Pagi ini tengah berlangsung sidang terbuka penganugerahan gelar kehormatan kepada Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dari @itbofficial
Bagi Sahabat yang tidak berkesempatan menyaksikan langsung, berikut mimin bagikan cuplikan orasi ilmiah yang disampaikan Pak Bas, dengan judul "Mengejar Ketertinggalan Infrastruktur Sumber Daya Air, Meningkatkan Daya Saing Bangsa"
Indonesia memiliki kekayaan sumber daya air terbesar kelima di dunia. Hasil perhitungan terbaru oleh Kementerian PUPR menunjukkan bahwa ketersediaan air permukaan rata-rata tahunan Indonesia adalah sebesar 2,78 triliun m3/tahun tersebar di 128 Wilayah Sungai Indonesia.
Potensi air tanah pada Cekungan Air Tanah (CAT) di Indonesia juga cukup besar. Jumlah CAT terdata sebanyak 421 buah, dengan potensi lebih dari 500 Milyar m3/tahun dengan luas total 907 ribu Km (atau 47,2% dari luas daratan).
Pada tanggal 15 Oktober 2019, RUU Sumber Daya Air ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia dan ditetapkan sebagai UU No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air yang baru.
Kehadiran undang-undang tersebut bertujuan agar sumber daya air kita dapat lestari keberadaaannya, dapat digunakan secara optimum dan berkelanjutan, serta dapat dikendalikan daya rusak yang terkandung didalamnya.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, sejumlah tantangan harus bisa kita atasi bersama. Sebagai contoh untuk ketersediaan air permukaan.
Ketersediaan air per-kapita antar kepulauan Indonesia sangat bervariasi. Pulau Kalimantan, Papua dan Sumatera mempunyai ±82% dari seluruh air permukaan di Indonesia, sedangkan Pulau Jawa hanya memiliki air permukaan 6,3%.
Padahal, lebih dari setengah total penduduk Indonesia yang tinggal di Pulau Jawa. Akibatnya, penduduk di Jawa mendapatkan air sekitar 1.700 m3/tahun/kapita, atau sekitar 10% dari rata-rata ketersediaan air per-kapita di Indonesia.
Karenanya, pemerataan pembangunan di luar Jawa yang dapat memicu dan memperbaiki distribusi penyebaran penduduk Indonesia sangat mendesak untuk terus dilakukan.
Tingkat ketahanan air yang rendah juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat, seperti stunting dan wabah diare.
Presiden Joko Widodo memberi target untuk menurunkan angka stunting menjadi 14% dalam lima tahun ke depan. Target ini akan sangat sulit dicapai tanpa peningkatan ketahanan air melalui penyediaan air bersih dan sanitasi.
Salah satu tantangan kita adalah peningkatan kapasitas tampung. Pada periode tahun 1900 – 2014, jumlah bendungan yang ada di Indonesia sejumlah 231 bendungan. Lebih dari 72% bendungan yang terbangun tersebut saat ini sudah berusia lebih dari 20 tahun.
Seiring dengan bertambahnya waktu, kapasitas tampung bendungan berkurang akibat sedimentasi. Laju pengurangan kapasitas tampungan bendungan rata-rata yang terjadi di Indonesia adalah sekitar 1,28% per tahun.
Dengan laju sedimentasi tersebut, maka tanpa rekayasa teknik pemeliharaan, diperkirakan volume tampungan aktif yang tersisa berdasarkan umur bendungan yang ada hanya sekitar 53%.
Penampung air lain adalah danau, di mana terdapat 160 danau yang tersebar di 7 kepulauan besar Indonesia. Tidak kalah penting juga fungsi embung-embung, yang saat ini berjumlah 1.613 dan tersebar di seluruh Indonesia
Selain perlunya peningkatkan kapasitas tampung, Kondisi dan fungsi prasarana irigasi permukaan juga masih belum optimal.
Berdasarkan data tahun 2014, 49% jaringan irigasi yang kita miliki berusia di atas 50 tahun dan 45% atau sekitar 3,2 juta Ha jaringan irigasi dalam kondisi rusak.
Untuk itu, Kementerian PUPR terus melaksanakan berbagai program pembangunan dan revitalisasi wadah air berupa bendungan, waduk dan embung, serta melakukan revitalisasi danau dan situ.
Pada periode tahun 2015-2019, Kementerian PUPR menargetkan pembangunan 65 bendungan dengan capaian 16 bendungan telah rampung dan 45 bendungan dalam penyelesaian.
Penambahan bendungan ini akan menaikkan kapasitas tampungan dari 12,46 milyar m3/tahun menjadi 16,27 milyar m3/tahun.
Hal ini tentu akan berdampak kepada peningkatan kuantitas dan kualitas layanan bendungan, meliputi layanan irigasi, layanan air baku, dan energi listrik.
Infrastruktur sumber daya air lainnya yakni telah dibangun sebanyak 1.212 embung, pembangunan jaringan irigasi seluas 1 juta Ha dan rehabilitasi jaringan irigasi seluas 3 juta Ha, 330 buah pengendali sedimen dan lahar, pengendali banjir dan pengamanan pantai sepanjang 1.485 Km.
Peningkatan kapasitas tampungan danau juga dilakukan dengan merevitalisasi 15 danau yang menjadi prioritas diantaranya Danau Toba, Rawa Pening, Limboto, dan Tondano.
Lima tahun ke depan, di bidang sumber daya air, @kemenpu menargetkan penyelesaian 45 bendungan on going & pembangunan 15 bendungan baru, 1000 embung, 500 ribu Ha jaringan irigasi baru, rehabilitasi jaringan irigasi 2,5 juta Ha, dan 2.100 Km pengendali banjir & pengaman pantai.
Dalam pengelolaan sumber daya air, saat ini Indonesia telah menerapkan Integrated Water Resources Management (IWRM).
Penggabungan antara penerapan IWRM dan penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) akan menghasilkan kualitas pengelolaan sumber daya air ke tahapan kualitas pengelolaan yg lebih tinggi, yang dikenal sebagai Pengelolaan Cerdas Sumber Daya Air/Smart Water Management (SWM)
SWM memungkinkan kita menyediakan data real-time otomatik kondisi sumber daya air dan lingkungan, serta prakiraan kondisi cuaca dan iklim untuk digunakan dalam menyelesaikan tantangan-tantangan terkait pengelolaan sumber daya air.
SWM memungkinkan pemerintah, industri, pemerhati dan pengguna mengintegrasikan prinsip-prinsip IWRM ke dalam strategi perkotaan, regional, dan nasional.
Potensi penerapan SWM dalam pengelolaan sumber daya air sangat luas, antara lain mencakup pengelolaan kuantitas, kualitas, efisiensi penggunaan air irigasi, pemantauan keamanan infrastruktur sumber daya air, penanganan resiko bencana alam terkait air, dan kekeringan.
Langkah menuju SWM di Indonesia saat ini sudah mulai dirintis, salah satunya melalui kerjasama dengan @infoBMKG dalam penerapan Flood Early Warning System dan Drought Early Warning System
Penerapan lain adalah dalam pemantauan ketersediaan dan kualitas air di waduk, danau, embung dan sungai, serta keamanan bendungan-bendungan melalui program Dam Operational and Improvement Safety Project
SWM juga diterapkan untuk mengumpulkan dan menganalisis kebutuhan air secara real-time dari berbagai kelompok pengguna air dan dari berbagai wilayah/tempat melalui program Modernisasi Pengelolaan Irigasi
Penerapan SWM memungkinkan kita dengan lebih berkualitas mengintegrasikan pengelolaan seluruh potensi wilayah sungai dan menjaga kelestarian lingkungan.
Tantangan berikutnya adalah bagaimana memastikan bahwa konsep IWRM, SWM dan target-target yang telah ditetapkan diatas, dapat dicapai sesuai dengan waktu dan sumber daya yang tersedia. Untuk hal tersebut, Kementerian PUPR menerapkan 5 strategi pokok berikut.
Strategi pertama, penyusunan program-program kegiatan yang tersistem dengan baik dan fokus. Tersistem yang dimaksud tidak hanya terkait siklus pembangunan, namun juga memastikan semua infrastruktur yang dibangun berfungsi dengan baik & memberikan outcome yang dirancang.
Strategi kedua, pengambilan keputusan yang cepat dan berani mengambil risiko, misalnya seperti pengambilan keputusan pembangunan Banjir Kanal Timur atau pembangunan terowongan di Curug Jompong. Demikian pula dengan keputusan pembangunan 7 bendungan di NTT.
Strategi ketiga adalah pelaksanaan yang didukung oleh Team Work yang solid dan irama kerja Rock and Roll. Memperhatikan tugas yang kami emban cukup penuh tantangan, maka Kementerian PUPR harus mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki oleh bangsa ini.
Strategi keempat adalah pengawasan yang detail dan konsisten. Walaupun setiap kegiatan melibatkan Konsultan Pengawas, pengawasan internal thdp kemajuan pekerjaan, kesesuaian desain dan penyelesaian permasalahan tetap harus dilakukan oleh Menteri hingga Pejabat Pembuat Komitmen
Strategi kelima, adalah memastikan dan menjamin infrastruktur yang dibangun di Indonesia didesain, dibangun, dioperasikan dan dipelihara sesuai standar-standar yang berlaku.
Perlu kita sadari bersama, saat membangun infrastruktur antara lain bendungan, pada saat yang sama kita juga menginvestasikan potensi resiko kebencanaan yang harus diminimalkan dan dikelola dengan baik.
Untuk menjamin bahwa resiko dan keamanan bendungan telah diperhitungkan dan didesain sesuai dengan kriteria bendungan besar, sebelum tahun 2015, Kementerian PUPR telah memiliki Komisi Keamanan Bendungan Besar
Dengan tujuan yang hampir sama, sejak tahun 2015, Kementerian PUPR telah membentuk antara lain:
-Komisi Keamanan Jembatan Panjang dan Terowongan Jalan
-Komite Keselamatan Konstruksi
-Komite Keselamatan Bangunan Gedung
-Pusat Studi Gempabumi Nasional (PuSGeN)
Ruang untuk penyempurnaan dalam pengelolaan sumber daya air di Indonesia masih terbuka lebar. Diperlukan terobosan-terobosan untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk, pertumbuhan penduduk dan tuntutan peningkatan kesejahteraan masyarakat serta mengejar ketertinggalan.
Sebagai bentuk kebanggaan, tanggungjawab dan etika profesional yang tinggi, dengan kerendahan hati penghargaan yang diberikan ini akan saya jadikan suntikan motivasi bagi saya pribadi dan seluruh jajaran di @kemenpu untuk terus berkarya, memberikan yang terbaik untuk bangsa.
Sebagai penutup, izinkan saya sekali lagi menyampaikan terima kasih yang tulus kepada ITB atas Penghargaan Doktor Kehormatan, khususnya kepada Tim Promotor, Tim Pengusul dan Panitia Khusus pemberian Penghargaan Doktor Kehormatan.
You can follow @KemenPU.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: