Menarik perkataan Ibnu Taimiyyah mengenai manusia2 pemburu kekuasaan di dunia ini :

"Demikian pula dengan manusia-manusia pencari kekuasaan dan kedudukan dimuka bumi.

Hatinya sangat pengecut terhadap orang-orang yg membantunya mendapatkannya walaupun secara dzahir dia ada didepan dan menjadi orang yg ditaati ditengah mereka, namun dia pada hakikatnya adalah "budak" yg taat pada mereka.

Dan yg lebih tepat lagi adalah kedua-duanya ada unsur saling mengabdi dan kedua nya sama2 meninggalkan hakikat penghambaan pada Allah.

Jika sikap saling membantu di antara keduanya demi kesombongan di muka bumi, maka keduanya laksana orang-orang yg saling membantu dalam kekejian, atau sebagai perampok jalanan, maka setiap satu dari 2 pribadi itu menjadi hamba dari hawa nafsunya bagi yg lain.

Dari ucapan Ibnu Taimiyyah menjadi sekian banyak bukti sejarah bahwa bentuk kedzaliman tidak pernah berubah dari zaman kezaman dan cara melawannya pun tetap sama yaitu dg pengaplikasian Al Qur'an dan hadits. Jadi apa yg bikin kita berpikir cara lain akan berhasil??

Seluruh pelaku kedzaliman dimuka ini paham betul bahwa 'kryptonite' mereka adalah Islam dg Al Qur'an dan hadist. Yg telah ratusan tahun mereka coba fabrikasi terutama isi dari Quran tp selalu gagal. Jadi kenapa kita sebagai pemeluknya malah mencari 'kryptonite' dlm bentuk lain??

La ilaha illallah adalah sebuah revolusi terhadap kekuasaan mahluk di dunia yg telah merampas hak2 ketuhanan yg paling Utama. Dititik inilah penguasa2 dzalim sangat takut dg Islam dan terus berusaha melemahkannya.

Mari kita jujur pada diri sendiri kapan terakhir Islam mencapai titik jaya keemasan dimana bahkan tidak ada satupun rakyat nya mau menerima zakat dan ilmu pengetahuan berkembang pesat? Apakah pake yg ada isme-isme di ujungnya? Tentulah tidak

Mencampuri umat Islam dg sistem ato isme-isme yg berseberangan dg nilai Islam ibarat kita mencampur Air zam zam dg minyak goreng bekas yg sudah mengandung byk penyakit, jadi hal yg wajar seketika menjadi gejolak yg tdk melawan pun tetap menderita ruh dan jiwanya menjadi kering