

Tempat di mana toilet berada ini keadaannya sangat gelap, ditambah hujan yang terus saja turun, membuatnya semakin gelap gulita.
“Sayang, bangun, udah di pom bensin nih,” Ucap Andre membangunkan sang istri.

“Di sebelah mana toiletnya mas?” Sambil mengucek-ngucek mata, Riska melihat sekeliling.

“Tuh pintunya, dekat kan.” Jawab Andre sambil menunjuk ke toilet yang letaknya ada di belakang kendaraan mereka.
“Perlu aku antar gak?”Tanya Andre.

“Gak perlu mas, kamu tunggu di mobil aja.” Begitu jawab Riska, kemudian dia keluar dari mobil dan berlari menembus hujan menuju toilet.
Sementara Andre tetap menunggu di dalam mobil.
Andre tahu kebiasaan istrinya, walaupun hanya buang air kecil, biasanya Riska cukup lama melakukannya.

Karena itulah, ketika sudah lima menit riska belum kembali juga, rasa kantuk tiba-tiba datang menyerang Andre, hingga akhirnya gak tahan lagi, lalu dia ketiduran.

***
BRAKK..!!

Suara bantingan pintu belakang mobilnya yang tertutup mengagetkan Andre, dia langsung bangun dari tidurnya.

“Eh, sudah selesai sayang?, maaf aku ketiduran.” Begitu ucap Andre.

“Iya,” Jawab Riska pendek.
Sebelum menjalankan mobilnya, sekilas Andre melirik ke kursi belakang, dia melihat istrinya sudah dalam posisi seperti semula, merebahkan badan dalam posisi tidur.
Hujan masih terus saja turun ketika Andre mulai menjalankan mobil melanjutkan perjalanan, meninggalkan pom bensin.
Sudah jam satu malam, “Satu jam lagi sampai nih,” Begitu ucap Andre dalam hati.

Keadaan sangat sepi, sengaja Andre gak memutar musik sama sekali, dia gak mau tidur istrinya jadi terganggu.

Senyapnya sangat dalam, hanya suara rintik hujan dan deru mesin mobil yang terdengar.
Di saat inilah Andre mulai merasakan ada sedikit keanehan..

***
You can follow @BriiStory.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: