THREAD

Potensi penularan SARS-CoV-2 serta potensi parahnya gejala sakit COVID-19 pada perokok.

#COVID19
#COVID19indonesia
#daruratsipil
#JagaJarakJanganBandel
#StayAtHome
#KarantinaWilayah
#CoronaJancok
Thread ini dibuat karena kekhawatiran penulis akan death rate Covid 19 di indonesia yg tinggi. Penulis, secara umum mengetahui bahwa penyakit bawaan dan usia memperparah kondisi Covid 19. Namun setelah penulis membaca lebih lanjut, terdapat kondisi lain yang bisa memperparah -c-
-L-
Covid-19, hal yang memperparah kondisi Covid-19 tsb penulis pertimbangkan perlu di share, dikarenakan banyak penduduk indonesia melakukan hal tersebut.
Sehingga perlu dilakukan peringatan untuk setidaknya mengurangi kalau bisa berhenti dulu dari kegiatan tsb, yaitu Merokok.
Penulis mengangkat isu ini berdasarkan penelitian ilmiah yang mengenai epidemiologi Covid-19, serta penelitian sel-molekular mengapa merokok bisa memperparah Covid-19.
Semua yang ditulis berdasarkan kajian jurnal ilmiah internasional, yang penulis cantumkan pada akhir thread ini.
Berikut ;
Penelitian pertama dilakukan oleh Zhou dkk (1), beliau mempelajari karakteristik epidemiologi 191 individu yg terinfeksi SARS-CoV-2 dan menunjukkan gejala Covid-19. Dari 191 pasien yang diamati, 137 selamat dan 54 meninggal, diantara mereka yang meninggal 9%adalah perokok -c-
-L-
sedangkan pada pasien selamat, hanya 4% yang perokok. Namun dari penelitian ini tidak didapatkan beda signifikan antara perokok yang meninggal dunia dengan perokok yang selamat.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Zhang dkk (2), menunjukkan karakter klinis dari 140 pasien Covid-19. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang memiliki gejala Covid-19 yang parah 3,4% nya merupakan perokok, dan 6,9% adalah mantan perokok.
Sedangkan pada pasien Covid-19 yang menunjukkan gejala yang tidak parah, 0% (tidak ditemukan) perokok aktif, dan 3,7% merupakan mantan perokok.
Huang dkk (3), juga melakukan penelitian epidemiologi Covid-19 pada 41 pasien, 3 diantaranya adalah perokok aktif, pada penelitian ini tidak ada perokok aktif yang masuk ICU, secara statistik tidak ada beda signifikan meskipun ukuran sampel yang kecil.
Penelitian dengan sampel populasi terbesar dilakukan oleh Guan dkk (4), dari 1099 pasien Covid-19, 173 orang menunjukkan gejala parah dan 926 menunjukkan gejala ringan. Pada pasien dengan gejala parah 16,7% nya merupaka perokok dan 5,2% adalah mantan perokok
Sementara pada pasien dengan gejala ringan, 11,8% adalah perokok aktif dan 1,3% nya adalah mantan perokok. Sedangkan pasien yang masuk ICU, butuh ventilator bahkan meninggal, 25,5% adalah perokok dan 7,6% adalah mantan perokok. Sebaliknya, pada pasien yang tidak menunjukkan -c-
-L-
gejala parah, hanya 11,8% perokok dan 1,6% mantan perokok. Guan dkk⁎, tidak melakukan analisis statistik untuk melihat signifikasi.
Selanjutnya Liu dkk (5), mengidentifikasi 78 orang yang menderita Covid-19. Dari kelompok yang mengalami gejala yang parah 27,3% nya adalah perokok, sedangkan pada pasien gejala ringan hanya 3% yang perokok. Nilai tersebut signifikan secara statistik.
Liu dkk (5) juga melakukan analisis regresi logistik multivariat, lalu menarik kesimpulan bahwa riwayat merokok memperparah kondisi Covid-19.
Constantine dkk (6), mengidentifikasi 5 penelitian sebelumnya (yang penulis sebutkan tadi). Ringkasnya, dari penelitian menunjukkan bahwa perokok dan mantan perokok memiliki persentase kemungkinan menderita Covid-19 yang parah, berpotensi masuk ICU dan membutuhkan ventilator.
Dari data2 tersebut, Constantine (6) menyimpulkan bahwa perokok 1,4 kali lebih berpotensi mengalami gejala Covid-19 yg parah dibandingkan bukan perokok. Dan perokok memiliki kemungkinan 2,4 kali masuk ICU, butuh ventilator, bahkan meninggal, bila dibandingkan yg tidak merokok.
Data data tersebut adalah data sebaran (sensus) kondisi pasien Covid-19 berdasarkan gejala parah/tidak, dan berdasarkan kebiasaan merokok/tidak.

Untuk mekanisme mengenai penyebab merokok meningkatkan potensi terinfeksi SARS-CoV-2 dan menderita Covid-19 banyak yg berpendapat -c-
-L-
yang mungkin teman sekalian tau dan berpikir sama pula, bahwa merokok mengurangi fungsi paru2, merokok juga berpotensi merusak jaringan di paru2. Tentu hal tersebut membuat paru2 lebih rentan terinfeksi virus seperti rhinovirus dan coronavirus (virus keluarga flu/pneumonia)
Namun pada thread ini, penulis akan menampilkan jurnal yang kiranya lebih spesifik mengenai mekanisme merokok dapat meningkatkan rate infeksi SARS-CoV-2 dan menimbulkan gejala Covid-19.
Namun sebelumnya penulis akan mengajak pembaca mengetahui mekanisme SARS-CoV-2 menginfeksi.
Mekanisme SARS-CoV-2 menginfeksi sel ;
Teman teman harus mengetahui, kalau tidak sembarang virus bisa menginfeksi sel manusia, hanya virus yang memiliki kecocokan dengan sel manusia yang dapat menginfeksi.

Maka banyak virus di alam (seperti virus tumbuhan) tidak bisa menginfeksi manusia, karena tidak cocok.
Terdapat mekanisme seperti Kunci dan Gembok, dalam proses infeksi virus ke dalam sel. Ibarat sel adalah ruang yang tergembok, maka virus butuh kunci yang tepat untuk bisa masuk dan menginfeksi sel.
Kunci dan Gembok yang tidak cocok menyebabkan virus tidak dapat menginfeksi.
Kunci pada virus disebut Spike Protein.

Sedangkan Gembok pada sel yang akan diinfeksi disebut Protein Reseptor.
Jarum biru pada virus di gambar merupakan spike protein (kunci), sedangkan yang seperti tangan berwarna hijau di permukaan sel adalah resepto (gembok). Sedangkan jarum berwarna ungu adalah protein aktivator (dibahas lain kali).
Tanpa adanya kecocokan spike protein pada virus dengan reseptor pada sel, maka virus tidak akan bisa menginfeksi sel.

Namun, SARS-CoV-2 memiliki spike protein yang cocok dengan reseptor sel manusia. Reseptor sel manusia tersebut bernama ACE2 (Angiotensin Converting Enzim 2)
Reseptor sel kita (manusia), cocok dengan protein spike SARS-CoV-2, sehingga si virus bisa menginfeksi sel kita.

Logikanya, semakin banyak reseptor ACE2 pada sel kita, maka semakin mudah kita terinfeksi SARS-CoV-2. Karena SARS-CoV-2 jadi lebih mudah menginfeksi sel
Nah sekarang, bagaimana hubungannya antara merokok dengan meningkatnya potensi infeksi SARS-CoV-2. Akan penulis jelaskan menyangkut keberadaan reseptor ACE2 pada perokok.
Korelasi merokok dengan terinfeksi SARS-CoV-2 serta parahnya gejala Covid-19;
Samuel James Brake (7), dalam penelitiannya, menemukan bahwa merokok dapat meningkatkan jumlah reseptor ACE2 pada paru-paru.

Jumlah reseptor ACE2 yang meningkat ini, menyebabkan orang dengan riwayat merokok lebih rentan terinfeksi SARS-CoV-2, dan lebih berpotensi -c-
-L-
mengembangkan sakit Covid-19 menjadi lebih parah. (Karena lebih banyak sel yg terinfeksi SARS-CoV-2, sehingga lebih banyak sel yang rusak)

Merokok » ACE2 meningkat » SARS-CoV-2 lebih banyak menempel » sel terinfeksi lebih banyak » sel rusak banyak » kondisi Covid-19 parah.
Berikut adalah perbandingan paru2 manusia.
Pada jaringan paru2 tersebut, warna kuning adalah warna reseptor ACE2
Gambar paling atas (COPD) A dan B, adalah jaringan paru pada penderita COPD, kerusakan/komplikasi paru yang umumnya terjadi pada perokok.

Gambar tengah (NL), adalah jaringan paru perokok yang belum terjadi kerusakan.

Gambar bawah (NC) adalah kontrol, atau jaringan paru normal.
Detail gambar pada perokok yang sudah mengalami kerusakan paru, tampak banyak sekali reseptor ACE2 (kuning) yang terwarnai.
A. Positif pewarnaan ACE2 pada epitelium dan silia.
B. Pneumocyte (panah merah) banyak ACE2, Macrophages (panah hitam) positif ACE2.
Gambar paru-paru perokok yang belum terjadi kerusakan. Tetap ada warna kuning (jumlah ACE 2 terwarnai banyak, tapi lebih sedikit dibanding pasien COPD).
Memiliki corak warna yang sama seperti COPD, namun lebih sedikit.
Gambar Normal Control, paru paru normal.
Corak warna berbeda dengan gambar sebelumnya.
Tidak terlihat jelas corak kuning (ACE2 terwarnai).
Sel tetap memiliki reseptor ACE2 dan masih berpotensi terinfeksi SARS-CoV-2, namun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan perokok.
Saya tampilkan kembali perbandingannya.

Secara mudah, semakin banyak corak kuning, maka semakin berpotensi terinfeksi SARS-CoV-2.

Atas : paru2 perokok yang sudah terjadi kerusakan

Tengah: paru2 perokok yang tidak mengalami kerusakan

Bawah: paru2 normal
Lalu, apa hubungannya antara lebih mudah terinfeksi SARS-CoV-2 dengan lebih parah menderita Covid-19.

Tentunya, semakin banyak sel yang terinfeksi SARS-CoV-2 maka semakin banyak yang rusak, dan semakin parah juga Covid-19 yang diderita.
Karena beberapa riset diatas, organisasi negara lain sebagai contoh, di amerika, mengajukan banned produk rokok dan vape ketika wabah ini terjadi.

Beritanya seperti yang dikutip di thread mas ini. https://twitter.com/Mentimoen/status/1242845692109959168?s=19
Penulis pribadi tidak mengajukan banned (emang siapa gue đŸ€Ł).
Tapi menyarankan pada teman teman sekalian pribadi baik keluarganya yg masih aktif merokok, segera sebisa mungkin coba kurangi dulu, lebih bagus lagi puasa merokok. Aku bukannya benci perokok, justru aku sangat peduli.
Indonesia adalah negara yang death ratenya bertengger di 8%. Sangat besar dibanding negara lain.
Memang butuh penelitian mendalam penyebab death rate besar ini.
Namun kita semua sudah tau bahwa merokok meningkatkan rate infeksi dan sakit.
Dan 60% laki laki di indonesia merokok.
Sekian saja dari saya, teman2 sudah tau resikonya, saya pikir teman2 juga sudah tahu apa yang harus dilakukan.

Baca, pahami, share, beri peringatan teman terdekat akan resikonya.
Semoga dengan kesadaran dan saling berbaginya kita, death rate Covid-19 indonesia bisa ditekan.
Terima kasih buat orang-orang yang sudah memotivasi dan mendukung saya membuat thread ini.
Makasih buat temen2 kost yang sudah bikinin nasi pas aku bikin thread ini.
Makasih buat warga Pogung yang sudah me-lockdown saya dkk di labirin, sehingga aman.

Semoga indonesia sembuh.
Daftar literasi;
Zhou F, Yu T, Du R, et al. Clinical course and risk factors for mortality of adult inpatients with COVID-19 in Wuhan, China: a retrospective cohort study. Lancet. 2020
Zhang JJ, Dong X, Cao YY, et al. Clinical characteristics of 140 patients infected by SARS-CoV-2 in Wuhan, China. Allergy. 2020
Huang C, Wang Y, Li X, et al. Clinical features of patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. Lancet. 2020
Guan WJ, Ni ZY, Hu Y, et al. Clinical characteristics of coronavirus disease 2019 in China. N Engl J Med. 2020
Liu W, Tao ZW, Lei W, et al. Analysis of factors associated with disease outcomes in hospitalised patients with 2019 novel coronavirus disease. Chin Med J. 2020
Samuel James Brake, Kathryn Barnsley, Wenying Lu, Kielan Darcy McAlinden,
Mathew Suji Eapen and Sukhwinder Singh Sohal; Smoking Upregulates Angiotensin-Converting
Enzyme-2 Receptor: A Potential Adhesion Site for
Novel Coronavirus SARS-CoV-2 (Covid-19);J. Clin. Med. 2020, 9, 841
Makasih juga saya ucapkan buat @yuugisans_ karena udah bantu nyebarin info via base.
Juga makasih buat @weedsciety sudah ikut ramein dari yang desinfektan sama ini.
You can follow @overXhausted.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: