Kenapa sih ada orang Papua yg mau “berdiri sendiri”? Kenapa juga ada yg orang yg ngotot bahwa Papua sedari dulu itu bagian dari Indonesia? Pada tahu kah dulu Soekarno & Hatta sempat beda pendapat soal Papua?

Di sini, gue coba jelasin dgn mudah.

PERDEBATAN SOAL PAPUA

-A Thread-
Tepat pada 10-11 Juli 1945, para pendiri bangsa diskusi untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dlm rapat BPUPKI.

Singkat cerita, diskusi saat itu berjalan alot saat mereka membahas soal batasan wilayah mana saja yg akan dicakup oleh Indonesia. Terutama soal pembahasan Papua.
Kahar Muzakkar, salah satu pentolan DI/TII & perwakilan dari Sulawesi berpendapat:

“Bolehlah mereka (orang Papua) agak hitam sedikit dari kita tapi mereka punya sumber daya alam yg kaya. Jangan sampai kekayaan sumber daya alam dari nenek moyang kita jatuh ke tangan orang lain.”
Pendapat Kahar kemudian disambut baik oleh Moh Yamin. Yamin yg juga seorang seorang sejarawan mengatakan:

“Cakupan wilayah Indonesia itu terbentang dari wilayah bekas Hindia Belanda, Borneo Utara (Sabah & Sarawak), Malaya, Timor Portugis (kini Timor Leste), hingga Papua.”
Ucapan Yamin sbg sejarawan setidaknya berdasar pada tiga alasan:

Pertama, saat Kerajaan Tidore (yg wilayahnya ada di Maluku) berjaya, banyak dari mereka yg melakukan jual beli, menikah & berkegiatan lain di Papua. Maka dari itu Papua juga merupakan daerah penaklukkan Tidore.
Kedua, Papua memiliki tempat pemenjaraan Bogen Divoel. Divoel merupakan tempat ditaruhnya para aktivis nasional yg melawan kolonialisme & imperialisme asing.

Yamin berpendapat bahwa dgn tidak memasukkan Papua ke wilayah Indonesia, sama saja melupakan perasaan para pahlawan.
Ketiga, dengan dimasukannya Papua ke wilayah Indonesia, maka makin membuka gerbang utama menuju lautan Pasifik. Dengan adanya kesempatan itu, maka kerjasama ekonomi-sosial-politik dengan negara Melanesia lain bisa dgn mudah tercapai.

Soekarno juga setuju dengan pendapat itu.
Namun Hatta berkata lain. Hatta juga setidaknya memiliki 3 alasan kuat.

Pertama, Papua memiliki memiliki budaya & etnis yg berbeda dengan wilayah Hindia Belanda kebanyakan.

Hatta menilai, jika Indonesia “merebut” Papua, negara lain akan mencap Indonesia punya nafsu menjajah.
Kedua, Hatta menilai tidak baik memasukkan Papua ke dalam wilayah Indonesia tanpa ada perwakilan orang Papua dalam sidang itu.

Mayoritas para anggota berasal dari Sumatera & Jawa. Jika pun ada satu perwakilan dari Indonesia Timur, hanya Johanes Latuharhary yg berasal dari Ambon.
Ketiga, Hatta berpendapat, jika melihat dari kesamaan etnis yakni rumpun Melayu, Hatta lebih memilih Malaya & Borneo Utara (sekarang Malaysia) untuk bergabung dgn Indonesia.

Ia takut, Indonesia nanti juga bernafsu memasukkan Kep. Solomon ke wilayah Indonesia (nafsu Imperialis).
Soekarno kemudian membantah pendapat Hatta. Soekarno menilai kekuasaan kerajaan Majapahit dulu melebar sampai Papua (sependapat dgn Yamin).

Maka dari itu, Ketua BPUPKI (Radjiman), mengadakan voting. Yang berakhir pada 39 suara untuk pendapat Yamin-Sukarno & 6 suara untuk Hatta.
27 Desember 1949, Konferensi Meja Bundar.

Belanda akhirnya menyerahkan daerah kekuasannya pada Indonesia. Namun, mereka belum sepakat soal penyerahan Papua (saat itu disebut Irian Barat).

Belanda berpendapat bahwa Papua memiliki etnis & ras yg berbeda dgn Indonesia kebanyakan.
Indonesia ngotot bahwa Papua bagian dari mereka. Maka, karena pertemuan berakhir buntu selama 11 tahun berdiskusi, mereka membawa masalah ini ke PBB pada tahun 1954, 1955, 1957, & 1960.

Tahun 1961, Menlu Belanda minta PBB menjadi perwalian Papua sebelum referendum, tp PBB tolak.
Selama era 1960-1961, Belanda melatih orang Papua untuk menjadi satuan militer amatir yg disebut PVC.

PVC dibentuk untuk menjadi backingan tentara Belanda sewaktu-waktu Indonesia datang merebut Papua. PVC juga dipersiapkan sewaktu-waktu Papua sudah merdeka & bisa berdiri sendiri
Pada 1 Desember 1961, Belanda memberikan manifesto (pernyataan sikap/deklarasi) kemerdekaan bagi Papua dgn persiapan kemerdekaan penuh pada 1971.

Bendera Bintang Kejora pertama kali pun dikibarkan bersama bendera Belanda & lagu kebangsaan “Hai Tanahku Papua” didengarkan publik.
Pada 2 Januari 1962, Soekarno kemudian menyuruh Soeharto untuk membentuk Komando Mandala demi merebut Papua, dgn panduan TRIKORA.

Saat itu, Trikora dianggap oleh sebagian warga Papua sebagai bentuk penindasan Indonesia (karena Belanda sudah memberikan kemerdekaan pada mereka).
Ada 3 sudut pandang di sini:

-) Warga Papua anggap Trikora sebagai titik awal penindasan Indonesia di tanah Papua.

-) Soekarno menilai Papua “merdeka” hanya jadi negara boneka Belanda

-) Belanda mempertahankan Papua dgn alasan Papua berbeda ras & etnis dgn kebanyakan Indonesia
Soeharto kemudian menyisir wilayah Papua demi menyingkirkan Belanda.

Operasi infiltrasi pun dimulai tahun 1962.

Indonesia banyak membeli peralatan perang dari Rusia. Sedangkan Amerika tidak mau Indonesia jatuh ke tangan Rusia. Amerika memberitahu Belanda agar berunding saja.
Kemudian terjadilah Perjanjian New York. Amerika Serikat bertindak sebagai “penengah”.

Amerika bukan tanpa alasan ingin menjadi penengah yg baik antara Belanda & Indonesia.

Amerika memiliki hasrat tinggi untuk memiliki kandungan emas & mineral berharga yg sangat besar di Papua.
Perjanjian New York akhirnya mencapai beberapa poin. Di antaranya ialah kesepakatan bahwa bendera Belanda akan diturunkan & tentara Belanda berangsur-angsur akan dikembalikan.

Paling penting, PBB merekomendasikan bahwa Papua baiknya disuruh menentukan nasibnya sendiri.
Masalah besar terjadi di sini.

Harto jadi Presiden pada Maret 1967. Dua bulan sebelum menjabat resmi, Harto mengesahkan UU tentang penanaman modal asing.

Kebijakan pertama dari UU tersebut ialah terciptanya Kontrak Karya dgn Amerika mengenai Freeport. Investasi barat pun masuk.
Soeharto menilai masuknya Amerika sbg “jalan ninja” saat ekonomi Indonesia sdg berantakan saat itu.

Harto juga harus meyakinkan Amerika bahwa Papua adalah bagian resmi dari Indonesia demi kepercayaan mereka untuk investasi.

Ali Moertopo pun diutus ke Papua demi misi Harto itu.
Ali Moertopo menarik hati rakyat Papua dgn cara persuasif seperti mengirimkan hadian & bantuan bahan pokok kepada tokoh adat & masyarakat tanah Papua.

Harto pun mengadakan PEPERA (Penentuan Pendapat Rakyat) sebagai mana saran dari PBB bahwa Papua harus tentukan nasib sendiri.
PBB menyarankan PEPERA harus dgn “1 man 1 vote”. Namun Soeharto memutuskan PEPERA hanya dgn musyawarah saja. Dan dipilihlah 1.025 orang perwakilan masyarakat Papua untuk menentukan nasib, apakah bersedia gabung dgn Indonesia / tidak.

PEPERA ini banyak digugat oleh warga Papua;
Pertama, 1025 orang yg dipilih ialah tokoh adat & masyarakat Papua yg sering menerima bantuan dari penasihat Soeharto (Ali Moertopo).

Kedua, selama proses musyawarah, masyarakat Papua diawasi oleh puluhan Tentara. Tentu saja mereka tertekan secara psikis dgn kondisi seperti itu.
PEPERA 1969 pun kemudian berakhir dgn hasil "musyawarah" bahwa Papua juga merupakan bagian resmi dari Indonesia, berdasar dari ketetapan resolusi Nomor 2504 tanggal 19 November 1969.

Pada keputusan Presiden RI pada tanggal 1 Maret 1973 nama Irian Barat diganti jadi Irian Jaya.
Memasuki era reformasi, Gus Dur mengumumkan bahwa nama Irian Jaya diubah namanya menjadi Papua, dalam acara kunjungan resmi kenegaraan Presiden, sekaligus menyambut pergantian tahun baru 1999 ke 2000, pagi hari tanggal 1 Januari 2000.
Dan pada akhirnya, Irian Barat pun jatuh ke Indonesia. Namun begitu, sebagian rakyat Papua masih meragukan proses masuknya wilayah mereka ke Indonesia. Banyak yg mengatakan bahwa PEPERA penuh kecurangan dan intimidasi dari pihak pemerintahan Soeharto dan militernya.
Bagi saya, memang perlu diadakan diskusi langsung dgn terbuka dari negara (dalam hal ini diwakilkan oleh Presiden & jajarannya) kpd orang asli Papua (OAP).

Mengingat masih banyak OAP (dan orang Indonesia lain) yg menganggap proses PEPERA 1969 ilegal & tidak memenuhi standar PBB.
Masalah yg terjadi di Papua jelas berkaitan dgn masalah kultur, penghormatan sejarah & budaya dan seringnya negara absen terhadap keberadaan orang Papua (baik di buku sejarah, dalam pelajaran kecil kita), sehingga kita tidak banyak tahu mengenai sejarah asli yg terjadi di Papua.
Semoga ke depan, keberadaan negara betul betul hadir di Papua, bukan hanya sekedar Infrastruktur. Karena jika hak pembangunan diadakan, tidak meniadakan hak yg lainnya dong? Tentu nyawa ga bisa dibalas dgn semen.

Buka jalur diskusi, bersedia jujur akan masa lalu, berani terbuka.
Tulisan ini disadur dari berbagai sumber artikel. Sangat mungkin saya khilaf jadi mohon dikoreksi Pace @ArnoldBelau , Ci @VeronicaKoman & Mbak @febrofirdaus jika ada yg salah dari tulisan saya. Saya akan tautkan di tweet saya nanti.

Mohon maaf jika ada kesalahan. Terima kasih.
Koreksi tanggal Trikora https://twitter.com/VeronicaKoman/status/1197822841606926336?s=20
Ralat. Ada salah pengucapan/pengetikan.

Bukan Bogen Divoel tapi Boven Digoel.

Terima kasih sudah mengingatkan 🙏 https://twitter.com/GentengKacaa/status/1197824430686097408
Merujuk pada tweet ini, berkaitan juga dengan artikel yg dirangkum Historia. Jadi typo ya, sebenarnya Kahar Muzakkir (bukan Kahar Muzakkar).

Kahar Muzakkir sendiri lahir di Jogjakarta, sedangkan Kahar Muzakkar berasal dari Sulawesi Selatan dan pernah jadi “pembelot” dari DI/TII. https://twitter.com/andikamalreza/status/1197821446015205376
You can follow @kamalbukankemal.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled: