A Tread Horror
#samamburatbangbangwetan

-PAGEBLUK-

Base on true story
@bacahorror #bacahorror #ceritah

"Ngalemo, Depe-depe o, chdke o, Gustine Murah Tur Rahman Rakhim "
(Bermanjalah, .......,mendekatlah, Tuhan Maha Pemurah dan Rahman Rakhim )
Bismillah....
"Jopa japu tai ngasu, kabeh sing olo minggato minggato minggato !!!
Aku menulis ini dengan gemetaran dan mataku ngrembeng gur ngeteni ceblok banyu motoku.

Aku masih kecil dan almarhum kakek masih hidup. Belaiu pernah cerita bahwa zaman dulu pernah ada PAGEBLUK, isuk loro bengi mati, bengi loro isuk mati. zaman mbiyen rung enek
(grembeng=berkaca kaca. gur ngeteni ceblok banyu moto =hanya menunggu jatuh airmatanya
isuk loro bengi mati, bengi loro isuk mati =pagi sakit malem mati, malem sakit sore mati )
dokter, rung enek para medis apalagi obat obatan, eneke tabib, itupun jauh dan karena dusun kami tidak terjangkau maka kami hanya mampu berserah kepada KuasaNya Yang Maha Kuasa. Dan "wong mbiyen kui isone gur niteni", dan almarhum kakek adalah salah satu orang yang "niteni"
(zaman biyen rung enek dokter =zaman dulu belum ada dokter. eneke =adanya
wong mbiyen kui isone gur niteni = orang zaamn dulu itu bisanya cuma memperhatikan, meneliti
niteni=memperhatikan, meneliti )
Almarhum kakek bilang yang rajin sembahyang terhindar dari PAGEBLUK itu dan survive sampai "Pagebluknya minggat"
karena katanya yang nggak sembahyang itu gampang diukur sama PAGEBLUK. Jare mbahe PAGEBLUK itu terus muter sambil bawa ukuran/meteran jadi kenar ukur pasti mati.
(pegebluk minggat=wabah lari )
tapi yang sembahyang PAGEBLUK nay bingung ngukurnya. Wis diukur tiba tiba rukuk, rung mari lek ngukur tiba tiba i'tidal, belum selesai ngukur lagi tiba tiba sujud. maalh pas sujud iki tamabh bingung ngukure (disini kami psti tertawa terbahak bahak mentertawakan
PAGEBLUK. "kapok klejigan ra iso ngukur ha ha ha.." celetuk Tampah. dan kami semua tertawa ngakak. Dan kulihat kakekku tersemyum bijaksana penuh kedamaian melihat cucu cunya tertawa riang.
(kapok=syukurin. klejingan= malu sendiri. rai so ngukur =nggak bisa ngukur)
Kami memang ngeriung (memutari ) kakek. Kami sangat banyak karena almarhum kakek dan nenek punya sepuluh anak. Dan kami cucu cucunya selalu berkumpul di kediaman kakek pada hari minggu. Kami akan diantar oleh orang tua kami ke kediaman kakek di hari sabtu malam minggu.
Selain halamannya yang luas, kami selalu rindu dengan dongeng dongeng kakek.

Halaman yang luas dan teduh hingga kami bebas bermain apapun yang kami mau. Para anak laki laki bermain dampar sedang para anak perempaun bermain sudamanda.
Atau bersama sama akmi main petak
umpet dan jamuran.

Atau kadang kami bermain kasti. Zaman itu Kasti lebih famous dari permainan apapun di zamannya. Karena kasti adalah permainan yang memerlukan beberapa keahlain. Keahlian berlari, keahlian membidik lawan dengan bola dan keahlian melempar bola sejauh jauhnya.
Kami juga rindu masakan nenek. Masakan nenek selalu enak. Selain masakan nenek memang enak karena kami makan bersama jadi terasa lebih enak.

Yang paling kami rindukan adalah malam senin setelah jam'ah shalat isya' kami bisa menympaikan keinginan kami dan minta sangu (uang jajan)
kepada kakek
Kakek akan memberi kami satu pertanyaan seputar dongeng yang kakek ceritakan atau seputar pelajaran mengaji yang sudah kami pelajari selama dua hari selama kami tinggal bersama kakek. Beliau juga meminta kami untuk menghafal salah satu surat pendek. Siapa yang bisa menjawab
pertanyaan kakek duluan atau siapa yang bisa mengahapal surat pendek duluan akan dapat giliran mengajuakn permintaan terlebih dahulu.

Ada hal yang tidak pernah bisa dinalar dari kakek yaitu dari bawah sajadahnya akan selalu ada barang barang yang kami minta
mulai dari makanan, mainan, buku, pencil, pen, penggaris, buku gambar, tas, jepit rambut, karet gelang, termasuk uang.
Jadi apapun yang kami minta beliau akan memganbilnya dari bawah sajadah tempatnya bersila. Tapi begitu kakek berdiri dan sajadah itu diangkat dan dikibaskan tidak ada apa apa dibawah sajadah. Adanya cuma lantai.
Pernah suatu kali salah satu sepupu kami yang bernama Anajani karena rasa penasarannya dia berusaha menyingkap sajadah kakek yang sudah digelar dipengimaman tapi ternyata dia tidak pernah bisa melakukannya. Sajadah itu sangat berat dan seperti menempel dengan lantai
hingga dia tertangkapbasah oelh kakek.

Kakek menjewer kupingnya sambil tersenyum simplu. Lalu beliau berkata "sesuk sesuk rapareng dibaleni, lek wani mbaleni bakal kuwalat. Lek pingin weruh kudune takon langsung. Simbah opo tau ra nguwei penjalukmu ? "
Anjani nyengir dan memita
maaf dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatannya.
(besok besok tidak boleh diulangi, kalau berani mengulang akan "kuwalat"=dapat hukuman/musibah yang tidak disangka sangka. Kalau pingin tau harusnya bertanya langsung. Simbah apa pernah tidak memenuhi permintaanmu ?)
Sebagai hukuman malem senin hari itu kami tidak dapat mengajukan permohonan dan kami juga tidak dapat uang saku seperti biasanya. Tapi waktu itu kakek "nyuwuk" kami satu persatu
(nyuwuk=meniup ubun ubun dengan do'a)
Itu kebiasaan kakek jika salah satu berbuat salah maka kami akan dapat hukuman sama rata.
Ada hal lain lagi yang tidak pernah bisa kami nalar. Mushala dan rumah kakek selalu bersih seperti ada banyak orang orang yang membantu membersihkannya. "Jeding" seluas 1,5 M kali 3 meter juga selalu penuh terisi air. Padaha kami jarang sekali melihat kakek nimba.
Dan kami cucu cucunya juga tidak pernah nimba karena "senggot"nya berat.
(senggot=alat traditional yang dipakai buat nimba air dari sumur yang terbuat dari bambu. Bentuknya seperti jot jit /ayunan yang di ujung satunnya dikasih benda berat dan ujung satunya yang berada tepat
diatas sumur dikasih timba, timbapun zaman dulu buatan kakek sendiri dari kayu. Poros tengahnya ditempelkan di pohon kapuk dengan menggunakan baut, bautnya terbuat dari kayu dan diikat dengan "pring tali"/bambu ikat.yang entah bagaimana ceritanya pohon kapuk itu bisa berada
didekat sumur dan besar sekali sehingga bisa menopang senggot. )
Padaha kami jarang sekali melihat kakek nimba. Kakek hanya nimba waktu beliau mau berwudhu atau mandi, itupun air hasil beliau nimba dimasukkan ke "padasan" bukan ke "jeding".
(padasan=sebauh benda traditional yang dibuat khusus untuk menampung air untuk berwudhu yang di salah satu sisnya dilubangi dan air keluar dari situ utk berwudhu, ada yang terbaut dari gentong/kendi besar atau dari Pring Ori /bambu besar yang sebelum dibersihkan banyak durinya.
jeding=bak mandi)

Sedang di rumah besar ini cuma ada kakkek dan nenek. Ya kecuali hari sabtu saat akmi cucu cucunya pada datang. Kamipun hanya membantu sejedarnya. Maklum kami masih anak anak. Yang kami pikirkan cuma main saja.
Bahkan dinding rumah, mushola dan pagar halaman tiba tiba nglabur sendiri, tiba tiba sudah putih seperti sehabis di labur.
(nglabur=ngecat pakai gamping/cara kuno
di labur=dicat pakai gamping)
Yang paling membuat kami heran sekaligus ngeri saat suatu ketika di musim panas, Air sumur tiba tiba "Sat gletek" tidak ada setetes airpun yang tersisa.
kami semua panik, tapi kakek tenang tenang saja.
(sat gletek=kering kerontang )
"Yo kono do wudhu, ados karo umbah umbah ning kali S*t*il. Perkoro raenek sing diumbe utowo raenek sing dinggo masak yo poso'o kabeh, ngempeto !"
(sana kalau wudhu, mandi dan nyuci di kali S*ta*il. kalau masalah nggak ada baut minum atau buat masak ya berpuasalah,
ngemepeto = silakan menahan diri )
Kami benar benar puasa hari itu dan entah dari mana sorenya pas magreeb kakek membawakan kami berkat "sepikul" penuh sesak ""sego berkat" dan sebumbung air minum. Kami yang memang benar benar puasa hari itu. dan dengan suka cita kami berbuka bersama dan lagi lagi
kakek membuat kami kagum sekaligus heran. Air sebumbung yang dibawa kakek seolah tidak pernah habis. Walau diminum oleh semua cucunya, air itu tetap saja masih ada. Walau saat kami intip isi bumbung itu terlihat hanya tinggal sedikit airnya.
Sepuas puasnya kami minum tetap saja
airnya masih ada. Saat kami tanya kakek bilang "kui jenenge barokah, masio sitik panggah cukup"
(itu namanya barokah meski sedikit tapi cukup )
(pikulan=alat traditional yang dipakai untuk mengangkut barang denagn ditaruk di pundak,terbaut dari bambu yang di kedua sisinya
depan & belakang dikasih wadah berbentuk disilang. Juga terbuat dari bambu. biasanya dipakai juga utk ngangkut rumput dan hasil panen)
(sego berkat=nasi yang didapat dari kenduri)
(bumbung=tempat air yang terbuat dari bambu biasanya ada talinya dan talinya juga dari
bambu. umumnya di tempat kami dipakai untuk deres.
deres=mengambil nira dari pohon kelapa)

selesai kami berbuka kami berjama'ah shalat maghreeb. Kami semua riang karena kakek juga membawakan bumbung lain untuk berwudhu jadi kami nggak perlu jauh jauh pergi ke kali/sungai untuk
berwudhu.
Letak kali dari kediaman kakek memang agak jauh, sekitar dua kilo. Zaman dulu belum ada motor di tempat kami. Sepeda juga cuma "sepeda unto" itupun cuma satu punya kakek hingga kami harus berjalan kaki.
(sepeda unto= sepeda kuno yang bentuknya besar tapi sangat kuat
yang bentuknya panjang dan tinggi seperti unta. zaman dulu punya sepeda unto juga sudah sama dengan punya mobil)
Sehabis shalat isya' kakek mengumpulkan kami semua, kakek bilang nenek mau mendongeng. "hah ?" kami semua terkejut. Tidak biasanya nenek mendongeng bahkan ini untuk pertama kalinya nenek mendongeng. Biasanya nenek hanya bersama kami ikut mendengarkan kakek mendongeng untuk kami.
Tapi kami tetap antusias.

Nenek tampak canggung kami menunggu dengan tidak sabar.
Akhirnya nenek memulai ceritanya juga.
"Bismillah..." mbah putri memulai
"Piro piro lupute mbah putri njauk ngapuro " sebelum nenek melanjutkan kalimatnya, kulihat titik airmata
jatuh disudut matanya.
(jika nenek punya salah nenek minta maaf)

Kalimat ini biasanya hanya dipakai jika kami ingin mengutarakan sesuatu hal yang penting )

Dan benar saja berikutnya nenek bilang sebetulnya nenek bukan mau mendongeng tapi lebih kepada permohonan ma'af
karena neneklah penyebab dari semua kekacauan hari ini hingga kami semua harus puasa dan harua ke sungai hanya untuk berwudhu atau mandi. Kami senang sih sebetulnya diperbolehkan ke sungai. Kami bisa berenang di "kedung"
Kami kan jarang jarang diijinkan ke sungai.
(kedung=bagian terdalam dan landai dari sungai jadi aman untuk berenang karena tidak beriak, dan arusnya kecil)
nenek bilang bahwa karena kesalahan nenek sumurnya sat gletek, karena itu nenek memohon maaf kepada kami semua.

Seperti biasa jika musim kemarau sumur kami/ sumur di kediaman kakek dipakai buat ngusi, karena umumnya sumur para tetangga sekitar sudah kering dan sumur kami masih
"megung" (penuh airnya )

Nenek "ngruweng" (mengeluh sambil terus ngomel ngomel). Katanya para tetangga ngrepotin aja, bikin becek lah, bikin halaman kotor lah, bla bla bal.

Kakek berkali kali mengingatkan tapi ngak digubris oleh nenek
"wong urip kui kudune duwe tepo sliro, njajal tepakno awakmu dewe saumpomo lek karo Pengeran awakmu sing diparingi ra duwe banyu terus awakmu sing ngusi, terus awakmu krungu sing duwe oamh ngruweng njajal piye perasanmu ? "

(rang hidup harusnya memiliki "tepo sliro"
coba kau tempatkan di dirimu sendiri seandainya oleh Tuhan menempatkan pada posisi mereka tidak punya air dan harus ngambil air dirumah tentangga, kamu mendengar yang punya rumah nggak rela dan terus ngomel ngomel karena airnya ku ambil )
"tepo sliro" dimaknai sebagai kemapuan
untuk ikut merasakan rasa/kesusahan orang lain
nenek buaknnya sumeleh di nasehati kakek malah tambah mencak mencak adn nantangin "ra duwe abnyu yo peneran "
(nggak punya air ya syukur)

Dan begitu nenek menyelesaikan kalimatnya air di daalm sumur langsung sat gletek.
Banyuwangi 1960.

Masih dari cerita kakek tentang "PAGEBLUK".

Kakek nampak terdiam sebelum memulai ceritanya malam ini.
Nampak menghela nafas panjang. Dan nampak sedikit ragu untuk memulai ceritanya
"jane mbah kung abot arep crito iki, tapi awakmu kabeh saiki wis mulai gede, wis
kudu iso mbedakne endi sing olo endi sing bener. Endi sing penting tur endi sing ra penting. Opo sing are tak critakne iki mbesok mbesok kenek digawe sangu urip. Ilingo Pengeran kui Welas Asih, Awakmu kabeh ngalemo, depe depe o, nyedek o marang Pengeran menowo sak wayah wayah
ngadepi masalah sing pelik "
Sampai disini dulu. Dan mohon maaf hari ini saya nulis tanpa basa basi, bahkan tidak kulo nuwun/ uluk salam. Saya benar benar carut marut dengan keadaan. Ada yang mengusik dan menimbulkan pertanyaan besar kenapa border masih dibuka, kenapa turis masih bebas masuk ke negri kita
sedang kita ini tidak memiliki tameng apapun tidak juga vaksin untuk Pagebluk yang sedang terjadi.

Dan ide itu keluar begitu saja dan jari jari saya seperti biasa menjadi ujung tombak dari kecamuk hati dan pikiran saya.

Met rehat. kita akan selesaikan cerita ini besok.
Seperti image yang sengaja saya pasang cerita ini hanya Khasanah, khasanah kekayaan jawa dan indonesia yang mulai dilupakan dan hilang.

309 ? seperti pidatonya sang maestro Emha Ainun Najib bahwa Allah pernah menyembunyikan Syehfull Kahfi di dalam Gua Kahfi 309 thn.
menandakan betapa gentingnya situasi yang sedang kita hadapi.

Please everyone keeping on pray and stay save.

LOVE U...

(dengan hati yang masih carut marut)
Bismillah....
Good morning every one. I don't believe that i'm in front my computer by this time. Is was many thing on my mind. And really really bothering me. I'm not able to sleep the hold night.
I has been tried really hard. Anyway let begin !
04.58
(sesungguhnya mbah kung berat menceritakan ini, tapi kalian semua sudah mulai besar. Sudah harus tau mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang penting dan mana yang tidak. Apa yang akan aku ceritakan dikemudian hari bisa kalian pakai sebagai pegangan hidup.
Ingatlah Tuhan itu Rhaman Rakhim. Kalian semua bermanjalah, depe depe o ( saya tetap tidak menemukan kata yang tepat untuk mengartikannya. Mungkin ada yang bisa bantu ?), mendekatlah kepada Tuhan ketika suatu saat kau menghadai masalah yang pelik.)
Kami semua terdiam. Seolah kami semua terhipnotis oleh keseriusan mbah kung.

"Mugo mugo kabeh sing ninggal amargo Pagebluk ninggal kanthi iman balik maring ngarsani Gusti " mbah kung memulai kalimatnya
(Semoga yang meninggal karena Pagebluk meninggak dengan iman dan pulang ke
keharibaanNya)

" Amiiin..." hampir berbarengan kami semua meng amini.
"nopo wonten inkang wangsul mboten dateng Ngasanipun Gusti mbah kung ? " Tampah mengajukan pertanyaan yang sebagian dari kami pada waktu itu belum paham apa maksudnya. Termasuk diriku !
(Apa ada yang pulang tidak ke haribaanNya mbah kung ?)
"yo ono ! Akeh malah." (Ya ada ! banyak malah )

"maksutipun pripun mbah kung " Anjani bertanya. Dan ini untuk pertama kalinya aku melihat Anjani serius dan tidak ngocol.
(maksudnya bagaimana mbah kung )
"Yo pas wis dilebokne ning kuburan terus diudari tali poconge tibane dudu mayit nanging debok " Disini aku benar benar merinding dan aku yakin semua yang ada di mushala juga merasakan hal yang sama. wajah mereka tampak tegang bahkan ada yang langsung pucat pasi
mendengarkan mbah kung menyebut tali pocong.
(ya pas di masukkan ke liang lahat dan dilepas tali pocongnya
ternyata bukan jasat tapi kedebok pisang )
" lajeng mayitipun ical dateng pundi mbah kung ? " lagi lagi Tampah mengajukan pertanyaan yang sama sekali nggak terpikirkan olehku.
(terus mayatnya hilang kemana mbah kung )

" kalap !"

mendengar kata kalap kami semua terdiam. mulut kami seperti dikunci
rapat rapat !

Hati kami tercabik cabik oleh kengerian yang tak tergambarkan.

Kalap adalah kata kata yang paling ditakuti oleh siapapun di dusun kami. Dari mulai anak anak sampai orang tua mengetahui dengan benar apa arti kata kata tersebut.
kami dilarang keluar rumah pada saat surup.

begitu surup datang kami semua sudah harus di dalam rumah, pintu rumah dan jendela sudah harus ditutup rapat rapat.

karena kami percaya bahwa surup adalah masa peralihan, saat paling riskan. bangsa lelembut baru saja
terbangun dan memulai aktifitasnya. bisa saja mereka kesasar ke alam kami atau sebaliknya.

(Kalap adalah hilang dibawa lelembut atau kesasar ke dunia mereka.)
kami masih terdiam untuk beberapa lama dan sibuk dengan pikiran masing masing. hingga akhirnya suwara mbah kung menyadarkan kami semua.

"wis rasah sumelang, roso sumelang tur wedi kui sakjane ngono gur ning jero ati. Lek atine tatag yo rapopo. kabeh ki kuncine ko ati "
( sudah tidak usah khawatir, rasa khawatir dan takut itu sesungguhnya hanya dari dalam hati, jika hatinya kuat ya nggak akan ada apa apa. semua kuncinya dari hati )

"kersanipun saget tatag pripun mbah kung ? " anjani kemabli nyeletuk. dan aku benar benar tidak melihat anjani
yang biasanya. hari ini seperti anjani yang berbeda yang ada di hadapan kami.

(supaya bisa tatag bagaimana caranya mbah kung ? )

" kudune cedhak marang Pengeran, tansah eling marang ngarsani Gusti."
(ya harus dekat dekat Tuhan, selalu ingat kepada Yang Maha Kuasa )
You can follow @nasura2101.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: